NovelToon NovelToon

Dendam Putri Gemuk

Bab 1 Awal Baru

Dia adalah gadis yang gemuk dan dikucilkan di keluarganya, sejak kecil dia juga tak pernah punya mimpi yang serius sebelum akhirnya dia bertemu dengan Putra Mahkota yang memiliki tampang laksana mentari yang amat terang.

Pertama kali dalam hidup gadis gemuk ini, dia merasakan sesuatu yang disebut sebagai cinta, gadis bernama Alena Arganta ini berusaha segala cara agar dapat berada di samping sang Pangeran.

Segala cara dia lakukan namun selalu berakhir dengan kekacauan, meski sang Pangeran selalu membelanya saat ada kesempatan. Namun tak sedikit dari mereka yang terus menghujat Alena dengan kata-kata kasar.

Karena rasa cintanya Alena menjadi buta akan kenyataan yang sesungguhnya, dia meminta sang ayah yang amat menyayanginya itu untuk meminta sang Raja menjodohkan mereka. Alhasil sang Ayah setuju, dan Keluarga Arganta akan sepenuhnya mendukung sang Pangeran Mahkota.

Kisah cinta yang di rasa indah bagi Alena itu justru malapetaka yang akan jadi penyesalan semua orang, setelah seluruh kekayaan keluarga Arganta habis dan semua dukungan yang diberikan pada Putra Mahkota tak menghasilkan apapun. Alhasil ayahnya tak lagi punya kuasa dan setiap hari ditindas dengan keji oleh para Bangsawan.

Gelar yang dimiliki Tuan Arganta akhirnya lenyap bersamaan dengan nyawanya, di tangan sang Pangeran Mahkota yang telah muak dengan segala hal yang menimpanya.

Bagaimana kisah selanjutnya?

...………Dendam Putri Gemuk…….....

...______Rzone______...

Clash!

Suara petir terdengar dari langit sore itu, suara rintihan dan tangisan terdengar menggema dalam sebuah ruangan lembab di bawah tanah.

“Ayah! Maafkan aku atas segala yang telah aku lakukan Ayah! Maafkan aku!” Jerit histeris terdengar dari balik jeruji besi.

Klotak!

Klotak!

Suara sepatu terdengar memasuki ruangan tersebut, lentera berwarna keemasan dari api yang menyala nampak berjalan beriringan dengan langkah tersebut yang kian mendekati jeruji besi.

“Kakak, apa kabar?” Seorang wanita berparas cantik. Rambut yang pirang laksana helaian emas yang dihiasi mahkota kecil di atas kepalanya. Mata biru yang indah serta bibir merah dan tubuh indah itu tertawa dengan gilanya.

“K-kau!” Pekik wanita di balik jeruji besi tersebut, tawa kian terdengar menggema dan membuat suasana kian mencekam.

“Apa kau! Hah! Kau sudah siap untuk mati? Sudah puas sekali rasanya melihat kau yang gendut ini kini seperti mayat tak berdaya, hahaha.” Tawanya lagi dengan sangat gembira.

“Ah ya, aku juga lupa memberi tahumu tentang satu hal. Aku sekarang adalah Ratu, dan kau ingat pria tua yang selalu menatapku dengan jijik itu?” Wanita itu terkikik-kikik bangga.

“Dia ayah mu Elena! Kau se*tan!” Pekik wanita tersebut yang tak lain adalah Alena, mantan Putri Mahkota yang saat ini tengah hancur di balik jeruji besi.

“Ayah? Ah aku juga belum memberitahumu ya? Bila pria itu bukanlah Ayahku!” Mata Alena terbelalak, dia meronta dari baja yang membelenggu kedua lengannya.

“Nikmatilah malam ini, besok kau akan menyaksikan kematian.” Elena kembali tertawa dan pergi dari tempat itu, tawa Elena kian menjauh namun kebencian Alena tak menjauh, dia malah kian membenci wanita itu dengan sangat teramat.

“Hiks hiks hiks, para bedebah itu! Akan ku balas jutaan kali lipat rasa pedih ini!” Pekik Alena, matanya tak terpejam namun dia tetap tak merasakan apapun.

