Siapa yang dapat memilih di keluarga mana Ia akan dilahirkan. Atau memilih bagaimana rupa dan wajah kita ketika dilahirkan. Siapa yang dapat memilih takdir yang sudah digariskan kepada kita. Jika pun tangan manusia bisa merubahnya, jika Tuhan tak berkehendak maka selamanya tak akan bisa berubah.
Wajah yang jelek mungkin bisa dirubah oleh manusia, melalui perawatan yang murah atau yang mahal. Yang lebih ekstrim dan dengan waktu singkat bisa dilakukan melalui operasi plastik. Tapi ciptaan Tuhan Yang Maha Sempurna tak akan bisa ditandingi oleh tangan manusia dan mesin yang memiliki keterbatasannya.
Begitupun seorang anak manusia bernama Ganendra Putra Abimanyu atau lebih di kenal Indra Saputra, yang memiliki rupa bisa dibilang nyaris sempurna. Perpaduan Ibu yang memiliki darah Jepang - Perancis dan Ayah yang berdarah Jawa - Manado. Memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata, 190cm, membuat orang langsung bisa menebak jika Indra memiliki darah campuran.
Dahulu, Indra kecil memiliki postur tubuh yang sama seperti anak pada umumnya. Tetapi saat memasuki SMP dan SMA postur tubuhnya mulai berubah. Mencintai olahraga basket dan juga renang, membuat tubuh pemuda itu tumbuh semakin menjulang.
Selain dari postur tubuh tinggi yang luar biasa, Indra dikenali berdarah campuran karena matanya. Ia memiliki mata memikat dari Ibunya yang juga memiliki mata yang sama sepertinya. Jika Ibunya memiliki mata coklat terang, Indra memiliki mata bulat berwarna cokelat kehijauan. Kulitnya pun menurun dari sang Ibu. Mungkin jika Ia tinggal di negara empat musim, kulitnya bisa seputih salju, kemerahan. Tapi sayang, sejak kepulangannya ke Indonesia, tentu membuat kulitnya berubah. Iklim tropis yang dominan panas membuat kulit putihnya terbakar menjadi coklat kemerahan.
Tampilan Indra yang luar biasa ini tentu menjadikan ia sebagai pusat perhatian dari para wanita. Baik yang masih sekolah, yang bekerja bahkan para wanita yang sudah menikah tak pernah melewatkan sosok seorang Indra Saputra.
Indra harus menerima konsekuensi dari kesempurnaan fisiknya. Menjadi idola saat masa sekolah, kuliah bahkan di tempat ia bekerja saat ini. Ia selalu menjadi pujaan bagi wanita. Ada yang terang-terangan mengejarnya, bahkan ada yang sembunyi-sembunyi saja. Indra sama sekali tak merasa terganggu karena selama ini wanita yang mengejarnya masih dalam batas kewajaran menurutnya.
Seperti yang terjadi di tempat kerjanya yang baru. Atas saran dari sang Ayah, sekembalinya Indra ke Indonesia setelah kelulusannya Ia diminta sang Ayah untuk bekerja dan kali ini perusahaan milik sang Paman. Untuk membentuk karakter dan menambah ilmu sang ayah menganjurkan agar sang Paman memberikan posisi sebagai karyawan biasa.
Di sinilah Ia, berada dalam rantai jabatan paling dasar. Sebagai karyawan kontrak di perusahan produk makanan kesehatan milik sang Paman, Ia harus menyesuaikan diri dengan bidang pekerjaan yang berbeda dari sebelumnya. Harus siap di beri tugas yang terkadang membuatnya siap lembur. Menerima perintah yang terkadang disertai dengan bentakan. Tak jarang menerima amarah jika pekerjaan nya kurang atau tak sempurna.
Seperti sebelum-sebelumnya, pertama kali Ia menginjakkan kaki di perusahaan, dirinya harus siap di jadikan pemujaan oleh kaum hawa, dan siap menerima kebencian dari kaum adam yang iri karna ketampanannya. Ditunjang sikap terbuka dan ceria yang dimiliknya, tak jarang cap playboy sering disematkan pada dirinya. Meski sebenarnya bagi seorang Indra, belum ada wanita yang dapat mengalihkan dunianya. Baginya, wanita ataupun pria yang mampu dekat dengannya hanya bisa diberi tempat hanya dalam porsi sahabat. Termasuk untuk Mia, salah seorang resepsionis yang menjadi salah satu penggemar nya. Wanita yang dengan terang-terangan memberi perhatian dan menyatakan perasaannya kepada Indra. Jika yang lain menunjukkan ketertarikan dengan cara yang beretika, gadis yang sering Indra lihat dengan tampilan dandanan mencolok itu dengan gencar berusaha menarik perhatiannya dengan cara yang membuat orang menggeleng-gelengkan kepala.
Awalnya Indra hanya menanggapi dengan wajar, namun lama kelamaan rupanya gadis itu sudah menunjukkan kenekatannya dalam berusaha menarik perhatian Indra. Sehingga mau tak mau Indra menerima perasaan Mia, memberinya sebuah jabatan menjadi seorang "pacar". Meski ada ragu dalam hatinya, percayalah jika Indra hanya memikirkan tentang kontrak kerjanya, yang hanya tinggal 6 bulan. Setelah semua selesai, saat Ia meninggalkan perusahaan sang paman, maka saat itu pula Ia akan bernafas lega dengan meninggalkan Mia.
Tapi rupanya menerima Mia menjadi pacar sementaranya bukan ide yang bijaksana. Karena rupanya Mia adalah gadis pencemburu. Sifat Indra yang memang terbuka dan ceria menjadikan Ia dekat dengan siapa saja termasuk wanita, rupa-rupanya sering memicu pertengkaran diantara mereka.
Indra yang awalnya tak perduli semakin tak bisa abai, saat beberapa kali keluar ancaman-ancaman dari Mia untuk mengekangnya. Mungkin Indra tak akan waspada apabila ancaman yang dikatakan pacarnya itu hanyalah omong kosong belaka. Tapi belakangan Indra dibuat kerepotan karena dua kali ancaman itu menjadi nyata.
Seharusnya itu semua menjadikan Indra lebih waspada. Karena ternyata Mia lebih berbahaya dari yang Ia duga.
****
Indra memberi salam dengan mengangguk kan kepala disertai gestur tubuh yang sedikit membungkuk pada pria paruh baya yang duduk di balik meja kebesarannya. Pria yang masih segar penampilannya itu tersenyum membalas salam dari Indra. Tak tampak bahwa pria berkacamata dengan beberapa rambut yang mulai memutih itu sudah memasuki kepala lima.
Saat ini Indra sedang berada di ruangan Pak Dedi, tangan kanan pemilik perusahaan. Bisa dibilang beliau adalah wakil direktur yang biasa mengontrol langsung perusahaan. Karena lebih seringnya sang pemilik perusahaan tidak berada di tempat. Untuk itulah keberadaan Pak Dedi benar-benar dihormati disini.
"Duduk Mas Indra," ujar Dedi dengan sopan.
Dedi Permana, meskipun jabatannya tertinggi nomor dua di kantor ini, Ia tak pernah melupakan norma kesopanan yang dijunjung keluarganya. Memanggil Mas dan Mba bagi karyawannya yang masih lajang. Dan memanggil Ibu serta Bapak bagi karyawannya yang sudah menikah. Namun lain soal dengan bawahan yang sudah menjabat sebagai kepala divisi, Ia memanggil mereka dengan sebutan Bapak atau Ibu untuk mencerminkan kepada bawahan. Sikap Pak Dedi sama seperti orangtua yang mengajarkan kepada anak-anak nya.
"Bagaimana dengan kemajuan persoalan nya Mas? Apakah sudah menemukan titik temu?" tanya Pak Dedi.
"Sudah Pak, saya sudah sepakat dengan Mia untuk berdamai dan dia setuju membatalkan laporan polisi. Kami sudah menyelesaikan semua. Masalah ini hanya salah paham saja," jawab Indra tegas.
Pak Dedi manggut-manggut tanda mengerti. "Apa kamu tahu kenapa bisa sampai pada pelaporan polisi, Mas Indra? Apa betul bukan Mba Mia yang melakukannya? Kalau memang bukan Dia pelaku pelaporan itu, lalu siapa??" tanya Pak Dedi lagi.
Indra diam. Ada sesuatu yang dipikirkan nya, tapi Ia yakin untuk tidak mengatakannya. "Saya tidak tahu siapa pelaku pelaporan ini Pak karena Mia mengatakan pada saya bukan dia yang melaporkan tindakan pelecehan itu. Mungkin ada seseorang yang melihat kejadian saat saya dan Mia bertengkar, dan mengira saya sudah melecehkah Mia, lalu orang itu membuat laporan kepolisian" Jawab Indra hati-hati.
Tentunya Ia tak ingin apa yang dikatakannya menjadi sebuah opini untuk menyalahkan seseorang, meskipun Ia memang mencurigai seseorang tersebut. Tapi Indra tak ingin ada kejadian lanjutan yang membuat Ia menjadi buruk di mata perusahaan dengan menuduh tanpa bukti.
Pak Dedi menarik nafas lalu menghembuskan dengan berat. Untuk sementara urusan ini mungkin selesai, pikirnya.
"Baiklah. Karena urusan kamu dengan mba Mia sudah selesai, maka saya anggap permasalahan kalian selesai. Saya harap kedepannya kalian lebih berhati-hati lagi dalam bersikap. Jangan sampai hal ini terulang lagi. Karena saya benar-benar tak akan mentolerir kejadian selanjutnya." terangnya.
Meskipun kalimat yang diucapkan atasannya bukan berupa ancaman, namun Indra merasa kalimat itu lebih menakutkan dari sekedar ancaman. Ia bisa membayangkan jika sampai Ayahnya mendengar kejadian ini. Pasti Ia benar-benar habis. Memikirkan saja membuatnya bergidik ngeri.
"Kamu bisa kembali Mas Indra," lanjut Pak Dedi. Kali ini Ia tersenyum membuat Indra merasa tenang.
Indra memohon diri. lalu beranjak meninggalkan ruangan atasannya. Baru saja Ia membuka pintu ruangan, dirinya dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di balik pintu.
kebetulan sekali, pikirnya.
Risa memandang Indra dengan raut wajah terkejutnya. Begitupun sebaliknya. Beberapa detik mereka terdiam, hingga suara Indra yang berdeham membuat Risa tersadar.
Menyadari sosok di depannya adalah seorang atasan, Indra memberi hormat dengan sedikit menganggukkan kepala. Dan Risa membalasnya dengan senyuman. Setelah mempersilakan Risa memasuki ruangan, giliran Indra untuk keluar, kemudian sosoknya menghilang dibalik pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🐾🐾🐾🐾👍👍👍
2020-10-12
1
reni
Lalu siapa yang lapor ke Polisi ya hmmmm..lanjuuutttt
2020-09-09
1