5. Kencan Kedua

"Kencan kedua kali ini, kamu tidak boleh buat masalah!" seru Nyonya Emely. Dia menghempaskan diri ke atas sofa sambil memijit keningnya. Sofa empuk andalannya itu, memang sering dia gunakan untuk menenangkan diri. Tapi, sepertinya tidak akan berfungsi kali ini.

Nyonya Emely begitu syok dengan laporan temannya yang mengatakan bahwa Leo telah dibuat marah oleh Valeda. Bahkan, temannya tidak lupa untuk melaporkan keterlambatan Valeda datang ke restoran tempat mereka berjanji.

"Ma, anak kita tidak salah sepenuhnya," Tuan Suherman duduk di sebelah istrinya sambil meletakkan secangkir teh herbal hangat. "Tenanglah, minum dulu tehnya."

"Benar, Ma," Valeda ikut membela diri. "Leo mengkritik Val sejak pertama kami bertemu. Bahkan dia berteriak kasar pada Val." Valeda balas melaporkan Leo.

"Tidak usah dibahas lagi," Tuan Suherman membantu Nyonya Emely memijit keningnya. "Kamu harus rileks, Sayang. Kita akan jalan-jalan ke luar negeri. Aku tidak mau pergi sendiri tanpa kamu."

"Tapi aku tidak bisa meninggalkan Valeda dalam keadaan seperti ini, Pa," jawab Nyonya Emely.

"Memangnya, Val kenapa, Ma?" Valeda tidak mengerti dengan pembicaraan Nyonya Emely.

"Kamu harus punya pacar. Harus ada orang yang menjaga kamu, Val. Mama akan tenang selama pergi ke luar negeri."

Valeda menelengkan kepalanya. "Mama terlalu khawatir," jawab Valeda. "Mama pergi hanya seminggu. Jangan membesarkan masalah!"

"Malam ini, kamu harus bertemu dengan calon kedua!" putus Nyonya Emely.

Valeda menghela nafas panjang. Tuan Suherman mengedipkan mata, meminta Valeda untuk menyetujui saja apa mau Nyonya Emely.

"Iya," jawab Valeda singkat, memilih untuk tidak berdebat.

"Setelah ini, kamu masih ada kerjaan?" tanya Tuan Suherman.

Valeda melirik jam tangannya. "Masih ada beberapa urusan." Valeda meraih tehnya dan meneguknya sampai habis. "Papa, Mama, Val pergi dulu. Nanti malam Val kirim pesan kalau sudah mau tidur," ujar Valeda sambil salim kepada kedua orangtuanya.

"Hati-hati di jalan, Nak," pesan Tuan Suherman.

"Malam ini, jangan sampai terlambat lagi," Nyonya Emely ikut berpesan ketika Valeda salim.

"Iya, Ma," Valeda menyilangkan jarinya di belakang punggung.

Valeda masih merasa beruntung karena Nyonya Emely tidak begitu marah padanya. Valeda mempunyai pembelaan karena sifat Leo yang mendominasi dan temperamental. Darah tingginya akan sering kambuh jika mempunyai menantu seperti Leo.

Kris yang menunggu Valeda di depan rumah, langsung membukakan pintu mobil ketika Valeda muncul dari balik pintu rumah Tuan Suherman. "Pulang sekarang, Non?" tanya Kris saat Valeda masuk ke mobil.

"Kita mampir ke restoran ayam langganan Celine dulu. Aku mau belikan makanan enak untuk anak karyawanku yang sakit," jawab Valeda.

Kris mengangguk dan menutup pintu mobil. Lalu dia berlari kecil menuju pintu kemudi. Kris sangat pandai mengemudikan mobil. Valeda merasa nyaman, bahkan mengantuk saking jagonya Kris. "Nona sudah punya alamat karyawan yang mau dikirimi makanan?"

Valeda memeriksa smartphone-nya sejenak. "Celine memberi alamatnya tadi siang," jawab Valeda. "Ah, ini dia! Akan aku kirim ke kamu. Kamu yang urus seperti biasa, oke?"

"Siap, Non!" jawab Kris bersemangat. Dia sempat melirik Valeda yang duduk di belakang sebelum membuka mulut. Kris harus memastikan bahwa atasannya ini tidak sedang bad mood.

Valeda duduk kalem sembari memainkan smartphone-nya. Entah permainan apa yang kali ini dia coba untuk mengisi waktu luang.

"Nona, Nyonya Emely memerintahkan saya untuk mengantar Nona ke restoran malam ini," ujar Kris perlahan.

Valeda mengangkat cepat kepalanya, kaget dengan perkataan Kris. "Apa? Kenapa?"

"Mmm, mungkin memastikan bahwa Anda tidak akan terlambat lagi," Kris beralasan.

"Lalu, kenapa kamu setuju, Kris? Kamu bekerja untukku, bukan untuk ibuku," protes Valeda kesal. "Kamu harusnya memihakku, bukan menjadi mata-mata ibuku!"

