~♡~
"Bang!" Panggil Davi memasuki kamar Alfin, ia berjalan tergesa melihat Alfin yang tengah bersiap.
Alfin mentap datar Davi. "Ngapain lo?"
"Lo serius mau nikahin, Afifah?"
"Iyah, masalah buat lo?" Tanya Alfin membuat Davi gelagapan lagi.
"Nggak ko, cuman lo udah mastiin kalo bayi itu emang darah daging lo belum?" Tanya Davi, membuat Alfin mengangkat sebelah alisnya.
"Gini loh maksud gue, bayi itu belum tentu bayi lo, bisa aja bayi itu bayi orang lain. Dari yang gue tau tentang Afifah, dia cewek polos tapi dia sering main sama banyak cow-"
Bug
Sudah cukup Alfin menahan tangannya untuk tidak membogem wajah tampan adiknya itu, "Lo ga usah ngomong yang macem-macem tentang Afifah! Gue tau bayi itu bukan darah daging gue, tapi bayi itu darah daging Lo kan?" Tanya Alfin sengit, ia mencengkram kasar kerah baju Davi.
Davi terkekeh mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah, "Ternyata jalang itu ngadu ke lo yah, Bang?" Tanya Davi tertawa.
Amarah Alfin kembali memuncak ketika mendengar Davi menyebut Afifah dengan sebutan jalang, sungguh kali ini Alfin tidak akan memaafkan Davi.
Bug
"Gue gak nyangka ternyata adik gue sebejat lo! lo gila, nyuruh Afifah buat gugurin kandungannya? gue ada denger semuanya, bukan Afifah yang ngadu, sialan."
Alfin menghepas tubuh Davi, "Inget Davi, Ayah selalu ingetin kita buat selalu bertanggung jawab atas apa yang kita lakuin!" Ucap Alfin dengan nafas menggebu menatap tajam Davi.
"Gue gak sadar waktu itu, Bang! Gue juga gak cinta sama Afifah, jadi buat apa gue nikahin dia?"
"Dengerin gue baik-baik, sekali lo lepasin Afifah sama bayi itu, jangan harap lo bisa ambil mereka lagi." Tekan Alfin.
"Gak akan, lo tenang aja."
Alfin menyambar jam tangannya, "Suatu hari, lo bakalan nyesel."
Rumah Afifah
"Jadi kedatangan saya kesini, saya ingin bertanggung jawab karena saya telah menghamili putri Om dan Tante," Ucap Alfin kepada Bima dan Mira.
Deg
"Maksud kamu apa nak? Afifah apa yang dimaksud lelaki ini, apakah benar?" Tanya Mira dengan mata yang sudah berkaca-kaca menatap putrinya yang tengah menunduk.
Afifah mengangguk,"iyah Mah, Maaf."
Bima dan Mila mendadak lemas, fakta apa ini?
"Tujuan kami datang kesini ingin meminta maaf dan ingin meminta persetujuan kalian supaya Alfin bisa segera menikahi Afifah."
"Saya akan bertanggung jawab dan akan segera menikahi Afifah." ucap Alfin.
Bug
Satu pukulan keras Bima layangkan di wajah tampan Alfin, "Memang sudah seharusnya kamu bertanggung jawab." Bentak Bima. Sedangkan, Bagas dan Fitri mereka hanya terdiam. Karna menurut mereka Alfin memang pantas mendapatkan Hal itu.
"Udah, Pah!" Pinta Afifah mencegah Bima yang hendak melayangkan pukulannya kepada Alfin.
Bima membuang nafasnya gusar, dia selalu tidak bisa jika melihat Afifah menangis seperti ini, ia memilih melepaskan Alfin dan kembali duduk di samping istrinya.
"Jadi kapan kita akan melangsungkan acara pernikahannya?" Tanyanya membuat senyum Alfin merekah.
Mila menarik Afifah kedalam pelukannya, sekecewa apapun Mila kepada Afifah dia pasti akan tetap menyayangi putrinya itu.
"Kami terserah pihak wanita saja." Ucap Fitri heboh seperti biasanya.
"Baiklah 1 minggu lagi! kita akan segera melangsungkan pernikahan. Ujar Bima.
Bagas mengangguk menyetujui, "Alfin, pasangkan cincinnya," Titah Bagas.
Alfin tersenyum, menarik tangan Afifah kemudian memasang cincin itu dijari manisnya. "Cantik."
"Om, Tante!" Panggil Alfin. "Saya izin ajak Afifah keluar sebentar."
Bima mengangguk, "Jaga putri saya."
"Pasti Om!"
