Valeda membuka mata dengan susah payah karena tidur larut semalam. Sinar matahari bahkan belum muncul dari peraduannya, tapi Valeda sudah harus bersiap memulai harinya. Ya, tentu saja Valeda tidak boleh mengeluh dengan hal ini. Ini adalah jalan ninjanya!
“Valeda! Valeda! Ayo cepat keluar!”
"Astaga! Nenek lampir itu sudah siap duluan rupanya! Padahal masih jam lima pagi. Tapi dia sudah nangkring di apartemenku," gumam Valeda.
“Valeda!?” cicit Celine lagi karena tidak mendengar jawaban si empunya apartemen.
“Iya, iya! Aku sudah bangun! Nggak usah teriak-teriak, aku nggak budeg!” sahut Valeda setengah kesal. Daripada harus mendengar panggilan dari Celine lagi, Valeda memilih segera pergi mandi dan mempersiapkan diri untuk hari yang sibuk.
Hari Kamis. Waktunya untuk warna biru. Valeda akan memakai atasan secerah langit biru dan rok sebiru laut dalam. Dipadu dengan sepatu kaca karya desainer langganannya dan sebuah tas bermerek yang baru saja dia beli. Harinya akan menjadi sempurna.
Ah, bukan. Harinya kali ini pun, harus menjadi sempurna…
Begitu siap dengan dirinya, Valeda keluar dari kamarnya yang nyaman dan hangat. Valeda menghampiri Celine yang duduk di ruang tamu sambil menyusun kertas-kertas di atas meja. Valeda bisa menebak, itu adalah berkas yang Celine siapkan untuk rapat mereka dengan tim pemasaran siang nanti.
“Sarapan ada di atas meja dapur,” kata Celine tanpa menoleh ke arah Valeda. Dia benar-benar fokus pada pekerjaannya.
Valeda berjalan cepat menuju meja makan. Di sana telah terhidang sarapan ‘Hari Kamis’ yang selalu Valeda pesan. Sepiring omelet berpenampilan mewah dengan tambahan kaviar di atasnya, dipadu dengan campuran lobster terbaik. Aroma yang memenuhi dapur apartemennya sungguh membuat perut Valeda menjerit-jerit kelaparan.
“Apa saja jadwal untuk hari ini?” tanya Valeda sambil duduk di depan sarapannya yang berharga. Valeda tidak akan bisa melewati pagi hari tanpa makanan kesukaannya setiap pagi.
“Setelah tiba di kantor, kamu harus berkeliling untuk menyapa semua staff dan bertanya apakah ada masalah. Meskipun kamu sudah tahu semua masalah yang ada di kantormu,” Celine memulai.
“Oke, lalu?” Valeda mempersilakan Celine untuk melanjutkan. Sementara Valeda mulai menikmati omeletnya.
Hei, jangan katakan bahwa Valeda adalah orang yang jahat! Valeda tahu, beberapa dari kalian pasti mencibirnya karena makan sendiri, dan membiarkan Celine tetap bekerja. Biar aku katakan,
Kalian salah!
Ini adalah yang Celine inginkan. Dia tidak terbiasa untuk sarapan. Katanya, otaknya tidak akan berfungsi jika dia bekerja dengan perut kenyang di pagi hari. Pernah suatu ketika, Valeda memaksanya untuk sarapan. Lalu, dia melamun di sepanjang jalannya rapat. Yang rugi Valeda, dong!
“Jam sebelas, kamu ada janji bertemu dengan Direktur Mahaputra. Kamu harus berterima kasih karena Beliau mau menanam saham di mall barumu.”
“Iya, aku ngerti,” jawab Valeda.
“Makan siang nanti, aku sudah siapkan un-”
“Lewati makan siangku,” potong Valeda cepat. “Aku mau memeriksa riwayat dokter-dokter baru yang akan aku rekrut.”
Celine mengerutkan alisnya. “Tapi kamu sudah setuju, Val,” Celine mengingatkan. “Dua hari lagi, mereka akan mulai orientasi di rumah sakit.”
“Setelah membaca resume yang kamu berikan, aku melihat ada kejanggalan pada salah satu dokter yang aku rekrut. Aku mau menyelidikinya lebih dalam, sebelum ada hal yang tidak beres terjadi di rumah sakitku.” Valeda meneguk susu yang tersedia di samping piring omelet.
Celine mengangguk. “Aku juga merasa ada hal yang aneh. Tapi tidak bisa menemukan sesuatu,” ujarnya, setuju dengan apa yang Valeda katakan. “Lalu, pukul dua siang nanti, akan ada rapat dengan tim pemasaran tentang bilik-bilik yang masih kosong di mall.”
“Ya, kita harus secepatnya mengisi bilik yang kosong. Lalu, aku harus adakan peninjauan lebih lanjut untuk grand opening yang luar biasa.” Valeda mengusap ujung bibirnya dengan tissue. “Oh, iya! Aku minta laporan keuangan rumah sakit untuk bulan lalu, diserahkan paling lambat besok.”
“Oke,” Celine mengirim pesan pada HRD rumah sakit tentang apa yang aku minta. “Ngomong-ngomong, bagaimana dengan rencana kencan butamu?”
“Duh, kepo, deh! Pagi-pagi sudah nanya hal yang nggak penting,” sahut Valeda malas. “Aku nggak habis pikir, kenapa Mama tiba-tiba minta aku untuk menikah.”
“Sudah umur?” ejek Celine sambil terkikik geli. “Mamaku juga sering bertanya, kenapa kamu tidak punya pacar sampai sekarang?”
“Kamu sendiri tahu apa alasanku, kan?” Valeda balik bertanya pada Celine. “Harusnya kamu mendukung keputusanku untuk membangun perusahaan dan hidup nyaman tanpa bantuan laki-laki.”
“Bukan berarti, kamu akan hidup sendiri selamanya, kan?” Celine memberi nasehat. “Bagaimanapun, kamu harus mencoba membuka hati pada lawan jenis. Mereka nggak seburuk kelihatannya, kok!”
“Kalau benar begitu, kenapa kamu putus sama Michael bulan lalu? Terus, gimana ceritanya kamu nangis badai seharian karena Rangga?”
“Hei, dilarang mengungkit masa lalu!” protes Celine sebal.
Valeda hanya nyengir, balik mengejeknya. Celine memang beberapa kali pacaran, tapi berakhir dengan tragis. Bukan masalah penampilan. Celine tidak kalah cantik jika disandingkan dengan Valeda. Apalagi, dia berdarah campuran Indonesia-Eropa. Dengan modal tampang saja, sebenarnya Celine sudah bisa mendapatkan satu atau dua laki-laki di sampingnya.
Celine memiliki masalah yang sama dengan Valeda. Mereka sama-sama suka bekerja. Celine lebih mementingkan pekerjaannya dibanding pacarnya. Hasilnya, bisa kalian tebak, kan? Pacarnya kabur dengan perempuan lain.
Dari sana Valeda belajar, tidak ada laki-laki yang akan mau bersusah payah mendaki bersama-sama menuju puncak saat ini. Di umur segini, mereka pastinya lebih suka bermain-main ketimbang bekerja.
"Kamu tetap harus ikut kencan buta yang Nyonya Emily atur," kata Celine. Dia memasukkan semua dokumen yang sudah dia atur ke dalam tas kerjanya.
"Iya. Aku ikut."
Valeda pastinya akan membuat mereka tidak menyukainya, lalu mereka akan angkat kaki dengan sendirinya.
Valeda berjalan menghampiri Celine. Tanpa diminta, Celine mengamati penampilan Valeda. "Kamu nggak keramas?" tanyanya.
"Hhh..." Valeda menghela nafas panjang. "Kemarin aku nggak sempat keramas. Sabunan saja buru-buru."
"Sesibuk apapun kamu, mandi adalah hal terpenting, Val. Kamu harus atur waktumu untuk sering-sering berendam agar tubuhmu lebih rileks."
"Apa aku buka spa juga, ya?" tanya Valeda pada Celine.
"Stop! Kamu harus fokus ke mall-mu dulu! Jangan pikirkan yang lain!" tolak Celine.
"Kan lumayan, bisa spa setiap hari," Valeda manyun.
"Sudah banyak ada bisnis spa dan menyediakan berbagai fasilitas, tergantung kamu pilih yang mana. Nggak harus buat yang baru cuma karena kamu mau spa setiap hari. Itu namanya alasan!" Celine bangkit dari duduknya.
Valeda melirik jam di dinding. Sudah hampir jam tujuh pagi. "Sudah panggil Kris?" tanya Valeda.
"Dia ada di bawah sejak tiga puluh menit yang lalu," jawab Celine.
Valeda menyambar tasnya, lalu mengikuti Celine turun ke lantai bawah untuk menghampiri sopir pribadinya yang akan mengantar mereka ke kantor.
"Pagi, Nona Val!" sapa Kris ketika melihat atasannya muncul di lobby apartemen. Seperti hari-hari lainnya, Kris selalu mengenakan jas hitam. Kris adalah teman SMP Valeda. Valeda merekrutnya setelah tidak sengaja melihatnya sedang berjualan koran di pinggir jalan. Dia bertemu dengan Valeda, dan Valeda memutuskan untuk memberinya kesempatan dengan pekerjaan yang lebih baik.
"Pagi, Kris!" sapa Valeda balik. "Kamu sudah sarapan?"
Kris membukakan pintu belakang untuk Valeda. "Nanti, di kantor saja, Nona," jawabnya dengan seulas senyuman.
"Kris," panggil Valeda sebelum dia menutup pintu. "Nanti ajak Celine sarapan bersama!"
Kris melirik Celine yang masuk dari arah yang berlawanan. "Jika Nona Celine berkenan," bisiknya pada Valeda.
Maunya, sih, Valeda nyomblangin Celine dengan Kris. Kris orangnya polos, pasti bisa bertahan lama dengan Celine yang keras kepala.
Nggak usah mikirin Valeda. Valeda sendiri belum ada niat buat pacaran. Mungkin, jika sudah dua puluh lima tahun, di saat perkembangan bisnisnya sudah lancar, barulah Valeda akan mencari pacar.
Mungkin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Brown
kayanya bagus
2021-01-27
0