"Bukan begitu, Nona," sanggah Kris. "Saya hanya ingin yang terbaik untuk semuanya. Saya hanya akan memastikan Nona Val tiba di restoran tepat waktu. Berapa lama Nona berhadapan dengan calon yang ditunjuk Nyonya Emely, itu terserah pada Nona."

"Hmmm, mulai pintar kamu ngomong, ya?" sindir Valeda.

Kris hanya menjawabnya dengan senyuman. Valeda menjadi semakin malas mengikuti kencan buta seperti ini, apalagi sekarang ditambah dengan mata-mata baru Nyonya Emely.

"Kris, kamu punya ide, bagaimana caranya lepas dari perjodohan yang Mama atur?" tanya Valeda.

"Satu, membuktikan pada Nyonya Emely bahwa semua pilihannya tidak berbobot. Dua, secepatnya mencari pacar. Tiga, sewa orang untuk pura-pura jadi pacar Nona," jawab Kris dengan lancarnya.

Valeda terbahak mendengar jawaban Kris yang jujur. Kejujuran Kris memang harus diacungi jempol. Kris jarang berbohong bahkan di saat dia harus berbohong sekalipun. "Kamu kebanyakan nonton sinetron, Kris!" ejek Valeda.

Kris ikut tertawa pelan. Dia merasa lega karena atasannya ini kembali ceria hanya dengan jawaban seperti itu. Kris berharap sepenuh hati, agar nanti saat makan malam, nona mudanya tidak akan mengalami kesulitan untuk kabur.

Akhirnya, waktu makan malam yang dihindari Valeda, tiba. Malam sangat cerah, berbeda dengan suasana hati Valeda yang mendung. Bahkan hujan lebat.

Kris benar-benar mengantar Valeda ke tempat perjanjian tepat waktu. Bahkan lebih awal sepuluh menit. Valeda masuk ke dalam restoran dengan langkah diseret.

"Selamat malam, Nona! Terima kasih sudah datang ke restoran kami," sapa seorang pelayan di meja penerima tamu. Kali ini pun, Nyonya Emely memilihkan restoran bintang lima yang luar biasa mewah. Dan kali ini pun, Valeda merasa keindahan restoran itu tidak membuatnya bahagia bisa makan di sana.

"Saya sudah pesan meja, atas nama Valeda," jawab Valeda tanpa berbasa-basi.

Pelayan itu memeriksa buku tamu di hadapannya. "Silakan lewat sini, Nona," ujarnya setelah menemukan nama Valeda di buku tamu.

Valeda berjalan mengikuti pelayan di depannya dalam diam. Dia memandang kosong ke arah depan, sampai akhirnya tiba di meja yang sudah Nyonya Emely pesan.

Pelayan itu menarik kursi untuk Valeda. Valeda baru menyadari bahwa kandidat kedua dari ibunya belum datang saat ini. Dia duduk sendirian di sana.

"Apa Anda menunggu seseorang?" tanya pelayan tadi.

Valeda menimbang sejenak, apakah dia akan memesan makan sekarang, atau menunggu anak teman Nyonya Emely datang dulu. "Saya akan pesan nanti. Tolong bawakan wine rekomendasi restoran ini."

"Baik," jawab pelayan itu, lalu undur diri.

'Hmm, aku yang datang awal,' pikir Valeda, dan dia memutuskan untuk menunggu sejenak.

Sepuluh menit berlalu. Valeda sudah hampir menghabiskan gelas wine pertamanya. Dia melambai ke arah pelayan untuk memesan sesuatu untuk di makan.

"Bisa saya bantu?" tanya pelayan ber-nametag Lina.

"Tolong menunya," pinta Valeda.

Sebuah buku menu langsung tertera di hadapan Valeda. Valeda sempat melemparkan pandangan ke arah pintu masuk, mengecek apakah ada tanda kedatangan dari kandidat kedua pilihan Nyonya Emely. Tapi nihil.

Valeda memutuskan untuk memesan makanan duluan. Dia tidak begitu peduli dengan tanggapan laki-laki yang akan datang nanti.

Begitu awalnya pemikiran Valeda. Ternyata, sampai makanan yang dipesan Valeda datang pun, anak teman Nyonya Emely tidak kunjung datang.

'Baguslah!' pikir Valeda senang. Dia sudah menyerah sejak kencan buta pertama. Ternyata yang kedua malah berjalan mudah.

Valeda menikmati makan malamnya dengan tenang. Dia bahkan terhanyut dalam musik klasik yang dilantunkan seorang pianis di tengah restoran itu. Wine yang dia pesan menjadi berkali-kali lipat enaknya setiap kali Valeda meminumnya.

"Maaf?"

Satu kata dan semuanya berubah. Valeda mendongak, melihat seorang laki-laki jangkung membungkuk di sampingnya. "Ya?"

"Nona Valeda?" tanya laki-laki itu.