Alfin memilih mengajak Afifah ke sebuah taman yang berada didekat komplek itu.
"Makasih yah, Pak. Maafin juga karna tadi Papah udah mukul muka Bapak, pasti sakit." Afifah sedikit meringis,ia merasa bersalah.
"Ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang kamu alami Afifah." Ucap Alfin mengusap pipi Afifah menggunakan ibu jarinya.
"Mau peluk." Afifah merentangkan kedua tangannya, sedangkan Alfin? Dia menatap cengo Afifah.
"Hah?"
Afifah mencebikkan bibirnya, "Afifah pengen dipeluk sama Bapak!"
Alfin menatap sekeliling taman, banyak orang yang berlalu lalang disini. "Malu nanti di lihat banyak orang."
"Bilang aja gak mau!" Sewot Afifah langsung melenggang pergi, tetapi Alfin langsung menahannya, Ia memeluk tubuh Afifah dari belakang.
Alfin meletakkan dagunya dibahu Afifah dengan tangan yang melingkar diperutnya, "Ini udah saya peluk." Bisik Alfin membuat tubuh Afifah meremang.
Afifah mengangguk pelan, entahlah dia juga tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba ingin dipeluk oleh Alfin.
Alfin mebalikkan tubuh Afifah menghadap dirinya, "Pulang yah, udah malem takutnya kamu masuk angin."
Pagi Hari
"Huek.. " Sejak pagi, Afifah merasakan gejolak aneh yang berasal dari perutnya. Ia terus
"Aduh sayang, kamu jangan pergi kekampus dulu yah."
Afifah menggeleng lemah, "Afifah harus tetep ngampus, Mah." Ujar Afifah membasuh mulutnya.
"Badan kamu lemes kaya gini, Mamah khawatir kamu nanti kenapa-kenapa." Bujuk Mila.
"Afifah gapapa ko Mah, Mamah tenang aja."
Di Kampus
Afifah memasuki kelas dengan berjalan sedikit gontai dengan wajah pucat dia langsung duduk di bangku nya.
"Fifah kamu kemarin kemana?" Tanya Rasya.
"Kita nyari lo kemana-mana." Ucap Nanda agak kesal karna kemarin Afifah menghilang tanpa mengabari mereka.
Pasalnya, kemarin saat ke kampus untuk menemui Davi, Afifah di antar oleh Nanda dan Rasya.
"Maafin Fifah, kemarin Fifah gak enak badan. Jadi, Fifah langsung pulang."
"Harusnya lo kabarin kita dong."
"Fifah kan lupa, kalo lupa berarti Fifah ga inget, Nanda gimana sih? ngeselin banget!" Ucap Afifah kesal dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Nanda gelagapan melihat mata Afifah yang sudah berkaca-kaca dengan wajah memerah menahan tangisnya.
"Eh, ko nangis?"
"Afifah kamu lagi datang bulan yah?"
Afifah menggeleng,"Gimana mau datang bulan? orang Fifah lagi hamil." Batinnya.
"Ohh, mungkin mood kamu lagi jelek."
Nanda memeluk Afifah, "Maafin gue yah, Fah." Ucapnya yang langsung di angguki Afifah.
"Selamat pagi!"
"Pagi Pak."
Afifah menatap Alfin yang kini tengah memasang wajah datarnya, auranya sangat berbeda dengan Alfin yang kemarin terus tersenyum kepadanya.
Merasa diperhatikan, Alfin menoleh kearah Afifah dan deg mata mereka saling beradu Alfin menatap wajah pucat Afifah.
"Afifah kenapa? mukanya Pucet banget," Batin Alfin.
Afifah yang ketahuan, cepat-cepat mengalihkan pandangannya gugup.
"Malu.. "
Alfin berdehem singkat, "Baiklah kita mulai kelas hari ini." ucap Alfin.
Beberapa saat kemudian, "Segitu saja dulu materi hari ini, kumpulkan tugas yang saya berikan kemarin. Dan untuk Afifah, tolong antarkan tugas itu ke ruangan saya." Ujar Alfin kemudian melenggang pergi dari kelas.
"Loh ko jadi Fifah, sih?" Gerutu Afifah.
"Udahlah, cuman nganterin tugas doang kali Fah."
"Anterin Gih." Titah Rasya membuat Afifah menghela nafasnya.
Tok Tok Tok
"Masuk!"
Ceklek
"Siang Pak, Ini tugas-tugasnya." ucap Afifah.
"Letakkan dimeja itu!" Suruh Alfin yang langsung dilakukan oleh Afifah.
"Kalo gitu, Afifah pamit ke kelas lagi yah Pak, masih ada kelas 30 menit lagi." Ujar Afifah berbohong, padahal 2 jam lagi.
"Saya belum menyuruh kamu untuk pergi." Ucap Alfin dingin, berhasil menghentikan langkah Afifah yang hendak keluar dari ruangan Alfin.
Afifah berbalik,"Kan Fifah udah ngasih tugasnya ke Bapak." Ujar Afifah jengah.
"Duduk." Titah Alfin tak terbantahkan, menunjuk kursi yang ada di depannya. Afifah berjalan menuju kearah Alfin, kemudian duduk dibangku yang tadi Alfin tunjuk.
"Kamu kenapa?"
"Fifah kenapa? Fifah gapapa." Jawab Afifah.
"Bohong! wajah kamu pucat seperti itu, kamu belum makan yah?"
"Fifah gak mau makan, perut Fifah rasanya kaya dikocok-kocok. Tadi pagi waktu Fifah sarapan, sarapanya Fifah muntahin lagi."
Alfin tertegun mendengar cerita Afifah, "Justru itu kamu tidak boleh membiarkan perut kamu sampai kosong! ayo, makan bersama saya." Ajak Alfin, menyambar kunci mobilnya.
"Gak mau."
"Kamu harus ingat, sekarang kamu tidak sendirian, dia juga butuh makan." Ucap Alfin melirik perut datar Afifah.
iya juga yah batin Afifah
"Yaudah ayo! Fifah mau makan, demi dede bayi."
Alfin tersenyum, ia mengacak rambut Afifah gemas. "Good Girl."
Alfin mengajak Afifah ke sebuah restoran dekat kampus dengan sembunyi-sembunyi tentunya. "Kamu mau makan apa, heum?" Tanya Alfin.
"Fifah mau ini." Afifah menunjuk makanan yang ada di menu.
"Sushi? boleh saja, tapi kamu belum makan nasi, lebih baik kamu pesan nasi goreng saja."
"Gak usah nanya Fifah mau makan apa kalo gitu!" Gerutu Afifah, ia mengambil kasar buku menu yang di pegang oleh Alfin.
Alfin menghela nafasnya, sabar. "Kamu boleh membeli sushi, asal makan nasi goreng dulu. Bagimana, kamu setuju kan?"
"Okee!"
Setelah selesai makan, Alfin dan Afifah memilih berjalan-jalan terlebih dahulu, mumpung kelasnya 1 jam lagi.
"Pak Alfin, Fifah mau rujak deh!"
Alfin menatap Afifah, "Rujak?"
"Iyah Fifah mau rujak, tapi rujaknya gak pake bumbu rujak." Ucap Afifah membuat Alfin tertawa.
"Rujak kalo gak pake bumbu rujak bukan rujak namanya."
Afifah mendelik tajam, "Terserah Fifah dong, pokoknya Fifah mau rujak! tapi, rujaknya gak pake bumbu rujak." Ucap Afifah kukuh membuat Alfin kembali pasrah, ia mengangguk.
Beberapa saat kemudian
Afifah saat ini tengah asyik memakan rujak tanpa bumbu yang ia pinta tadi, saat ini Alfin dan Afifah sudah berada didalam mobil.
"Gimana?"
"Gimana apanya?"
"Rujak tanpa bumbu rujaknya,"
Afifah mengangguk antusias, "Enak."
"Itu mah bukan makan rujak, tapi nyemil buah-buahan," Batin Alfin.
"Pak Alfin!" Panggil Afifah.
"Hm?"
"Aaaa.. " Afifah menyodorkan potongan nanas ke mulut Alfin, "Pak Alfin yang makan nanasnya, ayo cepet buka mulutnya." Titah Afifah.
Mau tidak mau Alfin harus membuka
mulutnya menerima suapan Afifah.
"Enak gak?" Tanya Afifah, Alfin hanya mengangguk.
Hening
Tidak ada yang berbicara, Alfin sedang pokus mengemudi sedangkan Afifah sedang fokus memakan rujak tanpa bumbunya.
"Fah?"
"apwa?"
"Telen dulu." Titah Alfin, ia sedang menahan gemas melihat pipi gembul Afifah. ingin sekali menggigitnya.
"Kenapa Pak?"
"Kamu sudah cek kandungan kamu ke Dokter?" Tanya Alfin.
Afifah geleng- geleng, "Belum."
"Gapapa besok kita cek sama-sama."
"Yey! makasih Pak." Ucap Afifah, membuat Alfin mengacak gemas rambutnya.
"Sama-sama, sekarang kita ke kampus lagi yah? kamu ada kelas 1 jam lagi kan?"
~♡~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments