2. Memulai Hari

Valeda membuka mata dengan susah payah karena tidur larut semalam. Sinar matahari bahkan belum muncul dari peraduannya, tapi Valeda sudah harus bersiap memulai harinya. Ya, tentu saja Valeda tidak boleh mengeluh dengan hal ini. Ini adalah jalan ninjanya!

“Valeda! Valeda! Ayo cepat keluar!”

"Astaga! Nenek lampir itu sudah siap duluan rupanya! Padahal masih jam lima pagi. Tapi dia sudah nangkring di apartemenku," gumam Valeda.

“Valeda!?” cicit Celine lagi karena tidak mendengar jawaban si empunya apartemen.

“Iya, iya! Aku sudah bangun! Nggak usah teriak-teriak, aku nggak budeg!” sahut Valeda setengah kesal. Daripada harus mendengar panggilan dari Celine lagi, Valeda memilih segera pergi mandi dan mempersiapkan diri untuk hari yang sibuk.

Hari Kamis. Waktunya untuk warna biru. Valeda akan memakai atasan secerah langit biru dan rok sebiru laut dalam. Dipadu dengan sepatu kaca karya desainer langganannya dan sebuah tas bermerek yang baru saja dia beli. Harinya akan menjadi sempurna.

Ah, bukan. Harinya kali ini pun, harus menjadi sempurna…

Begitu siap dengan dirinya, Valeda keluar dari kamarnya yang nyaman dan hangat. Valeda menghampiri Celine yang duduk di ruang tamu sambil menyusun kertas-kertas di atas meja. Valeda bisa menebak, itu adalah berkas yang Celine siapkan untuk rapat mereka dengan tim pemasaran siang nanti.

“Sarapan ada di atas meja dapur,” kata Celine tanpa menoleh ke arah Valeda. Dia benar-benar fokus pada pekerjaannya.

Valeda berjalan cepat menuju meja makan. Di sana telah terhidang sarapan ‘Hari Kamis’ yang selalu Valeda pesan. Sepiring omelet berpenampilan mewah dengan tambahan kaviar di atasnya, dipadu dengan campuran lobster terbaik. Aroma yang memenuhi dapur apartemennya sungguh membuat perut Valeda menjerit-jerit kelaparan.

“Apa saja jadwal untuk hari ini?” tanya Valeda sambil duduk di depan sarapannya yang berharga. Valeda tidak akan bisa melewati pagi hari tanpa makanan kesukaannya setiap pagi.

“Setelah tiba di kantor, kamu harus berkeliling untuk menyapa semua staff dan bertanya apakah ada masalah. Meskipun kamu sudah tahu semua masalah yang ada di kantormu,” Celine memulai.

“Oke, lalu?” Valeda mempersilakan Celine untuk melanjutkan. Sementara Valeda mulai menikmati omeletnya.

Hei, jangan katakan bahwa Valeda adalah orang yang jahat! Valeda tahu, beberapa dari kalian pasti mencibirnya karena makan sendiri, dan membiarkan Celine tetap bekerja. Biar aku katakan,

Kalian salah!

Ini adalah yang Celine inginkan. Dia tidak terbiasa untuk sarapan. Katanya, otaknya tidak akan berfungsi jika dia bekerja dengan perut kenyang di pagi hari. Pernah suatu ketika, Valeda memaksanya untuk sarapan. Lalu, dia melamun di sepanjang jalannya rapat. Yang rugi Valeda, dong!

“Jam sebelas, kamu ada janji bertemu dengan Direktur Mahaputra. Kamu harus berterima kasih karena Beliau mau menanam saham di mall barumu.”

“Iya, aku ngerti,” jawab Valeda.

“Makan siang nanti, aku sudah siapkan un-”

“Lewati makan siangku,” potong Valeda cepat. “Aku mau memeriksa riwayat dokter-dokter baru yang akan aku rekrut.”

Celine mengerutkan alisnya. “Tapi kamu sudah setuju, Val,” Celine mengingatkan. “Dua hari lagi, mereka akan mulai orientasi di rumah sakit.”

“Setelah membaca resume yang kamu berikan, aku melihat ada kejanggalan pada salah satu dokter yang aku rekrut. Aku mau menyelidikinya lebih dalam, sebelum ada hal yang tidak beres terjadi di rumah sakitku.” Valeda meneguk susu yang tersedia di samping piring omelet.

Celine mengangguk. “Aku juga merasa ada hal yang aneh. Tapi tidak bisa menemukan sesuatu,” ujarnya, setuju dengan apa yang Valeda katakan. “Lalu, pukul dua siang nanti, akan ada rapat dengan tim pemasaran tentang bilik-bilik yang masih kosong di mall.”

“Ya, kita harus secepatnya mengisi bilik yang kosong. Lalu, aku harus adakan peninjauan lebih lanjut untuk grand opening yang luar biasa.” Valeda mengusap ujung bibirnya dengan tissue. “Oh, iya! Aku minta laporan keuangan rumah sakit untuk bulan lalu, diserahkan paling lambat besok.”

“Oke,” Celine mengirim pesan pada HRD rumah sakit tentang apa yang aku minta. “Ngomong-ngomong, bagaimana dengan rencana kencan butamu?”

“Duh, kepo, deh! Pagi-pagi sudah nanya hal yang nggak penting,” sahut Valeda malas. “Aku nggak habis pikir, kenapa Mama tiba-tiba minta aku untuk menikah.”

“Sudah umur?” ejek Celine sambil terkikik geli. “Mamaku juga sering bertanya, kenapa kamu tidak punya pacar sampai sekarang?”

“Kamu sendiri tahu apa alasanku, kan?” Valeda balik bertanya pada Celine. “Harusnya kamu mendukung keputusanku untuk membangun perusahaan dan hidup nyaman tanpa bantuan laki-laki.”

“Bukan berarti, kamu akan hidup sendiri selamanya, kan?” Celine memberi nasehat. “Bagaimanapun, kamu harus mencoba membuka hati pada lawan jenis. Mereka nggak seburuk kelihatannya, kok!”

“Kalau benar begitu, kenapa kamu putus sama Michael bulan lalu? Terus, gimana ceritanya kamu nangis badai seharian karena Rangga?”

“Hei, dilarang mengungkit masa lalu!” protes Celine sebal.

Valeda hanya nyengir, balik mengejeknya. Celine memang beberapa kali pacaran, tapi berakhir dengan tragis. Bukan masalah penampilan. Celine tidak kalah cantik jika disandingkan dengan Valeda. Apalagi, dia berdarah campuran Indonesia-Eropa. Dengan modal tampang saja, sebenarnya Celine sudah bisa mendapatkan satu atau dua laki-laki di sampingnya.

Celine memiliki masalah yang sama dengan Valeda. Mereka sama-sama suka bekerja. Celine lebih mementingkan pekerjaannya dibanding pacarnya. Hasilnya, bisa kalian tebak, kan? Pacarnya kabur dengan perempuan lain.

Dari sana Valeda belajar, tidak ada laki-laki yang akan mau bersusah payah mendaki bersama-sama menuju puncak saat ini. Di umur segini, mereka pastinya lebih suka bermain-main ketimbang bekerja.

"Kamu tetap harus ikut kencan buta yang Nyonya Emily atur," kata Celine. Dia memasukkan semua dokumen yang sudah dia atur ke dalam tas kerjanya.

"Iya. Aku ikut."

Valeda pastinya akan membuat mereka tidak menyukainya, lalu mereka akan angkat kaki dengan sendirinya.

Valeda berjalan menghampiri Celine. Tanpa diminta, Celine mengamati penampilan Valeda. "Kamu nggak keramas?" tanyanya.

"Hhh..." Valeda menghela nafas panjang. "Kemarin aku nggak sempat keramas. Sabunan saja buru-buru."

"Sesibuk apapun kamu, mandi adalah hal terpenting, Val. Kamu harus atur waktumu untuk sering-sering berendam agar tubuhmu lebih rileks."

"Apa aku buka spa juga, ya?" tanya Valeda pada Celine.

"Stop! Kamu harus fokus ke mall-mu dulu! Jangan pikirkan yang lain!" tolak Celine.

"Kan lumayan, bisa spa setiap hari," Valeda manyun.

"Sudah banyak ada bisnis spa dan menyediakan berbagai fasilitas, tergantung kamu pilih yang mana. Nggak harus buat yang baru cuma karena kamu mau spa setiap hari. Itu namanya alasan!" Celine bangkit dari duduknya.

Valeda melirik jam di dinding. Sudah hampir jam tujuh pagi. "Sudah panggil Kris?" tanya Valeda.

"Dia ada di bawah sejak tiga puluh menit yang lalu," jawab Celine.

Valeda menyambar tasnya, lalu mengikuti Celine turun ke lantai bawah untuk menghampiri sopir pribadinya yang akan mengantar mereka ke kantor.

"Pagi, Nona Val!" sapa Kris ketika melihat atasannya muncul di lobby apartemen. Seperti hari-hari lainnya, Kris selalu mengenakan jas hitam. Kris adalah teman SMP Valeda. Valeda merekrutnya setelah tidak sengaja melihatnya sedang berjualan koran di pinggir jalan. Dia bertemu dengan Valeda, dan Valeda memutuskan untuk memberinya kesempatan dengan pekerjaan yang lebih baik.

"Pagi, Kris!" sapa Valeda balik. "Kamu sudah sarapan?"

Kris membukakan pintu belakang untuk Valeda. "Nanti, di kantor saja, Nona," jawabnya dengan seulas senyuman.

"Kris," panggil Valeda sebelum dia menutup pintu. "Nanti ajak Celine sarapan bersama!"

Kris melirik Celine yang masuk dari arah yang berlawanan. "Jika Nona Celine berkenan," bisiknya pada Valeda.

Maunya, sih, Valeda nyomblangin Celine dengan Kris. Kris orangnya polos, pasti bisa bertahan lama dengan Celine yang keras kepala.

Nggak usah mikirin Valeda. Valeda sendiri belum ada niat buat pacaran. Mungkin, jika sudah dua puluh lima tahun, di saat perkembangan bisnisnya sudah lancar, barulah Valeda akan mencari pacar.

Mungkin.

***

Terpopuler

Comments

Brown

Brown

kayanya bagus

2021-01-27

0

lihat semua
Episodes
1 1. Titah Mama
2 2. Memulai Hari
3 3. Kencan Pertama
4 4. Perkara Pertama
5 5. Kencan Kedua
6 6. Perkara Kedua
7 7. Kencan Ketiga
8 8. Perkara Ketiga
9 9. Siasat
10 10. Eksekusi
11 11. Pesan Masuk
12 12. Senja (Daniel's POV)
13 13. Melihatnya (Daniel's POV)
14 14. Teman Baru
15 15. Makan Malam
16 16. Alibi
17 17. Harap-harap Cemas
18 18. Pemenang
19 19. Sederajat
20 20. Syarat
21 21. Perkenalan
22 22. Wangi
23 23. Api Unggun
24 24. Senyuman
25 25. Membeku
26 26. Lucas
27 27. Lucas (2)
28 28. Bangga
29 29. Desiran
30 30. Waktu
31 31. Dress Up
32 32. Mengambil Hati (1)
33 33. Mengambil Hati (2)
34 34. Gagal
35 35. Tidak Mengerti
36 36. Tertarik
37 37. Sesak
38 38. Kebetulan
39 39. Kotor
40 40. Alasan
41 41. Menyerah
42 42. Take and Give
43 43. Mengalihkan Isu (1)
44 44. Mengalihkan Isu (2)
45 45. Guratan
46 46. Ingatan
47 47. Kampus
48 48. Bersinar
49 49. Cuti
50 50. Sahabat
51 51. Gali
52 52. Tidak Wajar
53 53. Kebun Binatang
54 54. Tertangkap
55 55. Kali Pertama
56 56. Kacau
57 57. Gontai
58 58. Rahasia
59 59. Rival atau Cinta
60 60. Takut
61 61. Kemungkinan
62 62. Usaha
63 63. Bersama
64 64. Akhir Kontrak
65 65. Dulu
66 66. Pengganggu
67 67. Maju
68 68. Kejutan
69 69. Alur
70 70. Amarah
71 71. Kebencian
72 72. Panik
73 73. Saksi Mata
74 74. Air Mata
75 75. Pengakuan
76 76. Jalan
77 77. Akhir
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Titah Mama
2
2. Memulai Hari
3
3. Kencan Pertama
4
4. Perkara Pertama
5
5. Kencan Kedua
6
6. Perkara Kedua
7
7. Kencan Ketiga
8
8. Perkara Ketiga
9
9. Siasat
10
10. Eksekusi
11
11. Pesan Masuk
12
12. Senja (Daniel's POV)
13
13. Melihatnya (Daniel's POV)
14
14. Teman Baru
15
15. Makan Malam
16
16. Alibi
17
17. Harap-harap Cemas
18
18. Pemenang
19
19. Sederajat
20
20. Syarat
21
21. Perkenalan
22
22. Wangi
23
23. Api Unggun
24
24. Senyuman
25
25. Membeku
26
26. Lucas
27
27. Lucas (2)
28
28. Bangga
29
29. Desiran
30
30. Waktu
31
31. Dress Up
32
32. Mengambil Hati (1)
33
33. Mengambil Hati (2)
34
34. Gagal
35
35. Tidak Mengerti
36
36. Tertarik
37
37. Sesak
38
38. Kebetulan
39
39. Kotor
40
40. Alasan
41
41. Menyerah
42
42. Take and Give
43
43. Mengalihkan Isu (1)
44
44. Mengalihkan Isu (2)
45
45. Guratan
46
46. Ingatan
47
47. Kampus
48
48. Bersinar
49
49. Cuti
50
50. Sahabat
51
51. Gali
52
52. Tidak Wajar
53
53. Kebun Binatang
54
54. Tertangkap
55
55. Kali Pertama
56
56. Kacau
57
57. Gontai
58
58. Rahasia
59
59. Rival atau Cinta
60
60. Takut
61
61. Kemungkinan
62
62. Usaha
63
63. Bersama
64
64. Akhir Kontrak
65
65. Dulu
66
66. Pengganggu
67
67. Maju
68
68. Kejutan
69
69. Alur
70
70. Amarah
71
71. Kebencian
72
72. Panik
73
73. Saksi Mata
74
74. Air Mata
75
75. Pengakuan
76
76. Jalan
77
77. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!