3. Kencan Pertama

Entah sudah berapa kali Valeda menghela nafas untuk hari ini. Sepanjang dia hidup, baru kali ini Valeda merasa malas menjalani hari.

"Kenapa, Val?" Celine yang menyadari sahabatnya tidak bersemangat sejak pagi tadi, mulai bertanya. Dia sudah menahan pertanyaannya itu sejak mereka ada di dalam mobil menuju kantor tadi pagi. "Aku tebak, bukan masalah kantor," terka Celine.

"Yah... Memang bukan masalah kantor," jawab Valeda malas. Dia sudah menyelesaikan urusan rumah sakitnya dan mall barunya kemarin. Kali ini, adalah masalah yang sangat ingin dia hindari.

"Ah! Aku tahu!" seru Celine tiba-tiba. "Kencan butamu, ya?"

Valeda mencibir Celine yang tampak girang karena menebak dengan benar. "Kamu aja yang pergi, sana! Siapa tahu cocok."

"Hmm, terus besoknya aku digoreng sama Nyonya Emely," tolak Celine, walau sebenarnya dia mau menggantikan Valeda untuk pergi kencan buta. Celine bisa memastikan, kalau kandidat-kandidat yang dipilih Nyonya Emely pastinya kelas atas semua.

"Pengen kabur..." keluh Valeda.

"Sabar, Val," Celine memberi nasehat. "Kamu coba saja datang dulu. Nikmati makan malam kalian. Jangan berpikir kalau kamu harus menerima calon yang dipilih Nyonya Emely. Pikirkan saja kalau kamu sedang mencari relasi. Lebih rileks sedikit, Val."

Valeda menghela nafas panjang lagi. Perutnya menjadi benar-benar kenyang hanya dengan memikirkan bagaimana makan malam nanti dengan laki-laki pilihan ibunya.

"Nanti malam biar saya antar Nona Val ke lokasi makan malam," Kris menanggapi dari kursi kemudi.

"Kamu istirahat saja, Kris," tolak Valeda. "Aku bisa naik taksi."

"Biarkan Kris mengantarmu, Val," ujar Celine. "Setidaknya, Kris bisa pura-pura ada keadaan mendesak dan bawa kamu kabur dari sana."

Valeda menggeleng. "Aku bisa kabur sendiri jika perlu."

Celine melirik Kris dari spion mobil. Kris hanya menjawabnya dengan mengangkat alis. Jika Valeda sudah memutuskan sesuatu, hal itu tidak akan bisa diganggu gugat lagi. Jadi, mereka hanya membiarkan atasannya ini melakukan apa yang menurutnya perlu.

Valeda sampai di apartemennya sejam sebelum jam makam malam yang Nyonya Emely beritahukan tadi pagi. Dia masih punya waktu untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.

Tapi, itu tidak dia lakukan. Valeda memilih duduk santai melepas penat di sofa ruang baca kesayangannya. Dia memutuskan untuk datang terlambat di kencan pertamanya, tidak peduli bagaimana pendapat lawan bicaranya nanti.

Valeda memeriksa smartphone-nya. Melihat apakah ada e-mail penting yang dia lewatkan hari ini.

"Urusan dokter baru yang pakai izasah palsu, beres," Valeda membaca e-mail pertamanya hari ini. Dia merasa puas setelah berhasil mengungkap kecurangan salah satu calon karyawan rumah sakitnya. Valeda membuka e-mail kedua. "Soft opening mall akan dilakukan bulan depan," gumamnya. "Itu juga sudah disiapkan sama Celine."

Tidak ada e-mail baru yang penting lagi, selain laporan-laporan dari Celine. Valeda berharap dia bisa berlama-lama mengulur waktu, namun sepertinya tidak mungkin. Jika dia memejamkan mata sekarang, dia akan tidur hingga keesokan harinya. Lalu, kalau laki-laki itu melapor pada Nyonya Emely mengenai Valeda yang tidak menepati janji makan malamnya, itu akan menjadi petaka untuk Valeda.

"Sudahlah!" Valeda bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian yang pantas untuk makan malam.

Dia tidak akan berdandan terlalu cantik untuk mengesankan laki-laki itu. Lagipula, Valeda tidak ada niatan untuk pertemuan kedua ataupun ketiga. Sekali saja sudah cukup bagi Valeda untuk berbaik hati membuang-buang waktunya.

Valeda turun ke lobby dengan langkah berat. Sepuluh menit lagi dari waktu perjanjian. Valeda menjadi semakin malas.

"Nona, taksi yang dipesan sudah di depan," kata bellboy yang memakai nametag Abrah.

Valeda menelitinya sejenak, karena dia tidak pernah melihat bellboy satu ini sebelumnya. "Kamu orang baru, ya?" tanya Valeda.

Abrah mengangguk canggung. "Iya, Nona," jawabnya kalem.

"Gantikan Pak Braham yang sudah pensiun?" Valeda menyadari ada kesamaan antara Abrah dan Braham--bellboy sebelumnya.

Abrah tersenyum lebar mendengar nama Pak Braham disebut. "Itu ayah saya, Nona," jawabnya dengan nada bangga.

Valeda ikut tersenyum mendengar bagaimana Abrah bangga terhadap ayahnya. Memang seharusnya Abrah bangga, Valeda sendiri menyukai Pak Braham yang ramah dan pekerja keras. Pak Braham tidak pernah mengecewakan Valeda sebelumnya.

Valeda mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan dan langsung menyelipkannya ke kantong jas Abrah. "Beli makanan yang enak untuk Pak Braham," pesan Valeda.

"Te-terima kasih, Nona Valeda," Abrah membungkuk untuk berterima kasih.

Valeda langsung menegakkan tubuh Abrah kembali. "Tidak usah membungkuk terlalu dalam. Status kita sama. Aku hanya memiliki rejeki lebih. Sudah seharusnya aku bagi dengan orang-orang yang tulus membantuku," Valeda menepuk pundak Abrah.

Abrah tersenyum bahagia dengan air mata di ujung matanya. Dia merasa sangat bersyukur bekerja menggantikan ayahnya. Kelelahannya terbayarkan dengan memiliki penghuni apartemen seperti Valeda.

"Aku pergi. Selamat bekerja, Abrah," pamit Valeda.

"Hati-hati di jalan, Nona Valeda!" seru Abrah seiring langkah kaki Valeda meninggalkan lobby.

Valeda masuk ke dalam taksi yang sudah Abrah pesankan. Setelah memberikan alamat restoran yang dipesan Nyonya Emely, taksipun melaju membelah jalanan kota yang padat.

Valeda melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil. Malam tiba dengan keramaian hari Jumat seperti biasa. Banyak orang yang berkumpul bersama teman untuk menutup minggu kerja mereka. Valeda tiba-tiba sadar, kali terakhir dia berkumpul bersama teman sekolahnya.

'Sudah lama sekali,' batin Valeda. Dia menyayangkan waktu yang telah dia lewati tanpa banyak teman-teman di sekelilingnya. Dia tahu, bahwa dirinya terlalu ambisius. Valeda ingin menjadi di puncak secepat mungkin. Itu membuatnya tidak banyak mempunyai teman.

Setelah menempuh perjalanan singkat menuju restoran, Valeda dengan berat hati masuk dan segera mencari meja yang sudah dipesankan oleh Nyonya Emely.

Restoran itu bernuansa klasik. Megah namun tampak simpel dengan segala dekorasi vintage di setiap sudutnya. Alunan musik dari biola mendominasi ruangan, diiringi dengan lantunan lembut piano. Live music yang sering ada di restoran mewah.

Kenyamanan yang disuguhkan restoran itu saat membuka pintu masuk, ternyata tidak mampu menaikkan mood Valeda. Dia tetap tidak mempunya minat pada kencan buta ini.

"Silakan, Nona," seorang pelayan wanita yang tadi menyapa Valeda di meja depan, mempersilakan Valeda untuk duduk di sebuah meja berhiaskan bunga mawar merah.

Laki-laki yang duduk di seberang meja, mengangkat wajahnya ketika Valeda muncul. Laki-laki itu cukup tampan, menurut Valeda. Rambutnya disisir rapi ke belakang dan dia mengenakan setelan jas hitam yang membalut tubuh tegapnya. Kulitnya mulus dan cerah, seperti seorang biksu dari film Mandarin yang terkenal.

"Selamat malam, saya Valeda," ujar Valeda sebelum duduk. "Apa saya terlambat?" Valeda mencoba berbasa-basi, padahal dia sadar kalau dirinya memang terlambat.

"Karena ini pertemuan pertama kita, aku maafkan keterlambatanmu, Nona Muda," jawab laki-laki itu.

"Hm? Saya tidak minta maaf," Valeda balik menjawab.

***

Episodes
1 1. Titah Mama
2 2. Memulai Hari
3 3. Kencan Pertama
4 4. Perkara Pertama
5 5. Kencan Kedua
6 6. Perkara Kedua
7 7. Kencan Ketiga
8 8. Perkara Ketiga
9 9. Siasat
10 10. Eksekusi
11 11. Pesan Masuk
12 12. Senja (Daniel's POV)
13 13. Melihatnya (Daniel's POV)
14 14. Teman Baru
15 15. Makan Malam
16 16. Alibi
17 17. Harap-harap Cemas
18 18. Pemenang
19 19. Sederajat
20 20. Syarat
21 21. Perkenalan
22 22. Wangi
23 23. Api Unggun
24 24. Senyuman
25 25. Membeku
26 26. Lucas
27 27. Lucas (2)
28 28. Bangga
29 29. Desiran
30 30. Waktu
31 31. Dress Up
32 32. Mengambil Hati (1)
33 33. Mengambil Hati (2)
34 34. Gagal
35 35. Tidak Mengerti
36 36. Tertarik
37 37. Sesak
38 38. Kebetulan
39 39. Kotor
40 40. Alasan
41 41. Menyerah
42 42. Take and Give
43 43. Mengalihkan Isu (1)
44 44. Mengalihkan Isu (2)
45 45. Guratan
46 46. Ingatan
47 47. Kampus
48 48. Bersinar
49 49. Cuti
50 50. Sahabat
51 51. Gali
52 52. Tidak Wajar
53 53. Kebun Binatang
54 54. Tertangkap
55 55. Kali Pertama
56 56. Kacau
57 57. Gontai
58 58. Rahasia
59 59. Rival atau Cinta
60 60. Takut
61 61. Kemungkinan
62 62. Usaha
63 63. Bersama
64 64. Akhir Kontrak
65 65. Dulu
66 66. Pengganggu
67 67. Maju
68 68. Kejutan
69 69. Alur
70 70. Amarah
71 71. Kebencian
72 72. Panik
73 73. Saksi Mata
74 74. Air Mata
75 75. Pengakuan
76 76. Jalan
77 77. Akhir
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Titah Mama
2
2. Memulai Hari
3
3. Kencan Pertama
4
4. Perkara Pertama
5
5. Kencan Kedua
6
6. Perkara Kedua
7
7. Kencan Ketiga
8
8. Perkara Ketiga
9
9. Siasat
10
10. Eksekusi
11
11. Pesan Masuk
12
12. Senja (Daniel's POV)
13
13. Melihatnya (Daniel's POV)
14
14. Teman Baru
15
15. Makan Malam
16
16. Alibi
17
17. Harap-harap Cemas
18
18. Pemenang
19
19. Sederajat
20
20. Syarat
21
21. Perkenalan
22
22. Wangi
23
23. Api Unggun
24
24. Senyuman
25
25. Membeku
26
26. Lucas
27
27. Lucas (2)
28
28. Bangga
29
29. Desiran
30
30. Waktu
31
31. Dress Up
32
32. Mengambil Hati (1)
33
33. Mengambil Hati (2)
34
34. Gagal
35
35. Tidak Mengerti
36
36. Tertarik
37
37. Sesak
38
38. Kebetulan
39
39. Kotor
40
40. Alasan
41
41. Menyerah
42
42. Take and Give
43
43. Mengalihkan Isu (1)
44
44. Mengalihkan Isu (2)
45
45. Guratan
46
46. Ingatan
47
47. Kampus
48
48. Bersinar
49
49. Cuti
50
50. Sahabat
51
51. Gali
52
52. Tidak Wajar
53
53. Kebun Binatang
54
54. Tertangkap
55
55. Kali Pertama
56
56. Kacau
57
57. Gontai
58
58. Rahasia
59
59. Rival atau Cinta
60
60. Takut
61
61. Kemungkinan
62
62. Usaha
63
63. Bersama
64
64. Akhir Kontrak
65
65. Dulu
66
66. Pengganggu
67
67. Maju
68
68. Kejutan
69
69. Alur
70
70. Amarah
71
71. Kebencian
72
72. Panik
73
73. Saksi Mata
74
74. Air Mata
75
75. Pengakuan
76
76. Jalan
77
77. Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!