~♡~
"Maap, kalian liat Davi gak?" Tanya Afifah kepada salah satu teman Davi. Sedari tadi, Afifah mencari-cari keberadaan lelaki itu, tetapi, ia tak kunjung menemukan lelaki itu.
Rencananya, ia akan memberitahu Davi tentang kehamilannya.
"Davi bilang dia mau ke ruangan musik, coba lo cari disana."
"Ohh iyah, makasih yah." Ucap Afifah sebelum melenggang pergi
Davi tengah asyik menghisap rokoknya, mata tajamnya menatap lurus kedepan. Ia begitu menikmati ruangan musik, karena ada Ac di sana.
"Davi!" Panggil Afifah memasuki ruang musik, untungnya ruang musik sedang sepi.
"Ngapain lo?"
"Afifah daritadi nyari-nyari Davi, ternyata Davi ada disini."
"Mau apa lo nyari gue?" Tanya Davi dengan wajah yang tidak bersahabat.
"Fifah hamil, Davi! " Pengakuan Afifah sukses membuat Davi terkejut.
"Lo gimana sih! lo minum obat yang gue kasih nggak?" Bentak Davi.
"Obat itu, Fifah udah minum ko!" Cicit Afifah tersendat karena tangisnya.
"Arghhh!" Teriak Davi Mengacak rambutnya frustasi.
"Gugurin bayi itu." Titah Davi.
"Nggak mau! Fifah gak mau bunuh bayi ini, dia gak salah apa-apa."
"Ya terus lo mau apa, hah?" Tanya Davi membentak Afifah, membuat badan Afifah bergetar.
"Davi harus tanggung jawab."
"Lo gila, Fah?" Bentak Davi.
"Fifah gak gila! Fifah cuman minta pertanggung jawabannya Davi."
"Jangan mimpi lo! sampai kapan pun gue gak akan mau tanggung jawab atau sampe!" Ucap Davi penuh penekanan.
"Tapi kenap-?"
"Karena dari awal, gue gak punya perasaan apa-apa sama lo." Ujar Davi dingin.
"Terus, kenapa Davi nembak Fifah waktu itu?" Tanya Afifah lirih.
"Gue terpaksa, gue taruhan sama anak-anak."
"Setelah apa yang Davi lakuin ke Fifah, dengan tanpa dosanya Davi mau ninggalin kewajiban Davi, iyah?" Teriak Afifah dengan matanya yang memerah.
"Gue ngelakuin itu sama lo cuman sekali yah, ya mungkin aja setelah lo main sama gue malam itu, lo juga main sama cowok lain!" Tuduh Davi.
Plak
"Davi jangan nuduh Fifah yang nggak nggak yah, Fifah nggak kaya gitu!"
Davi memegang pipinya yang terasa kebas, "Sialan!" Davi mencengkeram kuat kedua bahu Afifah, "Dengerin gue baik-baik yah jalang kecil! sampai kapanpun, gue gak akan pernah mau tanggung jawab. Itu terserah lo, kalo lo mau hidup dengan aman, berarti Lo harus gugurin bayi haram itu." Ucap Davi kemudian pergi meninggalkan Rooftop.
Tubuh Afifah meluruh di lantai, "Jahat banget.." Untuk beberapa saat, Afifah menangis terisak.
Seseorang memegang bahu Afifah, membuat Afifah mendongak menatap orang itu. matanya membola ketika mengetahui siapa orang itu.
Lidahnya terasa kelu. "Pak Alfin?"
"Ayo bangun, Fah!" Titah Alfin lembut, ia membantu Afifah berdiri lalu mendudukkannya di kursi yang ada disana.
"Pak Alfin, sejak kapan disini?
"Sedari tadi saya disini," Jawab Alfin membuat Afifah mematung.
"Jadi, Pak Alfin deng--"
"Hm."
Flashback
Alfin berjalan santai dengan satu tangan yamg ia simpan di saku celana satin hitamnya, matanya menangkap jelas seorang wanita yang beberapa hari ini ada di pikirannya tengah berjalan tergesa-gesa menuju ruang musik.
tap tap tap
Alfin yang penasaran segera berhalan ke arah ruang musik, ia mengintip dari celah pintu.
"Fifah hamil, Davi! " Pengakuan Afifah sukses membuat Davi terkejut.
"Lo gimana sih! lo minum obat yang gue kasih nggak?" Bentak Davi.
"Obat itu, Fifah udah minum ko!" Cicit Afifah tersendat karena tangisnya.
"Arghhh!" Teriak Davi Mengacak rambutnya frustasi.
"Gugurin bayi itu." Titah Davi.
"Nggak mau! Fifah gak mau bunuh bayi ini, dia gak salah apa-apa."
"Ya terus lo mau apa, hah?" Tanya Davi membentak Afifah, membuat badan Afifah bergetar.
"Davi harus tanggung jawab."
"Lo gila, Fah?" Bentak Davi.
"Fifah gak gila! Fifah cuman minta pertanggung jawabannya Davi."
"Jangan mimpi lo! sampai kapan pun gue gak akan mau tanggung jawab atau sampe!" Ucap Davi penuh penekanan.
"Tapi kenap-?"
"Karena dari awal, gue gak punya perasaan apa-apa sama lo." Ujar Davi dingin.
"Terus, kenapa Davi nembak Fifah waktu itu?" Tanya Afifah lirih.
"Gue terpaksa, gue taruhan sama anak-anak."
"Setelah apa yang Davi lakuin ke Fifah, dengan tanpa dosanya Davi mau ninggalin kewajiban Davi, iyah?" Teriak Afifah dengan matanya yang memerah.
"Gue ngelakuin itu sama lo cuman sekali yah, ya mungkin aja setelah lo main sama gue malam itu, lo juga main sama cowok lain!" Tuduh Davi.
Plak
"Brengsek." Tangan Alfi mengepal kuat, adiknya ternyata sangat jahat.
Flashback end
"Davi, dia adalah adik saya."
"Hah?"
"Saya sudah mendengar semuanya, kamu tenang saja saya yang akan bertanggung jawab atas bayi ini. Dan, saya akan segera menikahi kamu." Alfin menarik Afifah ke dalam dekapannya.
"Kenapa bapak mau nikahin Fifah? apa karna bapak kasian sama Fifah?" Tanya Afifah mendongak menatap mata Alfin.
Alfin menggelengkan kepalanya lalu mengusap air mata Afifah, "Tentu saja bukan, saya memang sudah mencintai kamu sejak lama." Ucap Alfin jujur.
"Bapak cinta sama Fifah?" Tanya Afifah mengerjapkan matanya lucu.
"Heum."
"Kenapa bapak bisa cinta sama Fifah?"
Alfin mengelus rambut Afifah, "Kita tidak membutuhkan alasan apapun untuk mencintai seseorang Afifah." Ucap Alfin membuat Afifah tertegun.
"Tapi Fifah ga mau bapak jadi terbebani gara-gara Fifah sama bayi ini." Afifah kembali menangis.
"Sttt! saya tidak akan pernah merasa terbebani, sudah yah? jangan menangis lagi!" Titah Alfin mengusap pipi Afifah yang basah karena air mata yang tidak kunjung berhenti.
"Saya antar kamu pulang." Alfin beranjak dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya kepada Afifah. Dengan senang hati, Afifah menerima uluran tangan Alfin.
Beruntungnya hari ini, Afifah tidak ada kelas. Tapi tidak tahu kalo Alfin?
Komflek Rumah Afifah
"Makasih udah anterin Fifah pulang." Ucap Afifah tersenyum menatap Alfin.
Alfin berdehem singkat, "Nanti malam saya akan datang kerumah kamu."
"Ngapain Pak?"
"Saya mau nikahin kamu kalo kamu lupa, malam ini saya akan membawa kedua orang tua saya untuk menemui kedua orangtua kamu, Afifah. "
"Secepat ini?" Tanya Afifah, jujur ia belum siap jika harus mengatakan semuanya kepada kedua orangtuanya.
"Memangnya mau kapan lagi? kamu mau menunggu sampai perutmu itu membesar, heum?" Mendengar itu, Afifah langsung menggeleng lucu.
