4. Perkara Pertama

Laki-laki itu mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban Valeda. Wajah tampannya jelas menggambarkan bahwa dia seakan tidak percaya dengan apa yang Valeda katakan sedetik yang lalu.

"Boleh saya duduk?" tanya Valeda, berpura-pura tidak menyadari ketidaksukaan dari lawan bicaranya. "Tuan--" Valeda memicingkan matanya, karena dia tidak mengetahui nama laki-laki itu.

"Leo," jawabnya singkat.

Valeda duduk dengan santai di depan Leo. Dia membalas tatapan Leo dengan berani. "Apa zodiak Anda adalah leo?" Valeda membuka percakapan.

"Tidak. Zodiakku adalah virgo," ketus Leo. Rupanya dia masih tidak terima karena Valeda tidak meminta maaf atas keterlambatannya.

"Saya pikir Anda diberi nama sesuai zodiak," Valeda menjelaskan maksud pertanyaannya barusan, walaupun Leo tidak bertanya apa-apa. Valeda mengangkat tangannya, memanggil pelayan yang berdiri di dekat mereka. "Ayo kita pesan makanan."

Pelayan yang memakai nametag Laila melemparkan senyuman simpul pada mereka. "Silakan, Tuan dan Nona," ujar Laila sembari menyerahkan menu restoran pada mereka.

Valeda meneliti makanan yang disediakan restoran itu dan menu apa kira-kira yang akan dikritik oleh Leo ketika Valeda memesannya. "Saya pesan grill beef dan wine rekomendasi dari restoran ini."

"Ini sudah lewat pukul tujuh malam. Tidak baik bagi tubuh kamu jika makan daging apalagi yang tidak direbus," Leo memberi nasehat.

Valeda tersenyum pada Leo. "Tenang saja. Ini tubuh saya. Tubuh yang sudah bekerja seharian dan kelelahan. Tubuh ini pantas menerima hadiah dari saya, kapanpun saya mau."

Leo menggigit bibir bawahnya. Dia menahan kritikan yang ingin sekali dia lontarkan setelah mendengar jawaban-jawaban dari Valeda yang terus saja bertentangan.

Valeda menyerahkan menu di tangannya kepada Laila. "Anda mau pesan apa?" tanyanya pada Leo yang belum menyentuh menu di depannya sama sekali. "Jam makan malam sudah hampir lewat. Lebih baik Anda memesan sekarang."

"Siapa tepatnya yang datang terlambat dan membuat jam makan malam kita hampir terlewat?" sindir Leo.

"Anda tidak harus menunggu saya," tandas Valeda. "Saya pikir, Nyonya Emely sudah memberitahu Anda, kalau saya adalah orang yang sibuk. Hal seperti makan malam akan menjadi prioritas terakhir setelah pekerjaan saya."

"Jika kamu menjadi istriku, kamu tidak perlu bekerja lagi. Bersantailah di rumah dan urus aku dengan baik."

Valeda meraih gelas air putih yang tersedia di atas meja, kemudian meneguknya pelan-pelan. Dia menghela nafas panjang, merasa tahu jalan pemikiran Leo.

Laila yang masih berdiri di antara mereka, menjadi canggung. Dia tidak mungkin meninggalkan meja Valeda, karena Leo belum memesan. Namun, jika dia tetap di sana, dia akan mendengar percakapan pribadi yang seharusnya tidak dia dengar. "Umm, sa-saya akan kembali lagi nanti," Laila mencoba pamit diri.

"Tolong pesanan saya dibuatkan, ya?" pesan Valeda.

"Baik, Nona," jawab Laila dan segera berlalu dari tengah-tengah perdebatan.

"Jadi, Anda berpikir untuk menikah dengan saya?" tanya Valeda.

"Untuk apa lagi kita bertemu, kalau tujuannya bukan itu?" Leo menjawab sambil tertawa pelan. "Aku ini pewaris Citra Jaya Konstruksi. Hidup terjamin sudah di tanganku kalau kita menikah. Kamu hanya perlu duduk tenang dan menikmati hidup."

Valeda ikut tertawa. "Jadi, menikmati hidup menurut Anda, adalah duduk tenang?"

"Itu idaman setiap wanita, kan?" Leo mencibir.

"Saya kagum dengan pemikiran Anda yang mementingkan keinginan wanita," Valeda tersenyum simpul. Dia meneguk air putihnya lagi, meskipun tidak sedang haus. "Tapi, apakah itu keinginan saya juga?"

"Tentu. Bukankah semua wanita sama saja? Jika ada uang, kalian akan tenang. Jadi, aku menyiapkan segalanya untuk kalian," Leo bangga dengan dirinya yang berpikir jauh ke depan.

Plok! Plok! Plok! Plok! Plok!

Valeda bertepuk tangan sambil memandang takjub pada laki-laki di depannya. "Luar biasa! Sungguh luar biasa!"

"Tentu saja. Aku memang luar biasa," Leo setuju dengan pujian Valeda.

Valeda menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga. "Tapi saya tidak mau menikah dengan Anda."

Hening menghampiri ketika Valeda berkata begitu. Leo tidak bergeming dan hanya menatap Valeda dalam diam. Seperti awal tadi, Valeda membalas pandangan Leo dengan berani.

"Permisi," Laila datang dengan nampan berisikan wine pesanan Valeda. "Ini wine rekomendasi untuk melepas hari yang melelahkan," ujar Laila.

Valeda mengangguk singkat, mempersilakan Laila meletakkan wine pesanannya ke atas meja. Dengan cekatan, Laila menuangkan wine ke dalam gelas. Valeda menerima gelas pemberian Laila, kemudian menyesap wine-nya.

Baru saja Valeda ingin berkomentar tentang wine yang Laila suguhkan, sebelum tiba-tiba Leo mengkritik cara Valeda minum. "Bukan begitu cara menikmati wine, Nona Valeda," kata Leo.

Senyuman Valeda menghilang. "Ya?"

"Kamu harus melihat warna dari wine yang akan kamu minum terlebih dahulu. Kemudian, memutarnya di dalam gelas dengan perlahan, agar aromanya tercium lebih keras. Setelah itu, kamu harus mencium aromanya untuk membangkitkan panca indramu. Terakhir, barulah sesap wine sepelan mungkin."

Valeda menoleh ke kanan-kiri setelah Leo selesai bicara. "Maaf, apa kita berada di dalam perlombaan minum wine?"

"Apa maksudmu?" tanya Leo.

"Laila, apakah saya menjadi juri dalam penilaian rasa wine yang kamu suguhkan?" Valeda bertanya pada Laila yang masih berdiri di sebelahnya.

"Ti-tidak, Nona," Laila menjawab dengan canggung.

"Kalau begitu, bukankah saya bebas menikmati pesanan saya dengan cara saya sendiri? Apakah Anda sebegitu keberatannya, Tuan Leo?" Valeda meneguk wine-nya sampai habis. Kemudian mengacungkan gelas kosong pada Laila, minta kembali diisi.

"Kenapa susah sekali bagimu untuk mengikuti aturan?" Leo menggebrak meja. Kesabarannya mulai habis, menghadapi wanita yang bersikap di luar kendalinya.

Valeda memasang wajah tanpa ekspresi. Dia tidak suka jika ada orang yang tidak bisa menahan emosinya dan menjadi kasar. Valeda menoleh pada Laila, lalu memberinya isyarat bahwa Laila boleh meninggalkan mereka berdua. Laila membungkuk kecil, cepat-cepat meletakkan botol wine ke atas meja dan kabur dari sana.

"Aturan?" tanya Valeda, mengulang perkataan Leo sedetik lalu. "Saya tidak membaca aturan apapun ketika masuk ke restoran ini."

"Aturan tidak tertulis!" seru Leo.

Valeda bersandar pada kursinya dan menyilangkan tangan di atas meja. "Anda mulai emosi," ujar Valeda.

"Ya! Dan kamu penyebabnya!" cicit Leo.

Valeda tertawa mendengar jawaban Leo. "Kita baru bertemu pertama kali, dan Anda berani meninggikan suara Anda hanya karena saya langsung meneguk wine pesanan saya."

Valeda membuang wajah ke arah Laila yang memegang nampan berisikan makanan. Dia tampak ragu untuk kembali ke meja Valeda.

"Kemarilah," panggil Valeda sambil mengangkat tangannya.

Laila berjalan cepat menghampiri meja Valeda lagi. "I-ini pesanan Nona," katanya seraya meletakkan makanan di atas meja Valeda.

"Jika Tuan Leo merasa risih dengan cara saya makan, Tuan boleh pergi meninggalkan saya. Saya tidak akan menuntut apapun, apalagi merasa terhina jika ditinggalkan saat pertemuan pertama kita." Valeda meraih pisau dan garpu di depannya. Tanpa menunggu jawaban dari Leo, Valeda mulai menikmati makan malamnya yang terlambat.

"Baiklah jika itu maumu!" Leo melempar serbet di pangkuannya dengan kasar ke atas meja. Dia berbalik dan benar-benar meninggalkan Valeda sendirian di mejanya.

"No-Nona, apa benar tidak apa-apa?" tanya Laila takut-takut.