Suara tetesan air terdengar kian jelas, itu artinya di luar sana salju sudah mencair dan air itu mengalir ke balik penjara. Alena merasakan seluruh tubuhnya membeku dan sudah tak terasa sakit.

Suara langkah kaki terasa kian mendekat, bersamaan dengan lentera yang menyala. Nampak di sana sosok pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam dan mata yang tajam.

“Tuan Duke, apa nyawaku sudah dekat?” Tanya Alena lirih, pria tersebut menggelengkan kepalanya dan membuka kedua baja yang membelenggu kedua tangan Alena.

“Alena, sejak awal aku sudah memperingatkan segalanya. Sekarang ikuti arahan dariku dan kita pergi dari sini!” Pria itu mengangkat tubuh Alena, namun Alena lantas menggeleng saat merasakan hangatnya tangan pria itu.

“Duke, aku tak ingin pergi sekarang. Bisakah kau memberikan ku kematian?” Pinta Alena dengan nafas yang kian dalam dan detak jantung yang kian melemah.

“Diamlah! Kau tak ingin membalas dendam pada mereka yang telah menyakiti mu hah! Sekarang kau harus hidup dan balaskan dendam mu Alena!” Ucap sang Duke dengan sangat jelas, Alena memejamkan matanya dan suara langkah kaki kian jelas terdengar.

“Kakak!” Seorang pria dengan rambut pirang dan mata keemasan nampak menatap Duke yang memangku tubuh Alena dan memekik dengan amarah.

“Dia harus di eksekusi mati hari ini, apa Kakak ingin berkhianat?” Tanya pria itu yang tak lain adalah Raja saat ini.

“Berkhianat? Kau tahu apa tentang loyalitas? Kau bahkan mengkhianati dan menjebak istri mu sendiri!” Sang Duke tak ingin kalah dan menunjukkan tatapan sinisnya.

“Lepaskan dia! Atau Kakak terima sendiri akibatnya!” Teriak sang Raja dengan wibawanya, namun di mata Duke dia hanyalah bocah ingusan yang mudah dihancurkan.

“Kau saja yang diam!” Ungkap sang Duke, seringai kini muncul di sudut bibir sang Raja.

“Apa Kakak pikir aku akan takut pada mu setelah pasukan Harimau putih hancur? Aku bahkan bisa membuat Kakak hancur bersamanya hari ini.” Ucap Raja, Duke terdiam saat merasakan helaan nafas Alena berhenti.

“Ini waktu ku juga rupanya,” Ucap sang Duke saat dirasa Alena telah kehabisan kekuatan akan tubuhnya, Duke juga tak dapat lagi menghindar dari kematian.

“Kau penggal aku hari ini!” Pinta sang Duke dan berjalan menuju tempat penghakiman, semua warga yang melihat sosok pria itu lantas menangis. Sedangkan sang Raja nampak kebingungan dengan situasi yang ada.

Sebelum situasi terburuk terjadi, dengan sengaja para anak buah sang Duke menyebarkan segala fakta yang ada di Istana, hingga dalam waktu satu malam seluruh warga Kerajaan mengetahui mengenai semua itu.

“Aku tidak akan takut mati! Lakukanlah!” Ucap sang Duke, para warga nampak histeris melihat panutan sekaligus pelindung mereka akan dihakimi.

“Jangan pernah ada yang berontak hari ini, biarkan aku tenang dalam hembusan nafas terakhir. Aku tak tahu hari esok akan seperti apa, namun aku tak ingin kalian melakukan apapun di hari ini.” Duke menatap Alena yang tersenyum pahit melihat Duke, dia menggenggam tangan Duke untuk terakhir kalinya.

“Alena, mungkin ini terlambat. Namun, aku tak menyesal melakukan ini. Adapun yang ku sesali adalah tak dapat melindungi dirimu dari orang-orang biadab itu. Alena, saya mencintai anda.” Para warga yang mendengar bisikan lembut seperti bisikan angin itu kian menangis, beberapa di antara mereka mulai berontak.

Duke menidurkan Alena di sampingnya, dia mengambil pedangnya sendiri. Dia duduk bersimpuh dan menutup matanya saat pedang telah berada di ujung lehernya.

Clash!

Suara gesekan pedang dan leher terdengar, histeris kian terdengar di seantero Kerajaan. Tangis dan pilu kian memenuhi seluruh daerah tersebut, Alena yang melihat pria yang ingin menyelamatkannya justru mati di hadapannya sudah tak memiliki daya lagi. Melihat kepala Duke yang jatuh dari badannya membuatnya sadar bila semua itu bukan sekedar mimpi buruk.

“Hukuman mati telah disepakati para Dewan Kerajaan, kini Alena sang pengkhianat Kerajaan akan dijatuhi hukuman penggal!” Ucap lagi sang Raja, tanpa dia sadari tatapan benci kian terlihat dari mata para warganya.

Alena di gusur ke tempat eksekusi, hingga saat pisau di atas kelapa Alena yang siap memotong lehernya itu meluncur dengan kecepatan tinggi. Dan tatapan terakhir Alena adalah tangis para warga, dan tawa sang Raja.

Bila memang dunia yang baik selalu memberi kesempatan kedua, Alena juga ingin memiliki kesempatan itu. Dia ingin balas dendam dan ingin mengembalikan segala sesuatu pada tempatnya kembali.

.

.

.

“Nona? Nona? Ayo bangun, lihatlah matahari sudah sampai di atas kepala Nona.” Terdengar suara yang tidak asing di telinga Alena tiba-tiba.

“Emm, hah!” Alena terperanjat dan langsung menyentuh lehernya kala itu, Alena membelalakkan matanya dan menatap sekeliling.

Tempat yang sangat tidak asing bagi Alena, Alena menatap tangannya yang nampak berisi. Dia celingukan dan menatap seorang pelayan berambut hitam yang tengah kebingungan melihat tingkah Nona mudanya.

“E-emma? A-apa ini kau?” Tanya Alena, Pelayan yang di panggil itu mengangguk kebingungan.

“Astaga, apa aku bermimpi indah hari ini? Emma kau masih hidup?” Alena memeluk Emma dengan bahagia, namun air matanya juga menetes dan terus terisak.

Bab 2 Tunggu Pembalasanku!

“Nona, apa anda mimpi buruk?” Emma mengelus Alena yang terasa gemetaran, Alena terisak dan menatap Emma sekali lagi.

“M-mimpi buruk?” Gumam Emma, dia melangkah menuju ke hadapan cermin di kamar tersebut. Pantulan seorang gadis berusia 20 tahun dengan rambut merah dan tubuh gemuk, Alena mencubit pipinya sendiri dengan sangat kencang.

“AW! Seet!” Alena merasakan sakit, dan pipinya kini nampak memerah. Alena menatap sekeliling dan melihat matahari yang sudah sampai di atas kepala itu.

“Sudah tengah hari,” Gumam Alena, kebiasaan Alena saat muda adalah bangun siang dan tidur sepanjang waktu yang dia miliki. Hingga dia tak mencerminkan sebagai sosok Nona Bangsawan, dia memiliki perawakan yang besar dan tubuh berisi.

“Emma, aku mau mandi.” Emma mengangguk, sedangkan Alena kembali menangis dan menekan dadanya yang sesak. Emma sendiri pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air mandi untuk Nona mudanya.

Alena terisak dan sangat terasa sakit dadanya kala itu, alam semesta memberinya kesempatan kedua. Alena merasakan darahnya mendidih oleh kebencian yang meluap-luap seperti magma yang bergejolak.

“Tunggu pembalasan ku!” Alena mengepalkan tangannya dan nafasnya yang tersengal berusaha kembali di tenangkan.

“Nona, air mandi anda sudah siap.” Ucap Emma, Emma terkejut saat melihat air mata mengaliri kedua pipi Nona mudanya.

“Anda jangan bersedih Nona, semua itu hanya mimpi. Dan anda sekarang baik-baik saja, Nona pasti bermimpi sangat buruk sekali. Namun mimpi hanyalah mimpi Nona, apapun itu, tak akan menjadi nyata.” Emma memeluk Alena, Alena mengangguk setuju dan melangkah bersama Emma menuju kamar mandi.