"Benar," jawab Valeda singkat. Dia sudah mempunyai firasat bahwa laki-laki itu adalah kandidat kedua.

"Maaf aku terlambat," ujar laki-laki itu sambil menyodorkan sebuah kotak berpita emas ke atas meja. "Ini permintaan maaf dariku."

***

Terpopuler

Comments

Amie chie

Amie chie

mending sma abrah aja

2021-02-07

0

Efan Zega

Efan Zega

pilih kris atau abrah aja,,,dr kalangan biasa aja biar bs bantuin usaha u val

2021-01-28

0

Brown

Brown

kok aku ngerasa Kris akan berjodoh dengan valeda y?

2021-01-27

0

lihat semua
Episodes
1 1. Titah Mama
2 2. Memulai Hari
3 3. Kencan Pertama
4 4. Perkara Pertama
5 5. Kencan Kedua
6 6. Perkara Kedua
7 7. Kencan Ketiga
8 8. Perkara Ketiga
9 9. Siasat
10 10. Eksekusi
11 11. Pesan Masuk
12 12. Senja (Daniel's POV)
13 13. Melihatnya (Daniel's POV)
14 14. Teman Baru
15 15. Makan Malam
16 16. Alibi
17 17. Harap-harap Cemas
18 18. Pemenang
19 19. Sederajat
20 20. Syarat
21 21. Perkenalan
22 22. Wangi
23 23. Api Unggun
24 24. Senyuman
25 25. Membeku
26 26. Lucas
27 27. Lucas (2)
28 28. Bangga
29 29. Desiran
30 30. Waktu
31 31. Dress Up
32 32. Mengambil Hati (1)
33 33. Mengambil Hati (2)
34 34. Gagal
35 35. Tidak Mengerti
36 36. Tertarik
37 37. Sesak
38 38. Kebetulan
39 39. Kotor
40 40. Alasan
41 41. Menyerah
42 42. Take and Give
43 43. Mengalihkan Isu (1)
44 44. Mengalihkan Isu (2)
45 45. Guratan
46 46. Ingatan
47 47. Kampus
48 48. Bersinar
49 49. Cuti
50 50. Sahabat
51 51. Gali
52 52. Tidak Wajar
53 53. Kebun Binatang
54 54. Tertangkap
55 55. Kali Pertama
56 56. Kacau
57 57. Gontai
58 58. Rahasia
59 59. Rival atau Cinta
60 60. Takut
61 61. Kemungkinan
62 62. Usaha
63 63. Bersama
64 64. Akhir Kontrak
65 65. Dulu
66 66. Pengganggu
67 67. Maju
68 68. Kejutan
69 69. Alur
70 70. Amarah
71 71. Kebencian
72 72. Panik
73 73. Saksi Mata
74 74. Air Mata
75 75. Pengakuan
76 76. Jalan
77 77. Akhir
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Titah Mama
2
2. Memulai Hari
3
3. Kencan Pertama
4
4. Perkara Pertama
5
5. Kencan Kedua
6
6. Perkara Kedua
7
7. Kencan Ketiga
8
8. Perkara Ketiga
9
9. Siasat
10
10. Eksekusi
11
11. Pesan Masuk
12
12. Senja (Daniel's POV)
13
13. Melihatnya (Daniel's POV)
14
14. Teman Baru
15
15. Makan Malam
16
16. Alibi
17
17. Harap-harap Cemas
18
18. Pemenang
19
19. Sederajat
20
20. Syarat
21
21. Perkenalan
22
22. Wangi
23
23. Api Unggun
24
24. Senyuman
25
25. Membeku
26
26. Lucas
27
27. Lucas (2)
28
28. Bangga
29
29. Desiran
30
30. Waktu
31
31. Dress Up
32
32. Mengambil Hati (1)
33
33. Mengambil Hati (2)
34
34. Gagal
35
35. Tidak Mengerti
36
36. Tertarik
37
37. Sesak
38
38. Kebetulan
39
39. Kotor
40
40. Alasan
41
41. Menyerah
42
42. Take and Give
43
43. Mengalihkan Isu (1)
44
44. Mengalihkan Isu (2)
45
45. Guratan
46
46. Ingatan
47
47. Kampus
48
48. Bersinar
49
49. Cuti
50
50. Sahabat
51
51. Gali
52
52. Tidak Wajar
53
53. Kebun Binatang
54
54. Tertangkap
55
55. Kali Pertama
56
56. Kacau
57
57. Gontai
58
58. Rahasia
59
59. Rival atau Cinta
60
60. Takut
61
61. Kemungkinan
62
62. Usaha
63
63. Bersama
64
64. Akhir Kontrak
65
65. Dulu
66
66. Pengganggu
67
67. Maju
68
68. Kejutan
69
69. Alur
70
70. Amarah
71
71. Kebencian
72
72. Panik
73
73. Saksi Mata
74
74. Air Mata
75
75. Pengakuan
76
76. Jalan
77
77. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!