2. Rasa Sang Fajar

Sudah tiga hari pria tinggi besar itu berkeliaran di sebuah perumahan elit yang sebagian besar di huni para pejabat. Ia dan beberapa rekannya tengah melakukan pengintaian. Salah satu rumah besar yang berada di ujung jalan di curigai sebagai rumah salah satu gembong narkoba.

Pekerjaan ini tidaklah sekeren yang terlihat di sebuah drama. Saat mengintai pria itu harus rela kehilangan kebutuhan dasar sebagai manusia normal. Makan tak teratur, bahkan terkadang perut hanya diisi roti dan air putih. Tidur hanya beberapa jam, itupun harus bergantian. Dan yang paling membuat jiwa jomblonya memberontak adalah tentang kesempatan mematut diri yang hilang.

Ia memang bukan penganut paham kaum metroseksual akut, tapi setidaknya mandi dan parfum adalah hal wajib baginya. Dan selama melakukan tugas ini jangan berharap Ia bisa mandi dan keramas, bahkan berganti pakaian urung dilakukan. seperti saat ini, penampilannya bahkan lebih mirip dengan gem*el.

Setelah begadang semalaman, Ia menuju minimarket yang jaraknya hanya beberapa meter dari lokasi intaian. Dirinya butuh beberapa booster agar badan besarnya tak tumbang. Dalam kondisi seperti ini, sebisa mungkin Ia harus menghindari kontak dengan orang lain. Namun nyatanya, Ia malah harus bertabrakan dengan seorang gadis. Lebih tepatnya, Ia ditabrak karena gadis itu tidak melihat keberadaannya.

Gadis yang lucu. Gadis yang mungkin tingginya hanya seratus enam puluh, terlihat mungil untuk tubuh tinggi besarnya. Wajahnya yang diliputi rasa malu saat menyadari dompetnya ketinggalan, membuat pria itu tak tega. Akhirnya Ia memutuskan membayar belanjaan pentingnya. Dua bungkus pem**lut wanita.

Sebuah pertemuan mengesankan yang selalu membuat pria itu tersenyum mengingatnya. Dan rupanya, Tuhan memberi kesempatan padanya untuk bertemu dengan gadis itu lagi di tempat yang layak. Kesempatan itu adalah sebuah keyakinan baginya, bahwa mungkin gadis itulah pemilik tulang rusuknya yang hilang.

**

Risa memandang Fajar yang tengah membereskan berkas laporan dan alat perekam. "Apa semua sudah selesai?" tanyanya pada Fajar.

Pria itu hanya mengangguk. "Laporannya sudah selesai, tetapi mungkin akan ada yang disampaikan Pak Arif ke Mba Risa," ucapnya.

Risa tertegun. Bukankah tadi pria itu memanggilnya tanpa embel-embel apapun, kenapa sekarang Ia dipanggil 'Mba'. Benar-benar aneh, pikirnya.

"Untuk yang kemarin ... saya ucapkan terimakasih, ya," ujar Risa. Matanya menatap ke arah pria yang sedari tadi sibuk.

Pria itu tersenyum lalu mengangguk. "Apa Mba Risa tinggal di daerah sana?" tanyanya mengingat pertemuan mereka di minimarket.

Risa mengangguk. " Sekitar sekilo dari minimarket, di klaster H" ucapnya. " Apa kamu juga tinggal di daerah situ?" tanya Risa.

Fajar tertawa, membuat Risa mengernyitkan keningnya. "Saya tidak cukup kaya untuk bisa punya rumah di sana, Mba ... kemarin kami ada tugas pengintaian," ucap Fajar.

Risa hanya manggut-manggut. Pantas saja pria itu bisa bertemu dengannya di sana. Tak mungkin orang luar mampir ke minimarket yang berada di lingkungan perumahan bukan.

"Sambil menunggu Pak Arif selesai rapat, apa Mba Risa mau ikut saya berkeliling di kantor ini?" tawar Fajar.

Risa tampak menimbang tawaran Fajar. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Masih satu jam menuju jam makan siang. Ia pun mengangguk setuju.

Fajar berbinar. Tak percaya langkahnya mendekati gadis itu bersambut.

**

Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Fajar telah selesai mengajak Risa berkeliling seluruh tempat di kantor kepolisian. Ruangan terakhir yang Ia tunjukkan adalah ruangan Tim Brimob, karena di sanalah Arif berada. Atasannya itu baru saja selesai rapat koordinasi dengan tim di sana, dan Ia tahu Fajar mengajak Risa berkeliling. Untuk itu Arif menghubungi Fajar agar membawa Risa menemuinya di ruangan yang penuh polisi berseragam gelap.