“Emma, aku ingat saat kau ingin menjadi pelayan di sini katanya kau punya seorang anak kecil.” Tanya Alena yang teringat dengan sebuah kenangan.

Emma sendiri adalah seorang janda, selama dia menikah dia selalu disiksa oleh sang suami dan memiliki banyak lebam saat melamar perkejaan sebagai pelayan. Kala itu usia Alena masih 12 tahun, dan Emma juga memiliki anak berusia 3 tahun saat itu.

Di kehidupan sebelumnya, Emma mati bersama seluruh keluarga Arganta dan putranya yang masih kecil mengabdi menjadi pasukan Harimau Putih bersama dengan seseorang.

Senyum terukir di bibir Alena, benar semuanya tidak akan berjalan dengan terlalu buruk. Banyak hal yang mungkin akan lebih menyenangkan saat ini, terutama Alena teringat dengan seorang pria yang mengungkapkan perasaannya saat akan mati.

“Emma, bisakah anda membawa Putra anda untuk tinggal di sini juga?” Pinta Alena, Emma terkejut dan tersentuh.

“Anda sangat baik Nona, saya sangat berterima kasih. Namun cita-citanya adalah untuk menjadi seorang Kesatria, saya tak ingin menghalangi mimpinya. Nona, maafkan saya bila saya lancang mengatakan hal yang tidak seharusnya. Namun, anda terlalu baik dan sangat baik hingga membuat saya merasa bila anda akan sulit membedakan mana madu dan mana racun.” Alena terdiam mendengar penuturan pelayannya sendiri, namun apa yang dikatakan Emma memang benar adanya.

Di kehidupan sebelumnya, Alena tak dapat membedakan mana orang baik dan tulus, dan mana orang jahat dengan kedok kebaikan. Alena juga sosok yang mudah tersentuh, dan itulah mengapa para warga di wilayah Arganta begitu menyayanginya.

“Anda benar Emma, ah ya? Bagaimana bila aku berubah saja jadi rubah agar punya otak licik, atau menjadi kancil agar sedikit lebih cerdik?” Tanya Alena bercanda, Emma juga terkekeh dan mereka akhirnya sampai di kamar mandi.

Perbincangan kecil terjadi di kamar mandi, Alena sedikit banyaknya kini tahu kembali ke mana. Saat ini usianya baru 20 tahun, kata Emma, semalam dia habis marah pada sang Ayah dan meminta agar dia memohon pada Raja untuk membuat perjodohan untuk Alena dengan sang Pangeran Mahkota.

Alena akhirnya selesai bersiap, ada banyak hal yang harus dia lakukan hari itu. Dia ingat bila siang itu Ayahnya akan berangkat ke Istana dan memohon pada sang Raja. Alena melangkah dengan cepat di antara koridor kediaman Arganta.

“Ayah!” Pekik Alena saat melihat sang Ayah nampak sudah akan menaiki kereta kuda, Duke Arganta atau Sebastian Arganta adalah sosok seorang Pria yang amat mencintai Putrinya.

Sebastian Arganta adalah saudara jauh dari sang Raja yang menjabat saat ini, mereka sangat dekat hingga dapat memahami satu sama lain. Namun keduanya juga merupakan sosok penyayang, wajah Duke Arganta nampak pucat saat itu.

“Alena? Hati-hati!” Pekik Duke Arganta saat Alena berlari dan nampak terseok-seok seolah akan terjatuh.

Bruk!

Begitulah orang tua, Duke Arganta seolah sudah tahu bila Putrinya akan terjatuh dan benar saja Alena benar-benar terjatuh dan menghimpit ayahnya sendiri.

“Hahaha, maafkan aku Ayah.” Alena tertawa melihat ekspresi sang Ayah yang seolah mengatakan, tuh kan apa Ayah bilang?

“Tidak ada yang terluka Nak?” Tanya Duke Arganta memperhatikan kaki Alena dan tangan Alena.

“Berkat Ayah yang mau jadi kasur penyelamat untukku, apa Ayah baik-baik saja?” Tanya Alena menatap tangan sang Ayah yang lecet.

“Oh ternyata tidak baik-baik saja ya? Ayah, bisakah anda jangan dulu pergi? Saya ingin mengobati luka Ayah dulu?” Pinta Alena, Duke Arganta tersentuh dan mengangguk.

“Tentu saja, mari.” Duke Arganta menggandeng tangan Alena menuju taman yang tak jauh dari sana, Emma sigap membawakan kotak obat dan Alena merawat luka sang Ayah.

“Ayah, maafkan saya atas apa yang saya ucapkan semalam. Anda pasti sangat terluka dengan kata-kata saya yang tajam. Ayah, aku tak ingin jadi Putri Mahkota, aku telah berpikir dengan sangat baik dan akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seseorang yang lain saja.” Alena tersenyum, sedangkan Duke Arganta tak Percy begitu saja dengan perkataan Putrinya.

“Ayah juga tak ingin melihatmu terluka, jangan tekan perasaan mu Nak, bila memang mencintai Pangeran Mahkota, Ayah akan berusaha menyatukan kalian dengan berbagi hal.” Alena terkekeh mendengarnya, dia menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak tertarik pada Pangeran Mahkota Ayah, setelah di pikir-pikir lagi. Dia bahkan tidak lebih tampan dari anda, saya ingin menikah dengan pria yang setidaknya lebih tampan dari anda dan memiliki wajah imut seperti serigala yang menggemaskan.” Ucap Alena jujur, Duke Arganta nampak terkekeh mendengar sang Putri.

“Yang benar saja, tak ada serigala yang menggemaskan di dunia ini sayang.” Duke Arganta tertawa renyah.

“Ah baiklah Ayah, tapi aku serius bila aku tak ingin menjadi Putri Mahkota. Yang aku inginkan saat ini bukan seorang pria atau perjodohan. Ayah, bisakah aku meminjam uang anggaran rumah? Aku ingin beli sesuatu.” Alena memohon, Duke Arganta tersenyum dan mengangguk.

“Ambilah berapapun yang kamu inginkan, Ayah akan berusaha mengembalikan uang yang lebih besar dari yang kamu habiskan Nak,” Alena tertawa saat mendapatkan token bendahara Arganta.

“Baiklah, aku akan menggunakan uangnya dengan bijak. Ayah, aku sangat menyayangimu.” Alena mengecup pipi sang Ayah dan nampak begitu girang, Emma juga melihat itu sangat senang.

Duke Arganta juga tersenyum melihat Putrinya yang sangat bahagia, sedangkan di sisi lain seorang gadis berusia 18 tahun nampak mengintip. Rambutnya yang pirang dan matanya yang biru seolah dipenuhi kebencian.

“Si*alan*!” Gertaknya, dia mengepalkan tangannya dan menggigit kuku jarinya hingga patah.

Sedangkan Duke Arganta akhirnya memilih untuk tidak pergi ke Istana dan bermain bersama dengan Alena, menikmati waktu yang menjelang sore dan Alena kini sadar bila segala sesuatunya dapat berbuah.

Hal pertama yang ingin diubah oleh Alena telah berhasil, dan kini masa depan Keluarganya juga harus berubah. Dia tak akan pernah membiarkan sang Ayah kembali dalam bahaya.

Bab 3 Tamu Dari Timur

Sebuah kamar mewah dengan cahaya yang sangat minim, terdengar lemparan piring di dalamnya, para pelayan yang berada di sekitarnya sudah terbiasa dengan suara tersebut.

“Apa yang terjadi?” Tanya Duke Arganta saat melewati kamar tersebut dan para pelayan tengah berbisik.

“Nona mengamuk Tuan, dia memecahkan banyak perabotan di kamarnya.” Jawab seorang pelayan, Duke Arganta mengepalkan tangannya dan geram dengan sikap anak perempuan itu.

Elena Arganta, seorang anak haram dari adik Duke Arganta yang telah tiada, Duke Arganta terpaksa menjadikannya sebagai Putri Arganta karena hutang budinya pada sang adik. Namun siapa sangka, anak itu justru ngelunjak setiap waktunya dan selalu bersaing dengan Alena.

“Anak kurang ajar ini! Haah, biarkan dia melakukan hal apapun di kamarnya. Namun bila dia melakukan hal gila di luar, aku akan langsung bertindak.” Ucap Duke Arganta menjauhi tempat tersebut.

Duke Arganta masuk ke ruang kerjanya dan mendapati Alena yang tengah sembunyi-sembunyi mengambil sesuatu, Duke Arganta terkekeh.

“Maaf Ayah, aku hanya ingin meminjam pena. Bolehkan?” Mohon Alena, Duke Arganta kembali tertawa melihat sikap imut putrinya.

“Tentu saja, memangnya apa yang ingin dilakukan oleh Putriku ini?” Alena tersenyum dan mengambil sebuah kertas dan amplop.

“Aku ingin membuat surat pada seseorang yang jauh sekali, bolehkan?” Duke Arganta terdiam sejenak, setahunya sang Putri tak memiliki banyak teman dan dia juga jarang bergaul dengan para kaum Bangsawan yang selalu mengucilkannya.

“Mau Ayah bantu?” Tanya Duke Arganta, Alena mengangguk setuju. Setelah dipikir sepanjang sore, Alena memang harus berubah di kehidupan keduanya kali ini.

Hal pertama yang ingin dia lakukan adalah memperbaiki penampilannya, dia juga harus mencari sumber daya agar keluarganya tidak mengalami kebangkrutan di masa depan.

“Ke mana kamu ingin mengirim surat Nak?” Alena mulai tersenyum, dia harus melancarkan misi pertamanya untuk memperbaiki masa depan.

“Ke asosiasi dagang Kill Ayah, aku ingin membeli banyak kertas dari mereka. Aku ingin melakukan sesuatu dengan uang yang aku pinjam.” Alena terkekeh, Duke Arganta tertegun.

Asosiasi dagang Kill, memang terkenal dengan kertas buatannya yang berkualitas tinggi. Namun, saat ini tak ada yang terpikirkan oleh Duke Arganta dengan semua kertas yang ingin di beli oleh Putrinya itu.

“Baiklah, bila hanya kertas biar Ayah yang urus. Berapa banyak yang Alena butuhkan?” Alena tersenyum, ayahnya memang yang terbaik dalam urusan negosiasi.

“Aku ingin mereka memberikan Kertas mereka selama 6 bulan terakhir pada kita Ayah,” Duke Arganta tertegun, 6 bulan bukanlah waktu yang sebentar.

Di tambah Asosiasi dagang Kill adalah penyedia kertas untuk banyak Negara, dan itu artinya Alena membutuhkan sebanyak 2 hektar tanah hanya untuk menyimpan kertas tersebut.

“Untuk apa Nak?” Tanya Duke Arganta, meski bertanya namun dia tetap menulis surat.

“Aku terpikirkan sebuah ide Ayah, tapi meski aku gagal. Aku janji tak akan merugikan keluarga Arganta meski hanya satu keping emas.” Tuan Duke Arganta menjadi tertarik dengan apa yang direncanakan Alena, selama ini Alena tak pernah bertindak sejauh itu. 

“Baiklah, Ayah sangat menantikannya Nak.” Alena mengangguk dan akhirnya surat dikirim keesokan harinya, Alena sudah bangun saat matahari belum memperlihatkan sinarnya, Alena pagi itu sudah mengacak-acak kamarnya dan mencari celana kuda yang suka dia kenakan.

Alena tersenyum melihat tubuh gendut itu, pagi itu Alena berlari sekuat tenaga di pagi hari dan makan dengan porsi teratur. Emma sedikit khawatir dengan kebiasaan baru Nona mudanya, namun Alena justru kian bersemangat.

Duke Arganta yang melihat semangat Putrinya kian menjadi bangga, dia juga lebih sering di rumah dan melakukan pekerjaannya di rumah. Sedangkan Elena yang melihat perubahan pada keseharian Alena hanya dapat gigit jari, di tambah saat ini Elena tak dapat menginjakkan kaki ke wilayah tempat Alena tinggal.

Alena sendiri tahu bila Elena selalu memperhatikannya secara diam-diam, namun dia tak peduli. Dia juga akan mendorong wanita itu pada lobang yang sudah dia gali sendiri di masa depan.

1 bulan kemudian, Asosiasi dagang Kill setuju dengan permintaan Duke Arganta dan memberikan pasokan kertas mereka selama 6 bulan pada kediaman Arganta.

Saat kiriman pertama datang, Alena nampak sangat bersemangat. Namun dia tak ingin gegabah dalam bertindak, dia harus mencari cara agar dapat mengalihkan perhatian semua orang dengan apa yang tengah dia lakukan.

Tubuh Alena juga kian kurus, meski dia juga sudah memakan beberapa makan berlemak. Namun sebagai gantinya, Alena harus rajin olahraga dan menjadikan lemak-lemak dalam tubuhnya terbakar dan berubah menjadi otot.

Alena membangun sebuah gudang seluas 500 meter persegi di dekat kediamannya, namun di luar sepengetahuan orang lain. Duke Arganta yang diminta sang Putri untuk mendirikan kembali gudang di luar kota juga berhasil membangunnya tepat waktu.

Alhasil sebagian kertas itu terbagi menjadi beberapa tempat penyimpanan dan para musuh pasti hanya akan tertuju pada gudang di dekat kediaman Arganta saja, Alena mulai menyusun strategi lagi.

Dia membuat rancangan untuk dapat membukukan kertas-kertas itu agar dapat diperjualbelikan dengan cara yang lebih baik. Dulu cara itu dilakukan Alena untuk membantu Pangeran Mahkota, namun sekarang tidak. Alena juga tak mencuri ide orang lain, karena Alena sadar bila dia mencuri ide orang lain maka keberuntungan seseorang yang diambil oleh Alena akan menyusahkan banyak orang. Alena juga tak ingin serakah dan ingin berbagi keberuntungan pada orang-orang disekitarnya.

Siang itu, perwakilan dari Asosiasi dagang Kill datang berkunjung ke kediaman Keluarga Arganta. Mereka adalah para saudagar dari Kerajaan timur. Alena mengenakan pakaian yang pantas dan sangat cantik.

Rambut merahnya dihiasi dengan mawar merah yang senada dengan rambutnya, gaun berwarna hijau cerah seperti daun dan tiara indah yang dikenakannya seolah menjadi hiasan pemanis Alena.

Duke Arganta juga sudah bersiap untuk menyambut orang-orang tersebut, sedangkan Alena sendiri karena di kehidupan sebelumnya dia pernah belajar bahasa Kerajaan timur, sedikit banyaknya Alena telah bersiap.

Elena juga nampak berada di sana, dia menegangkan baju berwana merah muda laksana bunga, hiasan rambut yang cantik dengan rambut pirangnya yang memikat.

Beberapa kereta kuda sampai di depan kediaman Keluarga Arganta, Alena tak buru-buru menghampiri. Karena Alena tahu bila orang-orang dari Timur sangat tidak suka bersentuhan dengan orang asing.

Berbeda dengan Elena, saat Duke Arganta maju untuk menyambut mereka. Elena juga ikut maju seolah ingin menebarkan pesonanya sebagai Putri dari Duke Arganta.

Alena menggelengkan kepalanya, betapa bodohnya Elena pikir Alena. Para saudagar itu keluar dari kereta kuda dan nampak menyambut uluran tangan selamat datang dari Duke Arganta.

“Selamat datang di rumah kami, Tuan. Semoga anda nyaman berada di sini.” Alena memberikan hormat bangsawan, sedangkan Elena yang tak dilirik meski telah maju nampak kian kesal.

“Salam kepada anda, para tamu dari Timur. Saya Alena Arganta, memberi salam pada anda semua.” Para saudagar itu tersenyum.

“Sungguh mulia Putri anda Tuan, dia juga sangat fasih menggunakan bahasa Timur.” Ucap para saudagar itu memuji kemampuan Alena. Sedangkan Elena nampak terperanjat.

‘Bagaimana bisa jal*ang itu lebih baik dariku!’ Pekik Elena dalam hati, sedangkan Alena nampak tersenyum anggun.

“Alena memang Putri kebanggan saya, Tuan. Mari saya antarkan anda ke taman kami yang sejuk.” Duke Arganta memberikan jalan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!