"Tapi orang tua Fifah pasti bakalan marah banget sama Bapak, Fifah gak mau nantinya Bapak disalahin padahal Bapak gak ngelakuin apa apa."
Afifah yakin kalo sampai orangtuanya tau, dapat ia pastikan Papahnya akan sangat murka kepadanya dan Alfin tentunya.
"Apapun itu, saya akan menerima konsekuensinya. Saya sungguh akan menikahi kamu Afifah, saya akan bertanggung jawab atas bayi yang ada didalam kandungan kamu." Alfin menatap perut Afifah.
Afifah tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, "Makasih pak."
"Masuk gih! langsung bersih-bersih, oke? Dan juga, jangan lupa makan." Ujar Alfin mengingatkan, ia mengusap lembut rambut Afifah.
"Yaudah, Fifah masuk dulu. "
Setelah memastikan Afifah benar benar memasuki rumahnya, Alfin segera menancap gas mobilnya.
Di kediaman Bagaskara
Setelah memarkirkan mobilnya, Alfin berjalan tergesa-gesa masuk kedalam rumahnya.
"Assalamualaikum.. " Ucapnya
"Waalaikum salam, eh Alfin? mau makan dulu nak?" Tanya Fitri.
Alfin menyalami dan mengecup tangan Fitri, "Alfin belum laper Bun, dimana Davi?" Tanya Alfin.
"Davi belum pulang, ada apa sama Davi? apa dia berulah lagi?" Tanya Fitri.
"Bunda pasti sedih kalo tau Davi udah ngehamilin Afifah" Batin Alfin.
"Ko bengong Fin?" Tanya Fitri membuyarkan lamunan Alfin.
"Nggak ko Bun. Oh iyah, ada hal penting yang mau Alfin bicarain ke Bunda sama Ayah." Ujar Alfin.
Mendengar Alfin, kening Fitri menjadi berkerut. "Kayanya serius banget."
Alfin mengangguk, "Kita tunggu ayah sama Davi pulang, Alfin mau mandi dulu." Pamit Alfin.
Ruang tamu
"Jadi hal penting apa yang ingin kamu bicarakan Alfin?" Tanya Bagas.
"Iya, kayaknya serius banget lo bang" Ucap Davi penasaran.
Alfin memejamkan matanya sejenak, menarik nafas dalam-dalam
"Alfin-"
"Kamu kenapa?" Tanya Fitri.
Alfin membuang nafas panjang, "Alfin ngehamilin anak orang." Ujar Alfin.
Deg
Mendengar kata menghamili, wajah Davi mendadak menjadi pucat. "Serius lo bang?"
"Alfin, jangan bercanda kamu!?" Tanya Bagas tak kalah terkejutnya.
"Alfin gak bercanda, Yah."
"Kamu serius Fin?" Tanya Fitri antusias.
"Bunda ko kaya seneng gitu sih? bukannya was-was denger Alfin baru aja ngehamilin anak orang." Ucap Bagas menatap jengah istrinya.
"Iyalah! Bunda seneng banget, karna bentar lagi bunda punya cucu." Ucap Fitri dengan senyum yang merekah.
Bagas dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya, "Berani melakukan, berarti kamu harus berani bertanggung jawab, Alfin." Ujarnya mengingatkan Alfin.
"Rencanya, Alfin mau ngajakin Bunda sama ayah kerumahnya malam ini." ucap Alfin
"Lo ngehamilin siapa, Bang?" Tanya Davi.
"Iyah, siapa calon menantu Bunda itu?" Fitri ikut bertanya.
"Dia salah satu mahasiswi Alfin," Jawab Alfin.
"Maksud lo, dia satu kampus sama gue?" Tanya Davi lagi, Alfin hanya bergumam tak jelas.
"Siapa namanya?" Tanya Bagas.
"Afifah." Jawab Alfin menatap wajah Davi yang kembali memucat.
"Afifah?" Davi gelagapan.
Fitri bertepuk tangan senang, "Namanya aja cantik, apalagi orangnya." Heboh Fitri.
"Kalo begitu sekarang kita bersiap, malam ini kita akan datang menemui orang tuanya."
~♡~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments