LIMA

~♡~

Hari ini adalah hari pernikahan Afifah dan Alfin, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, usia kandungan Afifah pun sudah berjalan satu setengah bulan.

Nanda dan Rasya, saat ini tengah membantu Afifah yang sedang bersiap dengan gaun putihnya.

"Cantik banget, temen gue." Puji Nanda takjub melihat Afifah yang tengah dirias.

"Nanda apaan sih?"

Ceklek

"Sayang, udah siap belum?"

"Udah, Tan!"

Mila tersenyum menghampiri Afifah, ia langsung memeluk tubuh Afifah, "Bocil Mamah udah mau nikah aja." Mila mengecup lembut kening putrinya.

"Afifah belum siap pisah sama Mamah, sama Papah juga."

"Hush! kamu kan bisa main kesini, atau nggak Mamah aja yang main ke rumah kalian." Ujar Mila mengusap air mata Afifah.

"Maafin Fifah yah Mah, Fifah belum bisa bahagiain Mamah sama Papah."

"Kamu bahagia aja itu udah cukup buat Mamah sama Papah."

Nanda dan Rasya tersenyum haru, menatap sepasang ibu dan anak yang tengah berpelukan itu. "Mau ikut peluk juga, dong!" Ucap Nanda langsung ikut berpelukan.

"Aku juga ikutan dong!" Ujar Rasya langsung memeluk mereka.

"Sayang banget sama kalian." Ucap Mila mengelus punggung ketiga remaja yang ada di pelukannya. "Udah, ayo cepet kita turun kebawah, mereka pasti udah nunggu."

Akhirnya mereka turun kebawah karna Ijab Qobul akan segera dimulai, Afifah berjalan dengan Nanda dan Rasya yang berjalan di sampingnya. Semua menatap kagum Nanda, Rasya, apalagi Afifah yang terlihat sangat anggun dengan gaun putihnya.

Terutama Alfin, ia terperangah menatap Afifah yang terlihat cantik berkali-kali lipat dari biasanya.

"Itu si Afifah mantan lo, cantik banget." Bisik salah satu teman Davi, membuat Davi mengalihkan pandangannya, tidak dapat dipungkiri, Afifah memang terlihat sangat cantik. "Biasa aja."

Afifah duduk disamping Alfin,Ia duduk dengan kepala menunduk.

"Kamu Cantik." Bisik Alfin membuat Afifah tersenyum dengan kepala yang menunduk.

Alfin menatap Afifah sekilas, ia tersenyum tipis melihat wajah Afifah yang bersemu.

"Saudara Alfin, apakah anda sudah siap?" Tanya sang Penghulu.

Alfin mengangguk mantap, Siap Pak."

"Bismillahirrahmanirrahim.. saudara Alfin saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Afifah Syahira binti Bima Wijaya dengan mas kawin berupa uang tunai sebesar 30 tuta dan 100 gram emas putih serta seperangkat alat solat dibayar tunai."

Alfin memejamkan matanya sejenak, menarik nafasnya dalam-dalam, ia mengucapkan bismillah terlebih dahulu agar lancar ketika mengucapkan Ijab qobul dengan satu tarikan nafas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Afifah Syahira binti Bima Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH."

"Alhamdulillah."

Alfin menghembuskan nafasnya lega ketika mendengar teriakan sah dari semua tamu undangan, Alfin langsung berbalik menghadap Afifah, ia menyodorkan tangannya kepada Afifah.

Afifah langsung meraih tangan Alfin untuk ia kecup, Alfin tersenyum melihat Afifah yang mengecup tangannya. Rasanya masih tidak menyangka, sekarang Afifah sudah resmi menjadi miliknya seutuhnya.

Alfin menarik kepala Afifah, kemudian mendekatkan wajahnya mengecup kening Afifah. Alfin memejamkan matanya ketika mengecup kening Afifah, begitupula dengan Afifah, ia ikut memejamkan matanya menikmati kecupan hangat yang Alfin berikan di keningnya.

"Assalamualaikum istri. " Bisik Alfin, menggoda Afifah.

Afifah gugup, "Waalaikum salam," Jawab Afifah malu-malu.

Afifah menangis tersedu-sedu ketika ia dihadapkan dengan Bima dan Mira, Afifah langsung memeluk kedua orangtuanya. Mengucapkan maaf dan terimakasih karna telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang selama ini.

Begitupula dengan Alfin, ia juga ikut memeluk kedua orangtuanya.

Sekarang sesi bersalaman, Dimana para tamu datang menghampiri pengantin dan memberikan selamat.

"Huhu, selamat yah!" Nanda langsung memeluk erat tubuh Afifah, tak mau kalah, Rasya juga ikut ikutan memeluk erat tubuh Afifah.

"Iyah makasih."

"Peluknya tidak usah kencang kencang! kasian istri saya kesulitan bernapas."

Mendengar teguran dari suami sang sahabat, Nanda dan Rasya langsung melepaskan pelukannya. Mereka berdua langsung cengengesan.

"Sakinah mawadah warahmah," Ucap Nanda dan Rasya berbarengan.

"Aamiin."

"Yaudah kalo gitu kita pamit mau makan dulu yah. " Pamit Nanda melambaikan tangannya turun dari pelaminan langsung diikuti oleh Rasya.

"Teman kamu random sekali,"

Afifah terkekeh kecil, "Tapi mereka baik,A

Afifah sayang sama mereka."

"Wih! pengantin baru lagi ngomongin apaan nih." Dua orang pria tampan menghampiri Afifah dan Alfin, mereka memiliki paras yang sangat tampan membuat Afifah sedikit terperangah.

"Berisik." Tegur Alfin.

"Pengantin prianya galak banget, serem." Ucap seorang Pria Tersenyum lebar sehingga terlihatlah lesung pipi diwajahnya.

Sedangkan Pria yang satunya lagi hanya geleng-geleng kepala, "Selamat yah bro!" Ucapnya menepuk bahu Alfin.

"Thanks." Balas Alfin singkat, sedangkan Afifah membalasnya dengan senyuman.

"Kenalin nama Abang, Abang Jefry panggil aja Abang Jefry." Ucap pria berlesung pipi itu.

Alfin memukul bahu Jefry, "Gak usah macem-macem." Alfin menatap tajam Jefry.

"Bercanda kali Fin," Ucap Jefry cengengesan.

"Jadi nama kamu?" Tanya Jefry menyodorkan tangannya kepada Afifah.

Afifah menjabat tangan Jefry,

"Afifah." Ucapnya tersenyum.

"Jabat tangannya gak usah lama-lama!" Ketus Alfin.

"Posesif amat bro," Ujar pria satunya lagi.

"Tau tuhh!" Cibir Jefry melepas aksi jabat tangannya dengan Afifah.

"Kenalin nama saya Kevin," Sekarang giliran pria tampan itu yang menjabat tangan Afifah.

Afifah tersenyum ramah, "Afifah." Ucapnya.

"Sekali lagi selamat yah buat kalian Langgeng terus sampe kakek-nenek." Ujar Jefry.

"Aamiin, makasih."

"Kayaknya nanti malam ada yang bakalan belah duren nih, yah gak Jef?" Ucap Kevin menggoda.

"Iyalah," Jawab Jefry yg langsung ditatap tajam oleh Alfin.

"Pergi sana lo berdua, tamu yang lain udah pada ngantri tuh!" Ucap Alfin mengusir dua sahabatnya itu, membuat Afifah melongo tak percaya ternyata Alfin bisa bersikap seperti ini jika sedang bersama temannya.

"Iyah deh yang mau belah duren, kita pamit mau makan dulu." Pamit Kevin dan Jefri cengengesan, kemudian pergi dari panggung.

"Emang nanti malem, kita mau makan duren yah Pak?" Tanya Afifah polos.

"Enggak! jangan dengarkan ucapan mereka, mereka berdua sangat sesat."

"Tapi-"

"Halo Abang, halo juga Kakak Ipar!"

Wajah Afifah berubah menjadi tidak enak ketika melihat siapa orang yang baru saja menyapanya itu, kalian pasti sudah bisa menebak siapa orang itu.

"Ngapain lo?" Tanya Alfin sinis.

"Ngucapin selamat atas pernikahan kalian lah!" Jawabnya tersenyum, "Semoga langgeng terus sampai maut memisahkan. Juga semoga kalian cepet-cepet dikasih momongan-ehh gue lupa, Afifah kan emang lagi hamil." Ucap Davi dengan santai.

Alfin berjalan satu langkah, ia sudah mengambil ancang-ancang untuk memukul wajah Davi, tapi niatnya ia urungkan ketika merasakan tangannya digenggam oleh seseorang.

"Jangan yah, Pak? nanti di liatin sama tamu-tamu." Cegah Afifah sambil mengusap tangan Alfin.

Alfin menghela nafasnya, jika Afifah tidak mencegahnya sudah dipastikan detik ini juga dia sudah membogem wajah tengil Davi.

"Pergi, gue gak butuh ucapan selamat dari lo."

Davi mengangkat dua tangannya ke udara "Ohh oke, gue pergi." Davi mendekatkan wajahnya ke telinga Alfin, kemudian berbisik. "Selamat bersenang-senang dengan Barang bekas gue."

Afifah menatap punggung Davi dengan tatapan yang sulit di artikan, ia dapat mendengar bisikan Davi. Hatinya berdenyut nyeri mendengar Davi menyebutnya dengan sebutan Barang bekas, apa dia semurahan itu?

"Tidak usah di dengarkan, oke?" Ucap Alfin mengusap pipi Afifah, Afifah tersenyum kemudian mengangguk.

Disisi lain ada Nanda yang kini sedang heboh mengambil beberapa cemilan yang ada di sana, ia terlihat kelimpungan sendiri karena makanan disana beraneka ragam. Sedangkan Rasya? dia sudah pulang, karna orangtuanya barusaja kembali dari luar Negri.

Brug

"Awss.. "

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya orang yang tadi menabrak Nanda.

Nanda menatap pria jangkung di depannya, ia membenarkan gaunnya. "Gapapa kok, Om."

"Om? kamu memanggil saya dengan sebutan Om?" Tanya Jefry tertohok menatap Nanda.

Nanda mengangguk, "Iyah."

"Sembarangan kamu, saya tidak setua itu yah!"

"Udah tua kalo gak dipanggil om, mau dipanggil apa, Kakek?"

"Makin ngelunjak yah kamu, dengerin saya baik-baik ya! umur saya masih 26 tahun, jadi berhenti panggil saya Om." Ucap Jefry memperingati.

"Terserah Om aja deh." Nanda langsung melenggang pergi meninggalkan Jefry.

Jefry menatap cengo kepergian Nanda. "Sialan! ngeselin banget tuh bocah."

"Kenapa lo?" Tanya Kevin,ia baru saja pergi dari toilet.

Jefry menatap Kevin sekilas,"Gapapa!" jawabnya penuh emosi kemudian pergi meninggalkan Kevin.

"Lah ko pergi?"

Kamar Afifah

Setelah acara selesai, Afifah dan Alfin langsung pergi ke kamar. mereka ingin  mengistirahatkan tubuh mereka yang terasa sangat lelah, sedari tadi mereka berdiri menyalami para tamu yang jumlahnya bukan main banyaknya.

Tamu yang hadir tidak sedikit, semua terdiri dari rekan kerja Ayah Bagas dan Papah Bima. Sedangkan dari pihak Alfin dan Afifah hanya ada beberapa teman dekatnya saja yang datang.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, dan tampaklah Alfin yang baru saja selesai mandi. Alfin menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil, sambil menatap Afifah yang tengah asik tiduran di kasur sambil memainkan ponsel dengan case ungunya.

Alfin segera menghampiri Afifah, "Ngapain?" Tanyanya penasaran.

"Main hp, emangnya Bapak gak liat?"

"Tidur Afifah! memangnya kamu tidak capek hm?"

"Kenapa sih nyuruh Fifah tidur terus? kalo Fifah tidur selamanya gimana?" Tanya Afifah sebal.

Cetak

Alfin menyentil pelan bibir berbentuk love itu. "Ngomongnya!"

"Fifah bercanda, Pak." Ucap Afifah mengusap bibirnya, nasibnya memang selalu saja di sentil.

"Lain kali jangan berbicara seperti itu, saya tidak suka."

"Iyah Fifah minta maaf." Ucap Afifah menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah Alfin.

Alfin menghela nafasnya,"Sekarang kamu tidur, oke?" Alfin mengusap rambut Afifah, sedangkan Afifah ia hanya menurut saja.

Alfin dan Afifah sudah berbaring di kasur dengan mata yang sudah terpejam, Alfin sudah mulai menjelajahi mimpinya, tetapi Afifah terus bergerak gelisah, membalikan badannya ke kanan dan ke kiri.

Pergerakan Afifah dapat Alfin rasakan,

Alfin membuka kelopak matanya. "Tidur, Afifah!"

"Eh, maafin Fifah, Fifah bangunin Bapak yah?"

Alfin menggeleng, ia menatap Afifah yang juga menatapnya, "Kenapa tidak tidur hm?" Tanya Alfin membuat Afifah menunduk meremas selimutnya.

"Fifah gak bisa tidur, perut Fifah rasanya gak enak banget."

"Sini." Alfin merentangkan tangannya, menyuruh Afifah masuk kedalam pelukannya.

Afifah nampak ragu-ragu, tapi satu detik kemudian Alfin langsung menarik tubuh Afifah dan langsung memeluknya erat.

"Ehh!"

Alfin mengelus pelan punggung Afifah, ia terus menggumamkan kata-kata yang membuat Afifah tenang. "Tidur Yah!"

"Gak mau, Pak."

Alfin menunduk menatap Afifah, "Kenapa ga mau?" Tanya Alfin.

Afifah menatap Alfin dengan muka cemberut, "Fifah mau makan mie, tapi bapak yang masakin." Pinta Afifah dengan wajah penuh harap.

"No, makan mie malam-malam begini sangat tidak sehat."

"Kalo bapak gak mau masakin, Fifah bisa masak sendiri ko." Ucap Afifah beranjak dari tidurnya.

Alfin menahan tangan Afifah, "okeh, biar saya yang masakin, kamu tunggu disini saja." Alfin memilih mengalah.

"Fifah mau ikut!"

Alfin menghela nafasnya, "Yasudah, ayo." Alfin menggenggam tangan Afifah, menuntunnya turun ke bawah.

Dapur

"Mie kuah atau mie goreng?" Tanya Alfin kepada Afifah yang dengan anteng duduk di meja makan.

"Mie kuah."

Alfin mengangguk, kemudian merebus mie kuah tersebut. Tak membutuhkan

Waktu yang lama, setelah mie sudah jadi, Alfin langsung membawanya ke meja makan.

Alfin menurunkan Afifah, kemudian mendudukannya di kursi. Mata Afifah berbinar menatap semangkuk mie kuah ada di depan matanya, "Makasih Paksu, keliatan enak banget."

Alfin mengerutkan keningnya heran, "Paksu?" Tanya Alfin.

Afifah langsung menatap Alfin dengan cengiran diwajahnya, "Pak Suami." Jawab Afifah terkekeh geli.

Alfin menggelengkan kepalanya, "Ada ada saja, ayo cepat dimakan!"

Afifah mengangguk, kemudian mulai memakan mie itu. "Pak, tolong ambilin jeruk di kulkas dong!"

Tanpa banyak bertanya Alfin beranjak dari duduknya, membuka kulkas dan mengambil beberapa buah jeruk.

"Nih."

Afifah membuka kulit jeruk itu, kemudian mulai memasukkan jeruk-jeruk itu kedalam mangkuk Mienya.

Mata Alfin membola ketika melihat Afifah memasukan jeruk itu kedalam mangkuk ?mienya, "Kenapa jeruknya di masukan?" Tanya Alfin.

"Gak tau, Fifah tiba-tiba pengen aja."

Alfin menatap Afifah yang sedang memakan mie campur jeruk itu dengan lahap, sesekali ia meringis.

"Bumil bertingkah,"

~♡~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!