Sinar mentari pagi yang cerah menembus jendela kamar hotel yang di tempati Naura dan bu Sari, membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya. Dengan penuh semangat, ia segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi dan setelah itu mengenakan seragam SMA lamanya yang agak besar di tubuhnya, menandakan perubahan lingkungan yang akan ia hadapi. Rambutnya diikat dua, gaya yang selama ini menjadi ciri khasnya saat masih tinggal di desa.
"Udah siap semua Nau?" tanya Bu Sari, guru yang di tugaskan untuk mengantar Naura kesekolah barunya, setelah mempersiapkan berkas dan semua persyaratan, mereka lanjut sarapan di dalam kamar hotel. Naura, yang sedang mengemas tas sekolahnya, mengangguk dengan antusias.
"Sudah Bu, semua persyaratannya sudah saya siapkan," jawab Naura, mengecek kembali dokumen-dokumen penting yang mungkin di butuhkan untuk hari pertama di sekolah baru.
Setelah sarapan, mereka berdua bergegas menuju SMA High Class School, sebuah institusi pendidikan yang jauh berbeda dari sekolah sebelumnya di desa. Gedung sekolah yang megah dan fasilitas yang modern langsung terlihat begitu mereka memasuki gerbang sekolah.
Naura merasa gugup namun juga terpukau. Ia memandangi siswa-siswa lain yang tampak modis dengan seragam rapi dan gaya yang trendi. Sejenak, Naura merasa tidak percaya bahwa ia kini adalah bagian dari sekolah elit ini.
Bu Sari merasakan kegugupan yang sama, tetapi ia berusaha menenangkan Naura dengan senyuman hangat. "Kamu akan baik-baik saja, Nau di sekolah baru. Ini adalah awal yang baru, dan kamu bisa menunjukkan semua prestasimu hingga kamu memang layak berada di sekolah ini," ujar Bu Sari, memberikan dukungan pada murid didiknya yang berprestasi hingga mendapat beasiswa di sekolah baru ini.
Dengan langkah yang sedikit ragu tapi penuh harapan, Naura dan Bu Sari melangkah masuk ke dalam lingkungan sekolah, siap menghadapi segala tantangan dan kesempatan yang akan datang.
Mata para siswa memandang sinis dan rendah kearah keduanya, menembus ruang hati Naura dan Bu Sari saat mereka berdua melangkah masuk ke lingkungan sekolah elite tersebut. Suara cibiran dan ejekan terdengar menggema di koridor sekolah, membuat langkah kaki mereka seakan berat.
"Ih, gembel dari mana itu berani masuk ke sekolah ini," celetuk seorang siswa dengan nada mengejek sambil menunjuk ke arah penampilan Bu Sari dan Naura yang di anggap lusuh dan tidak pantas berada di tempat ini.
"Tukang sapu sekolah yang baru kali," timpal siswa lain, menyebabkan gelak tawa menguar di antara kelompok siswa yang sedang berkerumun.
Wajah Naura seketika langsung memerah, perasaannya terluka mendengar kata-kata kasar tersebut. Bu Sari, sebaliknya, mencoba untuk tetap tenang, meski hatinya terasa tidak nyaman. Dia menggenggam tangan Naura, memberikan dukungan tanpa kata pada siswanya itu.
Saat mereka berdua memasuki ruang kepala sekolah, suasana menjadi hening. Mereka berdua duduk di kursi yang sudah di sediakan, sambil memberikan berkas-berkas yang di perlukan untuk persyaratan sebagai murid beasiswa. Kepala sekolah yang melihat situasi ini hanya mengangguk seraya memeriksa dokumen dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.
Di luar ruangan, ejekan dan pandangan sinis masih terasa, namun Naura dan Bu Sari bertekad untuk mengabaikan semua itu. Mereka berdua tahu, kesempatan ini adalah langkah awal untuk merubah masa depan Naura, dan tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup mereka.
Pagi ini, langit terlihat cerah namun hati Naura terasa mendung. Ia berdiri di depan gerbang besar SMA High Class School, sekolah yang kini akan menjadi bagian dari kehidupannya. Sebuah sekolah bertaraf internasional yang sangat jauh dari kampung halamannya, sebuah tempat di mana ia harus belajar mandiri.
"Alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar, Nau. Tugas ibu mengantar kamu ke sekolah baru ini sudah selesai, ibu akan segera kembali ke desa, malanjutkan tugas ibu," ujar Bu Sari dengan senyum yang mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Saat mendengar itu, wajah Naura langsung berubah murung. Bibirnya bergetar, matanya pun mulai berkaca-kaca. "Ya bu, kenapa cepat sekali ibu harus kembali ke desa? Saya masih belum berani tinggal sendiri di ibu kota ini, Bu."
Bu Sari menghela napasnya, matanya juga mulai berkaca-kaca. Ia mendekat dan memeluk Naura erat. "Kamu harus berani, Nau! Ibu tau kamu gadis mandiri yang kuat, nanti sebelum ibu kembali ke Desa. Kita akan mencari tempat kost untuk kamu tinggal selama sekolah di sini. Ibu percaya kamu bisa," bisiknya, mencoba memberikan kekuatan kepada muridnya yang masih terlihat ragu.
Hari ini Naura masih boleh pulang, dia akan memulai sekolah aktif besok. Mereka berdua melangkah menjelajahi kota untuk mencari tempat kost yang murah, aman dan nyaman, dan pastinya dekat dari sekolah. Selama perjalanan, Naura sesekali melihat ke belakang, melihat sosok ibu gurunya yang akan semakin jarang ia temui. Di dalam hati kecilnya, ada ketakutan yang menggelayut tentang bagaimana harus menjalani hari-hari di kota besar ini tanpa pelukan hangat ibunya.
Setelah menemukan tempat kost yang cocok, Bu Sari mengatur segala keperluan Naura dengan teliti. Ia ingin memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam kondisi yang baik sebelum ia meninggalkan Naura sendirian di kota ini.
Dan pada saat tiba saatnya untuk berpisah, Naura memeluk ibu gurunya lebih erat dari sebelumnya. "Ibu guru, jaga diri baik-baik di perjalanan, ya? Terimakasih untuk semuanya, tolong ucapkan terimakasih saya juga pada guru yang lain serta semua teman-teman." Ucap Naura dengan suara yang bergetar.
"Iya Nau, nanti ibu sampaikan ya? Kamu juga jaga diri baik-baik, ingat pesan ibu ya Nau, jaga pergaulan. Jangan lupa belajar yang rajin dan jaga kesehatan kamu," balas Bu Sari. Lalu, dengan langkah gontai dan hati yang berat, Bu Sari berbalik meninggalkan Naura yang kini harus memulai lembaran baru dalam hidupnya, seorang diri di kota yang asing.
Setelah kepulangan bu Sari ke Desa, kini Naura sedang menyusun barang-barangnya di kost barunya. Naura membuka kotak terakhir yang di bawanya dari Desa. mengeluarkan beberapa buku dan perlengkapan sekolah. Dengan hati-hati, ia menyusunnya di rak buku yang sudah agak berdebu. Gadis itu segera mengelap debu dengan kain lap sebelum meletakkan buku-bukunya.
Kamar kost yang kini ia tempati cukup kecil, namun cukup untuk seorang pelajar seperti dirinya. Dindingnya yang di penuhi poster artis dan kpop memberikan sedikit warna pada ruangan itu.
Naura menghela napas, memandang sekeliling kamar barunya, berharap akan banyak kenangan indah yang bisa di buat di sini. Dia mengeluarkan foto ibunya dari dalam tasnya, meletakkan dengan hati-hati di meja belajarnya. "Untuk ibu, aku akan belajar dengan giat, aku akan menjadi kebanggaan ibu," gumamnya, seakan foto itu bisa mendengarnya berbicara.
Dia duduk sejenak di tepi tempat tidurnya, menatap keluar jendela ke arah kota yang baru akan ia jelajahi. Naura tahu tantangan menunggunya, namun dia juga tahu harapan ibunya mengiringi setiap langkahnya.
“Semoga aku bisa menemukan teman-teman baru dan lingkungan yang mendukung,” pikirnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk beristirahat, mengumpulkan energi untuk hari esok, hari pertama di sekolah sebagai siswa baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Thảo nguyên đỏ
Bahasanya halus banget!
2024-10-10
1