Arif hanya menyampaikan beberapa hal ramah tamah saja. Itu dilakukannya karena permintaan sahabat yang menjadi atasan gadis itu di PT. NPP. Arif tak ingin menimbulkan kesan tak mengindahkan permintaan Dedi untuk memperlakukan Risa dengan baik.

Fajar mengantar Risa meninggalkan ruangan yang digunakan Arif menemui gadis itu. Mereka menyusuri ruangan penuh dengan meja yang diisi oleh beberapa polisi berseragam hitam. Melihat Fajar diikuti seorang gadis cantik, beberapa rekan yang dikenal Fajar menggoda pria tinggi besar itu. Godaan yang hanya dibalas senyum merekah dari Fajar, namun senyum dengan rasa malu dari Risa.

Risa mengamati perlakuan Fajar terhadap rekan-rekannya sesama Polisi. Risa merasa kagum dengannya. Fajar tampak supel dan sopan menyapa setiap rekan sesama polisi, dan hal ini membuat Risa sesekali membungkuk mengikuti Fajar untuk menyapa polisi yang mereka lewati.

Risa juga menilai Fajar orang yang humoris. Pria itu terlihat lebih apa adanya saat mengantar Risa berkeliling melihat-lihat keadaan kantor polisi tadi. Sesekali gombalan receh Fajar membuat Risa tertawa tanpa menjaga imej-nya. Sikap Fajar pada Risa mampu membuat Ia merasa nyaman. Siapa yang menyangka laki-laki yang memiliki tibuh tinggi besar dan rahang tegas itu ternyata memiliki sifat yang humoris dan supel.

Risa adalah seorang gadis yang agak tertutup untuk orang yang belum dikenalnya. Ia lebih menahan diri untuk terlalu mengenal orang baru. Tetapi rupanya sifat Fajar yang ditunjukkan tadi mampu meruntuhkan kehati-hatian Risa.

"Semua sudah selesai Mba Risa. Besok kalau ada kekurangan atau ada yang perlu saya tanyakan kembali terkait penyelidikan saya akan langsung menghubungi Mba Risa lewat telpon," kata Fajar.

"Sama-sama Pak Fajar. Terimakasih juga sudah membantu saya dan menemani berkeliling," ujarnya.

Risa kembali tersenyum. Ia tak menyadari bawa senyumannya sedari tadi membuat hati Fajar cenat cenut. Jiwa jomblonya bersorak bahagia, meskipun panggilan 'Pak' yang Risa katakan sedikit mengganggu pendengaran. Rupanya gadis itu sudah mencuri hatinya.

"Setelah ini langsung pulang atau ke kantor Mba?" tanya Fajar pada Risa. Saat ini mereka sudah berada di lobi kantor polisi.

Risa melirik jam tangannya lagi. "Saya langsung ke kantor Pak, karena hari ini saya hanya ijin setengah hari saja," jawabnya. Risa teringat sedari tadi dia mengabaikan ponselnya. Melihat banyak panggilan dari dua nomor yang dikenalnya, Risa menjadi tak nyaman. Mendadak air mukanya berubah.

Hal itu rupanya disadari oleh Fajar. Ia pun berencana merubah suasana hati Risa.

"Mba, memangnya wajah saya keliatan tua ya?" tanya Fajar. Risa mengernyitkan dahinya tampak berpikir. "Maksudnya?" tanya Risa kembali.

"Habis dari tadi Mba Risa panggil saya pakai embel-embel Pak, kesannya saya tua banget gitu. Apalagi kalau yang panggil Mba Risa yang berwajah imut," ucap Fajar mengulum senyum.

Ucapan Fajar sukses membuat suasana hati gadis itu kembali ceria lagi. "Bukan imut mungkin Pak, tapi pendek maksudnya," ujarnya menahan tawa.

Akhirnya tawa keduanya pecah. Risa dan Fajar menyadari perbedaan tubuh mereka sangat mencolok. Fajar gagah dengan seragam polisi ternyata memiliki tinggi 185cm. Sedangkan Risa tinggi badannya hanya 160cm. Saat berjalan beriringan seperti ini perbedaan itu sangat terlihat.

"Saya panggil anda dengan sebutan Pak karena untuk menghormati anda," terang Risa.

"Ya-ya, kalo dikantor sih tidak apa-apa Mba ... tapi kalau di luar sana jangan ya Mba. Nanti saya betulan dikira bapaknya Mba Risa lho," canda Fajar

"Toh usia kita tidak jauh beda Mba, hanya selisih setahun saja," - Fajar lalu mendekatkan dirinya ke arah Risa lalu menatap gadis itu- "Bagaimana kalau kita saling memanggil nama saja, hem-hem?" Fajar menaik turunkan alisnya. Membuat Risa tak dapat menahan tawanya.

"Oke, oke baiklah," kekeh Risa. Sungguh ia tak bisa menolak cara Fajar dan pesona humorisnya.

Mereka terus memainkan peran seolah orang yang baru berkenalan, mengabaikan beberapa orang yang memandang tingkah lucu mereka.

"Kok kamu bisa tahu kalo umur kita hanya selisih satu tahun Jar?" tanya Risa penuh selidik. Risa merasa Ia sama sekali tak pernah menyebut tanggal lahirnya pada Fajar. Lagipula mereka baru mengenal beberapa jam saja.

"Kamu lupa ya, saya polisi," jawab Fajar. Ia tersenyum menang melihat wajah Risa seolah-olah kecolongan. Tentu jawabannya tadi adalah kebenaran. Karena satu jam setelah bertemu Risa di ruangan Pak Arif Ia segera meminta bantuan temannya menyelidiki latar belakang Clarissa Gardenia.

"Saya juga Kaget, ternyata kamu lebih tua dari saya lho Ris," terang Fajar.

Ucapan Fajar sontak membuat Risa membelalakkan matanya tak percaya. "Bohong!" ucapnya. Fajar hanya mengendikkan bahunya. Seolah membenarkan kenyataan yang tak dipercaya oleh Risa.

"Tenang saja Ris, kalau kita bersanding kita tetap terlihat seperti pasangan yang pantas kok. Kamu imut, saya gagah. Lagipula selisih usia setahun ga terlalu banyak," kelakar Fajar.

Risa hanya memandang tak percaya pada Fajar. Entah darimana sifat percaya dirinya berasal. Dan Risa begitu terpancing dengan gurauan jenaka Fajar. Tanpa sadar Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukuli lengan Fajar. Tentu pukulan kecil Risa tak sebanding dengan kokohnya lengan yang dimiliki Fajar. Tapi dengan sifat humorisnya, Ia tetap mengaduh seolah-olah merasakan pukulan yang menyakitkan.

Mereka tak menyadari bahwa interaksi mereka membuat seseorang yang sedang berada dalam mobil menatap keduanya penuh amarah.

"Ris, inikan pas makan siang. Gimana kalau kamu makan siang dulu sekalian, supaya pas sampai kantor nanti perut kamu sudah terisi," ucap Fajar. "Tenang saja, kali ini aku yang akan traktir kamu, sebagai tanda perkenalan kita, gimana?"

Risa tampak berpikir. Bari saja akan menjawab ajakan Fajar mereka dikejutkan oleh panggilan seorang pria.

"Yang ...!"

Fajar dan Risa menoleh ke arah suara. Dari arah parkiran muncul sosok pria yang dikenal oleh Risa. Dia Faris, tunangannya. Orang yang sedari tadi menelpon ponsel Risa. Ada dua puluh panggilan di sana.

"Kamu kok ga ngabarin aku sih Yang, kalo hari ini ada jadwal ke sini?" tanya Faris sambil berjalan menuju ke arah Risa dan Fajar.

Risa menyadari sengaja tak memberi tahu Faris tentang jadwalnya ke kantor polisi. Tapi Ia tak menyangka jika tunanganya akan menyusul ke sini.

Belum sempat mengatasi keterkejutannya, Risa dibuat kaget dengan sikap Faris yang tiba-tiba memeluk lalu mencium keningnya. Jujur Risa merasa malu dengan tindakan Faris. Ia tak pernah mengumbar kemesraan di depan orang lain. Apalagi ada Fajar di sana.

Faris berdiri tepat di hadapan Risa, dan menggenggam tangan gadis itu. "Untung tadi aku ke ruangan mu, jadi Siska bisa kasih tahu aku kamu dimana," ucapnya.

Pandangan Faris beralih ke sosok pria di sebelah tunangannya. "Siapa ini Yang?" tanya Faris kepada Risa.

