Mama Aryan

Mama Aryan datang pagi-pagi untuk melihat anak dan cucunya, ia sudah malas dengan sikap menantunya yang seakan tidak mau mengurus cucunya.

"Nyonya besar," Bibik keluar dari dapur melihat mama Aryan datang.

"Apakah Aryan dan Elzan masih tidur?" Tanya nya.

"Masih belum keluar dari kamarnya, saya tidak berani juga karena disana mereka bertiga, nya." Bibik menunduk saja dan mama Aryan langsung berjalan menuju kamar anaknya.

"Aryan, Elzan." Teriak nya dari luar, ia sudah hilang respect untuk menantunya.

Namun setelah dirinya masuk ke dalam kamar anaknya, ia melihat mereka bertiga sedang tidur sambil berpelukan.

"Aku tidak mungkin mengacau di pagi yang menyenangkan untuk mereka." Walaupun tidak suka dengan Tifara, namun ia masih mementingkan kebahagiaan anak dan cucunya, sebenarnya dirinya juga tidak terlalu membenci menantunya karena dirinya dulu yang mengizinkan Aryan menikah dengan Tifara. Hanya saja ia tidak terlalu menyayangi nya seperti dulu saat tau jika anak dan cucu nya tidak dipedulikan.

Mama Aryan kembali ke dapur untuk melihat apa yang di masak oleh bibik.

Saat mereka sibuk untuk memasak, Tifara kr dapur untuk meminta bantuan bibik.

"Maaf bik, Ara ingin minta tolong." Suara lembut Tifara kembali terdengar di telinga mama Aryan. Ia menoleh menatap menantunya. Tifara sepertinya belum sadar jika ada orang lain disana.

"Ada apa nyonya pagi-pagi minta tolong?"

"Ara mau minta bantuan bibik untuk siapkan air panas, di kamar airnya kurang panas bik. Elzan minta susu." Matanya beralih menatap wanita yang hampir seumuran dengan bibik, namun lebih terawat dan cantik.

Mata mereka bertemu membuat Tifara tersenyum, ia tidak tau jika itu ibu mertuanya, ia segera berbalik setelah bibik memanaskan air dan meletakkan botol yang sudah berisi susu.

"Tidak sopan, dia tidak menyapaku sama sekali." Mama Aryan geram dengan tingkah menantunya, tapi tunggu, kenapa Tifara peduli sampai akan membuatkan susu untuk Elzan pikirnya.

"Maaf nyonya, tapi nyonya Ara hilang ingatan." Bibik mengatakan hal itu agar nyonya nya tidak berpikir buruk, walaupun dirinya juga sama sebelumnya.

"Apa? Tidak mungkin. Tapi apa dia tidak mengenalku?"

"Bukan hanya nyonya, tapi semuanya. Nyonya Ara tidak mengenal siapapun saat sadar, ia malah pingsan karena syok."

Mama Aryan menatap kamar anaknya yang memang terlihat dari dapur, apa benar jika menantunya itu lupa ingatan? Tapi dia memang tidak menjenguk selama beberapa hari di rumah sakit karena masih sangat kesal dengan tingkah laku yang tidak peduli dengan anak dan cucunya. Menurut yang diceritakan Aryan memang kecelakaan yang dialami istrinya membuat kepalanya luka cukup parah dan mengeluarkan banyak darah.

Sedangkan dikamar Tifara duduk sambil menepuk-nepuk bokong anaknya, ia berpikir siapa perempuan sebaya bibik diluar?

"Sayang," Aryan baru bangun dan menatap istrinya sedang melamun, ia mengucek matanya dan ikut duduk.

"Diluar ada orang, aku cuma senyum aja tadi gak nyapa. Aku minta tolong bibik air panas untuk susu Elzan, tapi dia kayak natap aku gak suka." Mendengar penuturan istrinya ia mengernyitkan dahinya bingung, siapa yang seperti itu.

"Biar aku yang ambil susu Elzan, kamu sebaiknya mandi dulu sebelum Elzan bangun lagi dan kamu susah untuk mandi. Aku mau lihat siapa orang itu." Aryan sudah turun dari ranjang untuk keluar, ia akan melihat siapa yang ada di dapurnya. Tifara hanya mengangguk sebelum ke kamar mandi untuk mandi.

Aryan berjalan ke dapur untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi begini.

"Mama," Aryan melihat mamanya di dapur.

"Aryan, kamu sudah bangun?"