"Sayang sekali dia tidak menikmati makanan selezat ini," jawab Valeda. "Aku mau memuji kokinya. Bisa?"

"Akan saya panggilkan," Laila membungkuk sedikit dan kembali ke dapur.

Valeda bernafas puas. "Satu masalah selesai," gumamnya bangga. "Tinggal kena omel Mama saja untuk besok."

***

Episodes
1 1. Titah Mama
2 2. Memulai Hari
3 3. Kencan Pertama
4 4. Perkara Pertama
5 5. Kencan Kedua
6 6. Perkara Kedua
7 7. Kencan Ketiga
8 8. Perkara Ketiga
9 9. Siasat
10 10. Eksekusi
11 11. Pesan Masuk
12 12. Senja (Daniel's POV)
13 13. Melihatnya (Daniel's POV)
14 14. Teman Baru
15 15. Makan Malam
16 16. Alibi
17 17. Harap-harap Cemas
18 18. Pemenang
19 19. Sederajat
20 20. Syarat
21 21. Perkenalan
22 22. Wangi
23 23. Api Unggun
24 24. Senyuman
25 25. Membeku
26 26. Lucas
27 27. Lucas (2)
28 28. Bangga
29 29. Desiran
30 30. Waktu
31 31. Dress Up
32 32. Mengambil Hati (1)
33 33. Mengambil Hati (2)
34 34. Gagal
35 35. Tidak Mengerti
36 36. Tertarik
37 37. Sesak
38 38. Kebetulan
39 39. Kotor
40 40. Alasan
41 41. Menyerah
42 42. Take and Give
43 43. Mengalihkan Isu (1)
44 44. Mengalihkan Isu (2)
45 45. Guratan
46 46. Ingatan
47 47. Kampus
48 48. Bersinar
49 49. Cuti
50 50. Sahabat
51 51. Gali
52 52. Tidak Wajar
53 53. Kebun Binatang
54 54. Tertangkap
55 55. Kali Pertama
56 56. Kacau
57 57. Gontai
58 58. Rahasia
59 59. Rival atau Cinta
60 60. Takut
61 61. Kemungkinan
62 62. Usaha
63 63. Bersama
64 64. Akhir Kontrak
65 65. Dulu
66 66. Pengganggu
67 67. Maju
68 68. Kejutan
69 69. Alur
70 70. Amarah
71 71. Kebencian
72 72. Panik
73 73. Saksi Mata
74 74. Air Mata
75 75. Pengakuan
76 76. Jalan
77 77. Akhir
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Titah Mama
2
2. Memulai Hari
3
3. Kencan Pertama
4
4. Perkara Pertama
5
5. Kencan Kedua
6
6. Perkara Kedua
7
7. Kencan Ketiga
8
8. Perkara Ketiga
9
9. Siasat
10
10. Eksekusi
11
11. Pesan Masuk
12
12. Senja (Daniel's POV)
13
13. Melihatnya (Daniel's POV)
14
14. Teman Baru
15
15. Makan Malam
16
16. Alibi
17
17. Harap-harap Cemas
18
18. Pemenang
19
19. Sederajat
20
20. Syarat
21
21. Perkenalan
22
22. Wangi
23
23. Api Unggun
24
24. Senyuman
25
25. Membeku
26
26. Lucas
27
27. Lucas (2)
28
28. Bangga
29
29. Desiran
30
30. Waktu
31
31. Dress Up
32
32. Mengambil Hati (1)
33
33. Mengambil Hati (2)
34
34. Gagal
35
35. Tidak Mengerti
36
36. Tertarik
37
37. Sesak
38
38. Kebetulan
39
39. Kotor
40
40. Alasan
41
41. Menyerah
42
42. Take and Give
43
43. Mengalihkan Isu (1)
44
44. Mengalihkan Isu (2)
45
45. Guratan
46
46. Ingatan
47
47. Kampus
48
48. Bersinar
49
49. Cuti
50
50. Sahabat
51
51. Gali
52
52. Tidak Wajar
53
53. Kebun Binatang
54
54. Tertangkap
55
55. Kali Pertama
56
56. Kacau
57
57. Gontai
58
58. Rahasia
59
59. Rival atau Cinta
60
60. Takut
61
61. Kemungkinan
62
62. Usaha
63
63. Bersama
64
64. Akhir Kontrak
65
65. Dulu
66
66. Pengganggu
67
67. Maju
68
68. Kejutan
69
69. Alur
70
70. Amarah
71
71. Kebencian
72
72. Panik
73
73. Saksi Mata
74
74. Air Mata
75
75. Pengakuan
76
76. Jalan
77
77. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!