Risa mengenalkan Faris ke Fajar, begitu sebaliknya. "Kenalkan Mas, beliau ini polisi yang tadi merekam laporan saksi, namanya Fajar. Fajar ini Mas Faris,--"

"Tunangan Risa," potong Faris dingin, sambil tangannya terulur ke hadapan Fajar.

"Fajar!" ucap pria tinggi besar itu.

Faris acuh dengan perkenalan Fajar. Ia malah berbalik menghadap ke arah kekasihnya. Dengan sedikit memaksa mulai menggenggam jemari Risa. "Sudah selesai 'kan Yang urusannya, yuk balik," ujar Faris.

Fajar yang menyadari ketidaknyamanan Risa karena perlakuan Faris kemudian tersenyum. "Kembali ke kantor saja dulu Ris, makan-makan nya lain waktu. Takut nanti kamu terlambat ngantor," ujarnya.

Risa menatap Fajar. Wajahnya menunjukkan penyesalan. Fajar hanya tersenyum. Akhirnya Ia harus menurut saat Faris mulai membawanya melangkah meninggalkan Fajar.

Fajar hanya bisa menatap kepergian Risa dengan wajah datar. Lalu Ia tersenyum.

"Sebelum janur melengkung, masih halal buat di tikung," gumam Fajar

***

Terpopuler

Comments

Baiq Dwi Yunita Ratmawa

Baiq Dwi Yunita Ratmawa

pak fajar buat aku aja thor😁😁😁

2020-10-23

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🐾🐾🐾😳

2020-10-12

0

reni

reni

Masih menerka nerka

2020-09-09

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Saksi Kejadian
3 2. Rasa Sang Fajar
4 3. Cemburu
5 4. Pemuda Tampan
6 5. Peringatan
7 6. Kekeliruan
8 7. Kesalahpahaman
9 8. Kesalahpahaman 2
10 9. Pertemuan
11 10. Kenangan
12 11. Malam Panjang
13 12. Malam Panjang 2
14 13. Perlindungan
15 14. Tentang dirimu
16 15. Dua Kesatria
17 16. Mencari dirimu
18 17. Bimbang
19 18. Keputusan
20 19. Berdamai
21 20. Melangkah Maju
22 21. Si Mata Kucing
23 22. Kembali bekerja
24 23. Keluarga
25 24. Keluarga 2
26 25. Visual
27 26. Faris & Risa
28 27. Kecurigaan
29 28. Kenyataan Lain
30 29. Bertemu
31 30. Bertemu 2
32 31. Rencana dan Keputusan
33 32. Berjumpa kembali
34 33. Permohonan dan Penaklukan
35 34. Tak akan melepasmu
36 35. Perpisahan
37 36. Keenan Abimanyu
38 37. Kemarahan Keenan
39 38. Maafkan Aku
40 39. Keinginan Clarissa
41 40. Keinginan Clarissa 2
42 41. Lelaki yang Terluka
43 42. Kasih Ibu
44 43. Rahasia Almira
45 44. Pernikahan
46 45. Setelah Pernikahan
47 46. Setelah Pernikahan 2
48 47. Setelah Pernikahan 3
49 48. Membaca Hati
50 49. Putus Asa
51 50. Istriku, Cla
52 51. Demi Kamu
53 52. Rambutan
54 53. Bertemu Malaikat Kecil
55 54. Ada Apa Dengannya?
56 55. Pagi Bersamamu
57 56. Memulai dari Awal
58 57. Memulai dari Awal 2
59 58. Memulai dari Awal 3
60 59. Polisi Tampan Gagal Move On
61 60. Penyusup
62 61. Penyusup 2
63 62. Rahasia Ganendra
64 63. Rahasia Ganendra 2
65 64. Rahasia Ganendra 3
66 65. Kulihat Diriku di Matamu
67 66. Harga yang Pantas
68 67. Hati ke Hati
69 68. Hati ke Hati 2
70 69. Pagi Luar Biasa
71 70. Kartu yang Mana?
72 71. Rencana Licik
73 72. Ada Apa Denganku
74 73. Villa Adam
75 74. Villa Adam 2
76 75. Villa Adam 3
77 76. Villa Adam 4
78 77. Maafkan Aku 2
79 78. Mungkin Tak Ada Maaf
80 79. Salah Paham yang Lain
81 80. Siapa Dia
82 81. Hanya Kau Harapanku
83 82. Air Mata Sahabat
