Setelah perjalanan panjang yang memakan waktu hampir tujuh jam, Naura merasa tubuhnya terkuras, apa lagi gadis tersebut mengalami mabuk saat di perjalanan. Namun, semangatnya segera membara saat dia membuka matanya dan melihat pemandangan yang tak pernah di bayangkannya sebelumnya. Gadis itu terbelalak, matanya membulat saat menatap gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi melalui jendela bus yang mereka tumpangi.
"Wah, ini toh yang namanya ibu kota Jakarta," seru Naura dengan wajah yang berbinar. Cahaya kota yang berkelip-kelip menambah kilau di matanya yang penuh kekaguman.
Di sampingnya, ada Bu Sari yang telah lama mengajar di sekolah lamanya tempat Naura belajar sebelumnya, tersenyum melihat antusiasme muridnya yang berprestasi itu. Ia memahami betul bahwa ini adalah langkah besar bagi Naura untuk meraih mimpi-mimpinya lewat jalan prestasi, sehingga ia mendapat kesempatan untuk sekolah di salah satu SMA yang bertaraf internasional.
"Iya, Nau, nanti kalau kamu sudah sekolah dan tinggal di ibu kota, kamu harus pandai memilih pergaulan, nggak boleh sembarangan," ucap Bu Sari, memperingati Naura dengan suaranya lembut namun serius. "Jakarta ini sangat berbeda dengan kehidupan di desa. Di kota ini, kehidupannya sangat keras dan bebas." Nasihat itu ia sampaikan sambil menatap lurus ke depan, mengingat kembali perjuangannya sendiri ketika pertama kali pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikanya, sama seperti Naura saat ini yang sedang dia antar ke sekolah barunya.
Naura mengangguk, matanya masih tak lepas dari pemandangan kota yang kini semakin dekat. Di dalam hatinya, ada kegembiraan yang bercampur dengan kecemasan. Namun, lebih dari itu, ada tekad yang menguat untuk menghadapi tantangan baru yang akan dia temui kedepanya. Seraya bus melaju membelah keramaian kota Jakarta, Naura memantapkan hatinya, siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya, dengan semua peluang dan tantangan yang akan datang.
Bus yang di tumpangi Naura dan Bu Sari akhirnya berhenti di terminal terakhir. Keduanya segera turun dari bus dan melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah baru Naura dengan menggunakan taksi online atau kendaraan umum lainya. Naura, seorang gadis desa yang masih sangat lugu dan polos, belum banyak tahu tentang keramaian kota, ia tampak bingung dan cemas. Ia mengamati sekeliling dengan tatapan penuh tanya.
"Kita udah sampai ya bu? Terus mana sekolah baru saya bu?" tanya Naura dengan rasa ingin tahu yang besar. Dia celingukan, mencoba mencari petunjuk atau bangunan yang mirip dengan sekolah.
Bu Sari, yang lebih berpengalaman dan paham situasi, menenangkan Naura dengan sabar. "Kita baru sampai di terminal pemberhentian terakhir bus Nau, untuk ke sekolah kamu kita harus cari angkutan umum yang lain," jelas Bu Sari sambil memeriksa ponselnya untuk mencari informasi tentang transportasi lanjutan.
Naura hanya mengangguk, menerima penjelasan Bu Sari. Meski dia tidak mengerti sepenuhnya, dia tahu bahwa dia harus mengandalkan Bu Sari dalam situasi ini. Kepolosan dan ketidaktahuannya tentang kota besar membuat dia merasa sangat bergantung pada Bu Sari dalam menavigasi lingkungan yang baru dan asing ini.
"Kita tunggu di sini ya Nau, ibu udah pesan taksi online yang akan mengantarkan kita ke tempat tujuan," seru bu Sari memberitahu Naura. Gadis cantik dan nanis itu pun mengangguk setuju.
Matahari sudah tenggelam dan berganti menjadi malam, saat taksi online yang di pesan Bu Sari datang. "Ayo Nau, itu taksinya sudah datang," ajak Bu Sari dengan semangat. Naura, dengan langkah gontai, mengikuti ibu gurunya memasuki taksi sambil membawa beberapa tas yang tampak berat.
Sepanjang perjalanan, Naura menatap keluar jendela, melihat pemandangan kota yang baru akan menjadi rumahnya, rasa cemas dan penasaran bercampur menjadi satu. Di sisi lain, Bu Sari sibuk memeriksa peta digital di ponselnya, memastikan mereka tidak melewati jalan yang salah menuju hotel tempat mereka akan menginap malam ini.
Setibanya di hotel, proses check-in berlangsung cepat. Kamar yang mereka tempati cukup nyaman dengan dua tempat tidur single yang tertata rapi. Naura menaruh tasnya di atas salah satu tempat tidur dan segera terduduk, menghela napas panjang. Bu Sari yang melihat kelelahan di wajah anak didiknya itu, menghampiri dan duduk di sisi tempat tidur. "Besok adalah hari baru, Nau. Hari pertama kamu di sekolah baru. Istirahat yang cukup ya, dan persiapkan diri kamu." Ujar Bu Sari sambil mengelus rambut Naura dengan penuh kasih.
"Iya bu, insya Allah saya sudah mempersiapkan semuanya kok." Jawan Naura penuh keyakinan. Bu Sari mengangguk, dia senang melihat semangat Naura.
Malam itu, keduanya tertidur dengan pikiran masing-masing, memikirkan hari esok yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan Naura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Doraemon
love your story, thor! Keep it up ❤️
2024-10-09
1