"Jadi mama yang datang? Soalnya tadi Ara bilang ada orang di dapur saat dia minta air panas, tapi dia gak kenal apalagi pas lihat mama katanya natap Ara kayak gak suka."

"Jadi Ara beneran lupa ingatan? Apa itu hanya akal-akalan dia supaya bisa pergi jauh." Karena yang mama nya Aryan tau bahwa model terkenal seperti Tifara akan pergi berkeliling negara.

"Stop it! Ara sedang tidak baik-baik saja sekarang, mama jangan semakin menambah beban pikiran nya." Aryan tidak suka walaupun mama nya sendiri yang mengatakan hal itu, apapun yang membuat Tifara senang dan suka akan ia wujudkan.

"Kamu sudah terkena oleh tipu daya nya Aryan, kamu sudah jadi budak cinta nya si Ara."

Aryan hanya menghela nafasnya, ia meminta bibik untuk memberikan susu yang sudah diminta oleh istrinya tadi.

"Benar-benar anak itu, istrinya itu sungguh buat aku marah. Beraninya dia membuat anak ku percaya padanya." Mama Aryan tidak mau jika anaknya menjadi suami yang bodih dan mudah di tipu daya oleh Tifara.

Aryan masuk sudah tidak ada anak dan istrinya, sepertinya mereka mandi bersama di dalam. Aryan merapikan ranjang nya, ia akan menunggu istrinya selesai mandi.

Tak berapa lama mereka berdua sudah keluar, Tifara memakai bathrobe dan Elzan di balut handuk.

Kepala Tifara masih terbalut perban dan darah bercampur obat masih terlihat disana, istrinya itu sepertinya hanya membasuh sedikit wajahnya agar tidak terkena luka yang basah.

Aryan langsung mengambil alih Elzan, ia yakin istrinya itu belum pulih.

"Kamu pakai baju saja, aku yang akan memakaikan baju untuk Elzan." Tifara mengangguk dan mencari lemari dimana baju nya. Karena tadi malam bajunya disediakan oleh sang suami.

"Em kenapa disini baju kamu semua, aku tidak tau baju ku." Aryan kembali terkekeh dengan istrinya.

"Di lemari itu memang semua baju ku, baju kamu di lemari sini sayang." Aryan menggeser lemari yang seperti dinding menurut Tifara.

Lemari yang seperti dinding dan sangat luas, tertata pula sangat rapih dan banyak.

'Gila, lemari nya orang kaya beda banget. Gue kira tembok mulus gini, eh ternyata ada gagang nya.' Jiwa miskin Kaluna meronta, ia tidak pernah memiliki lemari seperti itu apalagi sebesar di hadapan nya ini, dulu kadang dia berbagi lemari dengan adiknya.

"Sayang," Aryan menyadarkan Tifara, istrinya itu selalu saja seperti melamun saat melihat sesuatu yang baru menurut nya.

"Ini semua baju-baju ku?" Tanya Tifara menatap polos.

"Iya, memangnya kamu juga lupa jika kamu seorang model? Jadi kamu juga punya banyak pakaian."

"Model? Aku model?" Tanya nya sekali lagi.

Tifara memejamkan matanya, ia memang banyak diberikan ingatan dan bekerja dengan pakaian yang bagus, namun tidak tau jika seorang model. Tifara ingin mengetahui apakah dirinya bisa kembali mengingat semuanya.

Namun yang ia lakukan membuat Aryan khawatir.

"Sayang," Aryan memegang bahu dan sesekali mengusap lembut wajah istrinya.

"Aku hanya berusaha mengingat saja, tapi aku tidak mengingat apapun." Saat ini memang tidak ada ingatan yang muncul, namun beberapa ingatan yang lain ada sebelum nya.

"Tidak perlu memaksa, nanti kamu akan kesakitan. Sekarang kamu cari saja baju yang cocok untuk kamu pakai sarapan, aku mau pakaikan Elzan baju dulu." Lagi-lagi Tifara melupakan Elzan, dan dengan pintarnya anak itu juga duduk di ranjang dengan handuk yang masih melilitnya.

"Pintar sekali anak mama, anteng ya." Elzan tersenyum pada mama nya yang tersenyum manis padanya, tidak ada lagi kata kasar dan tatapan tajam di wajah mama nya.

Cup

Aryan mengecup kening Tifara, membuatnya mematung saat mendapatkan kecupan mendadak dari suaminya.

"Kamu lucu sekali, seperti tidak pernah mendapat kecupan selamat pagi saja." Aryan langsung menghampiri anaknya dan mengambil baju untuk Elzan pakai, karena semalam ia meminta 2baju pada bibik.

'Jantung gue mau copot di cium abang ganteng, ini memang pertama kalinya gue dicium orang.' Tifara memegang dadanya, detak jantung nya juga tidak stabil.

Namun ia mencoba tenang dan mengambil baju untuk ia pakai.

Menunggu Aryan mandi baru mereka akan keluar bersama-sama, Tifara juga menyiapkan baju untuk Aryan membuat Aryan mencium pipi Tifara dengan sayang. Karena selama ini ia selalu menyiapkan semuanya sendiri, ia begitu senang istrinya lupa ingatan. Tifara selalu saja berdebar di dekat Aryan apalagi dengan bertelanjang dada keluar dari kamar mandi.

Mereka keluar dari kamar dengan Aryan memegang tangan Tifara, tangan sebelah nya menggendong tubuh mungil Elzan.

"Selamat pagi cucu oma."

'Oma?' Tifara menatap suaminya.

"Sayang, ini mama ku, mama mertua kamu." Aryan tau istrinya akan bertanya itu.

"Maaf, Ara tidak mengingat apapun." Ucapnya sambil tersenyum.

"Syukurlah jika kamu lupa, lebih bagus seperti itu karena kamu tidak akan menyakiti anak dan cucuku." Mama Aryan memang tidak suka dengan sikap menantunya yang berubah setelah melahirkan.

"Mama, hentikan! Jangan membuat Ara sakit."

"Cih, dia saja tidak peduli kamu sakit atau tidak." Mama Aryan mendecih tak suka.

Tifara hanya menarik sudut bibirnya dengan paksa, ia juga orang baru menurutnya.

'Sikap kamu sepertinya memang sangat keterlaluan, Ara. Mertua kamu saja tidak suka walaupun sekarang kamu tidak ingat.'

"Mama, sebaiknya kita mulai sarapan." Tidak ada lagi jawaban dari mamanya, Elzan juga ingin di gendong oleh mama nya walaupun papa nya melarang tapi Tifara malah yang menolak, karena dirinya ingin dekat dengan Elzan.

Tifara mengambilkan suaminya makan, sambil menyuapkan makan untuk Elzan. Ia membaginya makan dari Elzan untuk dirinya. Sesekali ia memegang kepalanya yang memang masih terasa sakit.

Melihat itu Aryan menyuapi Tifara dan memberikan minum, ia sangat khawatir saat istrinya merasa sakit.

"Nanti biar dokter yang kesini untuk melihat luka di kepala kamu, jika tidak ditangani dengan benar bisa infeksi dan bahaya untuk kesehatan kamu."

"Terserah kamu saja, aku bersama Elzan disini." Sesekali ia mencium pipi gembul Elzan, mama Aryan sedikit tersentuh melihat cucunya sangat senang mendapatkan perhatian lebih dari mama nya.

"Aku akan ke kantor sampai siang saja, aku akan segera kembali."

"Lalu bagaimana dengan kantor jika kamu pulang awal?"

"Di kantor orang kepercayaan papa juga banyak, lagipula kantor masih atas kendali papa. Istriku sedang sakit dan aku tidak akan meninggalkan dia dengan bekerja di kantor." Hati Tifara kembali meleyot, ia merasa suaminya itu sangat romantis sekali.

"Istri mu ini sudah dewasa, mengurus dirinya sendiri dia juga mampu, Aryan." Mama Aryan ingin melihat sampai kapan Tifara akan bersandiwara.

"Aku gak apa disini, kamu pulang seperti biasanya saja. Lagipula bibik akan membantu jika aku butuh." Aryan menghela nafas berat, ia ingin istrinya kembali mencintai nya dalam keadaan hilang ingatan sekalipun.

"Baiklah, hati-hati jangan selalu menggendong Elzan." Aryan tau anaknya semakin berat, khawatir anaknya terluka dan istrinya kembali sakit. Tifara mengangguk mengerti.

Tifara mengantar keluar sambil menggandeng tangan Elzan, Aryan mencium kening Tifara dan bergantian dengan Elzan. Mereka berdua adalah semangat untuk Aryan, apapun yang diinginkan oleh mereka akan ia lakukan walaupun nyawa sekalipun.

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

IG : @istimariellaahmad98

See you...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!