84 83. Pertemuan
85 84. Air Mata Sahabat 2
86 85. Janitra
87 86. Terlambat
88 87. Bantuan
89 88. Memilih Terluka
90 89. Pengejaran
91 90. Pengejaran 2
92 91. kabar buruk
93 92. Dia Menantuku
94 93. Sadar
95 94. Sebuah Fakta
96 95. Aku Kembali
97 96. Kembali Pulang
98 97. Hadiah tak Terduga
99 98. Bolehkah?
100 99. Cinta Pada Pandangan Pertama
101 100. Cinta Pada Pandangan Pertama 2
102 101. Satu waktu
103 102. Berharap Maaf
104 103. Penyelesaian
105 104. Biantara
106 105. Cemburu?
107 106. Memaafkan
108 107. Restu
109 108. Dia Putra Abimanyu
110 109. Hukuman
111 110. Restu 2 (end)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Prolog
2
1. Saksi Kejadian
3
2. Rasa Sang Fajar
4
3. Cemburu
5
4. Pemuda Tampan
6
5. Peringatan
7
6. Kekeliruan
8
7. Kesalahpahaman
9
8. Kesalahpahaman 2
10
9. Pertemuan
11
10. Kenangan
12
11. Malam Panjang
13
12. Malam Panjang 2
14
13. Perlindungan
15
14. Tentang dirimu
16
15. Dua Kesatria
17
16. Mencari dirimu
18
17. Bimbang
19
18. Keputusan
20
19. Berdamai
21
20. Melangkah Maju
22
21. Si Mata Kucing
23
22. Kembali bekerja
24
23. Keluarga
25
24. Keluarga 2
26
25. Visual
27
26. Faris & Risa
28
27. Kecurigaan
29
28. Kenyataan Lain
30
29. Bertemu
31
30. Bertemu 2
32
31. Rencana dan Keputusan
33
32. Berjumpa kembali
34
33. Permohonan dan Penaklukan
35
34. Tak akan melepasmu
36
35. Perpisahan
37
36. Keenan Abimanyu
38
37. Kemarahan Keenan
39
38. Maafkan Aku
40
39. Keinginan Clarissa
41
40. Keinginan Clarissa 2
42
41. Lelaki yang Terluka
43
42. Kasih Ibu
44
43. Rahasia Almira
45
44. Pernikahan
46
45. Setelah Pernikahan
47
46. Setelah Pernikahan 2
48
47. Setelah Pernikahan 3
49
48. Membaca Hati
50
49. Putus Asa
51
50. Istriku, Cla
52
51. Demi Kamu
53
52. Rambutan
54
53. Bertemu Malaikat Kecil
55
54. Ada Apa Dengannya?
56
55. Pagi Bersamamu
57
56. Memulai dari Awal
58
57. Memulai dari Awal 2
59
58. Memulai dari Awal 3
60
59. Polisi Tampan Gagal Move On
61
60. Penyusup
62
61. Penyusup 2
63
62. Rahasia Ganendra
64
63. Rahasia Ganendra 2
65
64. Rahasia Ganendra 3
66
65. Kulihat Diriku di Matamu
67
66. Harga yang Pantas
68
67. Hati ke Hati
69
68. Hati ke Hati 2
70
69. Pagi Luar Biasa
71
70. Kartu yang Mana?
72
71. Rencana Licik
73
72. Ada Apa Denganku
74
73. Villa Adam
75
74. Villa Adam 2
76
75. Villa Adam 3
77
76. Villa Adam 4
78
77. Maafkan Aku 2
79
78. Mungkin Tak Ada Maaf
80
79. Salah Paham yang Lain
81
80. Siapa Dia
82
81. Hanya Kau Harapanku
83
82. Air Mata Sahabat
84
83. Pertemuan
85
84. Air Mata Sahabat 2
86
85. Janitra
87
86. Terlambat
88
87. Bantuan
89
88. Memilih Terluka
90
89. Pengejaran
91
90. Pengejaran 2
92
91. kabar buruk
93
92. Dia Menantuku
94
93. Sadar
95
94. Sebuah Fakta
96
95. Aku Kembali
97
96. Kembali Pulang
98
97. Hadiah tak Terduga
99
98. Bolehkah?
100
99. Cinta Pada Pandangan Pertama
101
100. Cinta Pada Pandangan Pertama 2
102
101. Satu waktu
103
102. Berharap Maaf
104
103. Penyelesaian
105
104. Biantara
106
105. Cemburu?
107
106. Memaafkan
108
107. Restu
109
108. Dia Putra Abimanyu
110
109. Hukuman
111
110. Restu 2 (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!