LILIANA
Disepanjang perjalanan menuju ke kantor papanya Lilian hanya bisa terdiam di dalam mobil, pikirannya masih tertuju pada Briyan yang kemarin baru saja ia putuskan.
"Maafkan aku Briyan, aku tahu pasti kamu bingung dengan keputusanku kemarin, aku harus bagaimana Briyan?"
Tak terasa air mata Lilian mulai berjatuhan, rasa cintanya pada Briyan sebenarnya sangatlah besar, tapi dia tahu apa yang akan terjadi kalau orang tuanya sudah mengetahui hubungannya dengan Briyan.
Disampingnya diam-diam Adrian terus memperhatikannya putri angkatnya dari depan kaca mobil.
"Lilian, apa sebenarnya kamu terpaksa mengikuti kemauan papa?" teguran pak Adrian langsung membuat Lilian segera menghapus air matanya.
"Ti-tidak pa, aku tidak terpaksa, semua keputusan mama dan papa itu yang terbaik." suara Lilian seakan tercekik di tenggorokan saat mengatakan itu semua.
"Benarkah?" Pak Adrian tersenyum kecil.
"Iya pa, benar."
"Bukankah kamu menangis karena kamu sudah tidak bisa bertemu lagi dengan Briyan?" Lilian langsung menoleh kearah papanya.
"Papa?" benar dugaan Lilian papa nya pasti sudah mengetahui tentang hubungannya bersama Briyan.
"Sudahlah, papa tahu semua. Mulai sekarang lupakan Briyan kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih dari Briyan."
"Tapi pa, aku sangat mencintai Briyan, dia baik dan juga sayang sama aku."
"Bukankah papa sudah berulang kali melarang kamu dan juga Daren untuk tidak berhubungan dengan orang miskin!"
"Tapi pa, apa alasan papa selalu melarang itu semua?"
"Kamu ingin tahu alasan papa?" Lilian langsung menganggukkan kepalanya.
"Karena orang miskin tidak bisa mencintaimu dengan tulus, mereka hanya mengincar harta kita saja." Lilian langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak, tidak semua orang begitu pa. Briyan tidak seperti itu, dia tulus mencintaiku, bahkan dia tidak tahu kalau aku adalah anak papa."
"Oya, tapi bagaimana kalau dia sudah tahu? dan dia diam-diam sudah mencari tahu terlebih dahulu tentang siapa kamu sebenarnya? Sudahlah! papa tidak mau memperpanjang urusan ini, bagi papa ini semua tidak penting!" terlihat kekecewaan di wajah Lilian setelah mendengar papanya berbicara.
Mobil yang membawa mereka akhirnya sudah sampai di depan lobi perusahaan, Adrian segera turun dari mobilnya dengan Lilian yang langsung mengikuti dibelakangnya.
Semua mata langsung mulai tertuju pada kedatangan Direktur utama pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. kedatangan Lilian diperusahaan itu membuat semua karyawan mulai bertanya-tanya.
"Bukankah itu putri dari pak Adrian? apa dia akan mulai bekerja di perusahaan ini?" bisik-bisik dari mereka.
"Entahlah, putri pak Adrian ternyata cantik sekali, dia seperti bidadari." ucap teman disampingnya.
"Hus, jangan sembarangan kamu! kalau kamu ketahuan memuji kecantikannya bisa-bisa kamu langsung dipecat pak Adrian." mereka langsung terdiam saat Lilian melintas di depan mereka.
Didepan semua karyawan Lilian selalu memberikan senyumannya, dia tidak menunjukan ke angkuhan sama sekali, Lilian ramah dan baik hati.
"Selamat pagi pak?"
"Pagi, Arka tolong siapkan ruangan kerja untuk putri saya!" perintah Adrian pada asisten pribadinya.
"Baik pak!" dengan cekatan dan sedikit melirik kearah Lilian, Arka sang asisten langsung menjalankan perintah atasannya, dan tanpa sepengetahuan yang lain diam-diam didalam hati, Arka mulai mengagumi kecantikan Lilian anak dari bos besarnya itu.
**
Sementara itu di ruang kerjanya Briyan masih saja memikirkan Lilian, dia belum bisa mengalihkan pikirannya pada sosok Liliana yang ia cintai, dia belum bisa terima atas keputusan Lilian yang sudah mengakhiri hubungan mereka.
"Lilian kamu dimana? kenapa nomor ponselmu tidak bisa di hubungi?" Briyan mulai kesal karena sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Lilian tapi selalu tidak bisa.
Ponsel miliknya terus saja ia pandangi, dia berharap Lilian mau menghubunginya, tapi nyatanya semua itu tidak pernah terjadi seharian ini tidak ada kabar dari kekasih nya sama sekali.
Di kantor milik papanya Liliana mulai terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaan barunya, sama seperti Briyan hatinya terus saja memikirkan Briyan.
"Apa yang harus aku lakukan, nyatanya memutuskan hubungan ini semakin membuat hatiku sakit, tidak bisa, aku harus menemui Briyan."
Dengan cepat Lilian langsung mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan ruangannya. Papanya tak terlihat disana dia merasa aman kali ini.
Dengan cepat Lilian langsung memesan sebuah taksi dan langsung pergi meninggalkan perusahaan milik papanya. Tujuan Lilian kali ini hanya ingin segera menemui Briyan di kantornya.
Hanya butuh dua puluh menit Lilian akhirnya sudah sampai didepan perusahaan tempat dulunya dia bekerja disana seorang satpam langsung berjalan menghampirinya.
"Bu Lilian? bukankah ibu sudah keluar dari perusahaan ini? tanya seorang satpam disana.
"Benar pak, oya apa boleh saya minta tolong?"
"Silahkan bu."
"Bisa saya minta tolong bapak panggilkan Briyan? katakan padanya saya menunggunya di luar."
"Siap bu, sebentar." satpam itu segera berlari menuju pos tempatnya bekerja, disana dia langsung menghubungi seseorang.
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit akhirnya Briyan sudah terlihat keluar dari dalam lobi, matanya mulai mencari keberadaan Lilian.
Kali ini matanya langsung tertuju pada perempuan yang sedang melambaikan tangan kearahnya, dengan sedikit gemetar Briyan langsung tersenyum ke arah Lilian dan mulai berjalan mendekatinya.
Entah apa yang terjadi pada hati mereka berdua, disana nampak kegugupan terlihat saat mereka saling beradu pandang, sehari tanpa kabar mereka sama-sama saling merindukan.
"Lilian? kamu datang?" kenapa dengan ponselmu kenapa susah sekali aku hubungi?" Briyan terus saja memberi pertanyaan pada Lilian.
"Maafkan aku Briyan, ponselku tiba-tiba saja mati setelah aku membalas pesan untukmu kemarin."
"Tidak apa-apa, tapi kamu baik-baik saja bukan?"
"Aku baik-baik saja, tapi Briyan?" terlihat mata Lilian mulai berkaca-kaca, Briyan tidak suka melihat kekasihnya menangis didepannya, dia benar-benar mengkhawatirkan Lilian saat ini.
"Ada apa Lilian? jangan buat aku khawatir, katakan apa yang sebenarnya terjadi?" kenapa kamu sampai memutuskan hubungan kita?"
"Itu karena?"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments