Pulang dan sekamar

Tifara sudah di perbolehkan pulang setelah 3 hari dirinya sadar, suaminya selalu mendampingi nya dan membantu nya untuk kembali ke rumah nya. Bibik juga bersama Elzan, walaupun jarang ia menggendong nya dan jalan sendiri, Elzan nampak mengerti orang tuanya. Tidak dapat kasih sayang mama nya, ia tetap dapat dari papa dan bibik.

"A-aku bisa sendiri." Tifara yang memang jiwa dari Kaluna merasa salting saat suaminya itu membukakan pintu mobil dan selalu menatap tersenyum padanya.

Tifara merasa gugup sejak tadi saat keluar dari rumah sakit hingga ke mobil dan sekarang dirumah.

Tifara melihat sekeliling rumahnya lumayan besar untuk keluarga kecil mereka, ia tersadar dari lamunannya saat tangannya di raih oleh Aryan.

"Aku akan membantu mu masuk." Tifara hanya mengangguk, karena tubuhnya juga tidak terlalu fit masih sedikit lemah.

"Mau langsung ke kamar atau duduk disini dulu?" Tanya nya.

"Tunjukkan saja kamarku, aku akan ke kamar sendiri." Mendengar hal itu Aryan kembali terkekeh dengan tingkah istrinya.

"Ara, mungkin maksud kamu kamar kita, ayo aku antar ke kamar."

"Jadi kita satu kamar?" Tifara terkejut karena ia pasti akan canggung berada berdekatan dengan Aryan.

"Tentu saja satu kamar, kita itu suami istri. Kamu tidak mau tidur di kamar kita?" Aryan menatap Tifara dengan penuh tanya.

"A-aku

"Tidak apa sayang, aku tau kamu tidak mengingatku. Tapi bisakah kita tidur di kamar dan ranjang yang sama?" Permintaan Aryan membuat Tifara panas dingin, bagaimana tidak tiba-tiba mengajak satu kamar sedangkan yang ada di dalam jiwanya adalah gadis yang belum pernah menikah.

"Mama," Lirih Elzan walaupun takut ia akan mencoba untuk mendekati mamanya.

Tifara menoleh ke arah Elzan, bibik memegang tubuh tuan kecilnya, ia tidak mau jika nyonya nya akan berbuat kasar.

"Elzan, ya? Kesini sayang, maaf mama tidak bisa mengingat kamu." Aryan dan bibik saling pandang, ia takut jika Elzan akan dimarahi oleh Tifara seperti dulu saat akan memeluk nya.

"Biar tuan kecil dengan saya, nyonya." Bibik menahan tubuh tuan kecilnya, walaupun sepertinya Elzan tertarik untuk mendekati mama nya.

"Kenapa bik? Saya memang tidak mengingat nya, saya juga tidak apa-apa untuk menggendong nya." Tifara merasa aneh namun dia mengingat lagi jika raga itu selalu menyakiti anaknya dan tidak peduli dengan keadaan nya.

Bibik kembali menatap tuan nya, Aryan mengangguk menyuruh bibik melepaskan Elzan.

"Sayang, tidak mau memeluk mama?"

'Anjay mama gak tuh.' Batin Kaluna menertawakan dirinya sendiri saat menyebut dirinya sendiri mama.

Tubuh Elzan kecil berjalan perlahan mendekati mamanya, ia sudah lama ingin memeluk tubuh wanita itu.

Tifara tersenyum saat tubuh mungil sangat menggemaskan itu mendekati nya.

Grepp

Tifara menggendong tubuh Elzan ke pangkuannya, ia mencium pipi gembul anaknya dengan memeluk erat.

'Kenapa aku merasa sangat senang dengan memeluk dan menciumnya.' Buliran bening jatuh dari matanya, apakah itu perasaan dari Tifara asli yang menyesal telah menyia-nyiakan anak segemas Elzan atau dari dirinya yang berhati lembut.

"Mama kenapa nangis?" Tanya Elzan saat melihat Tifara berhenti mencium nya.

"Mata mama terkena rambut kamu tadi, jadi berair." Jawab nya sambil mengelap air matanya.

"Sayang, kamu beneran nangis?" Aryan berjongkok untuk mensejajarkan posisi nya menatap wajah istrinya.

Tifara menggelengkan kepalanya, "tidak, Elzan salah lihat. Aku tidak menangis seperti yang dikatakan."

"Kamu bau acem, ayo mama mau mandiin kamu." Tifara beranjak dari duduknya sambil menggendong tubuh Elzan.

"Tidak!" Bibik malah yang melarang membuat Tifara menoleh bingung. Sedangkan Elzan merasa senang jika mama nya akan memandikan dirinya.

"Sayang, kamu sebaiknya istirahat saja, biar bibik yang mandiin Elzan." Aryan sepertinya juga belum percaya jika Tifara akan melakukan nya dengan baik, walaupun sekarang istrinya sedang tidak ingat.

"Elzan aja mau, kenapa kalian seperti tidak suka jika aku ingin memanjakan anakku." Aryan dan bibik seperti gelagapan mendapatkan pertanyaan dari Tifara.

"Bukan begitu sayang, tapi-

"Elzan mau mandi sama mama." Tifara tersenyum dan mencium wajah gembul itu dengan gemas.

"Mau mandi dimana sayang? Di kamar mama atau kamar kamu?"

"Memangnya kamu ingat kalau Elzan punya kamar sendiri?" Aryan menatap menyelidik, ia takut jika istrinya akan menyakiti anaknya.

"Memangnya Elzan gede gini gak ada kamar sendiri? Memangnya Elzan masih satu kamar sama mama dan papa?" Tanya nya menatap Elzan.

Elzan menggelengkan kepalanya, "Elzan punya kamar sendiri, biasa nya cuma bibik yang ke kamar."

Tifara melirik suami nya, "jadi papa sama mama gak pernah ke kamar kamu?"

"Papa-

"Sayang, ayo kita ke kamar aja biar Elzan mandi di kamar kita." Aryan tidak ingin istrinya berpikir berat saat tidak mengingat apapun.

"Sini sama papa sayang." Aryan ingin mengambil alih Elzan, namun sepertinya anak itu memeluk erat mama nya karena menurut nya ini kesempatan bisa dekat dengan mama nya.

"Biar aku yang gendong."

"Sayang, kamu masih sakit." Aryan tidak mau melihat istrinya lelah apalagi berpikir yang terlalu berat."

"Tunjukkan saja kamarnya, nanti aku beneran lelah jika terus berdiri seperti ini." Aryan mengambil tas yang di bawanya dari rumah sakit, ia berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan pada sang istri, ia tidak mau dimarahin istrinya.

Kamar yang cukup besar terlihat saat Aryan membuka pintu kamarnya, terpampang lumayan besar di atas tempat tidur besar itu foto pernikahan Aryan dan Tifara.

Tifara mencoba memejamkan matanya, ia memang merasa masih ada sedikit rasa pusing.

"Ara," Aryan menyentuh bahu nya.

"Aku tidak apa-apa." Tifara berjalan dan menurunkan Elzan di ranjang itu, ia melihat sekeliling tempat yang begitu nyaman dan tenang berada di kamar itu.

Kepalanya kembali berputar ingatan saat Tifara menolak untuk memberikan hak nya pada Aryan. Tifara hanya tidur di ranjang yang sama namun tidak membolehkan Aryan menyentuh nya setelah melahirkan.

'Keterlaluan kamu Ara.'

"Ara," Aryan menahan istrinya saat akan tumbang.

Tifara menatap wajah Aryan, ia merasakan sakit hati itu tapi mengapa sepertinya Aryan tidak peduli dan tetap mencintai Tifara.

Tifara menangis saat Aryan memeluk nya, ia merasa sangat sakit menjadi Aryan di ingatan nya.

"Aku minta maaf." Kaluna mewakili Tifara, ia berjanji tidak akan menyakiti Aryan dan Elzan.

"Kamu tidak salah, kenapa kamu minta maaf." Aryan mengelus punggung Tifara, ia mengecup kepala istrinya dengan sayang sambil menatap Elzan yang masih duduk melihat kedua orang tuanya.

Tifara melepas pelukan nya, ia mengelap air mata serta ingusnya. Ia menatap Elzan yang masih terus melihat adegan menangis dan berpelukan orang tuanya.

"Ya ampun maaf sayang, mama lupa kalau Elzan mau mandi." Tifara kembali menggendong Elzan untuk dibawa ke kamar mandi, ia akan cepat memandikan anaknya.

"Papa suruh bibik ambilkan baju Elzan, kamu bawa aja Elzan tapi hati-hati ya." Tifara tersenyum dan mengangguk lalu masuk ke kamar mandi.

"Sayang, buka baju nya dulu ya." Tifara dengan telaten membuka baju dan celana yang dipakai Elzan.

Aryan keluar untuk meminta bibik mengambilkan baju Elzan di kamarnya, namun bibik tampak gelisah apalagi tuan nya itu keluar dari kamar sendiri.

"Bibik, tolong ambilkan baju Elzan di kamarnya, bawa ke kamar."

"Tuan bagaimana dengan nyonya? Kenapa tuan meninggalkan mereka berdua."

"Bibik tenanglah, Ara tidak akan menyakiti Elzan."

"Tapi tuan-

"Tidak akan bik, percaya saja bahwa Ara sudah lebih baik." Sebenarnya Aryan tidak tau hanya saja dengan Tifara lupa ingatan akan membuat istrinya tidak akan seperti sebelumnya.

Bibik hanya mengangguk dan berjalan untuk mengambil baju tuan kecilnya.

Aryan kembali ke kamarnya, ia mendengar suara ketawa istri dan anaknya dari kamar mandi.

"Aku berharap Ara akan menyayangi ku dan Elzan selamanya, sampai kapanpun aku juga akan tetap mencintaimu, istriku." Aryan duduk di sofa memainkan ponselnya sambil menunggu Tifara dan Elzan keluar.

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

IG : @istimariellaahmad98

See you...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!