EMPAT

~♡~

"Senang sekali sepertinya?" Sindir Alfin kepada Afifah, yang sedaritadi terus tersenyum menampilkan deratan gigi putihnya.

"Iyah dong, Fifah seneng banget! tadi kata Bu Dokter, dede bayi baik-baik aja." Ucap Afifah mengusap perut ratanya dengan senyuman yang terus mengembang.

Alfin dan Afifah baru saja pergi ke Dokter kandungan, memeriksakan kandungan Afifah. Betapa bahagianya mereka, ketika Dokter mengatakan bahwa janin Afifah baik-baik saja. Hanya saja, diusia kandungan Afifah yang masih sangat muda ini memang sangat rentan keguguran.

Oleh karna itu, Alfin harus berusaha lebih ekstra menjaga Afifah, ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada bayinya, dan kepada Afifah tentunya.

"Sekarang kita mau kemana?"

"Bunda tadi telepon, katanya kita harus fitting baju ke butik." jawab Alfin yang dibalas anggukan oleh Afifah.

Butik

"SELAMAT DATANG DIBUTIK MAWAR MELATI, SILAHKAN MASUK. "

"Alfin! udah dateng kamu, sama siapa tuh?" Goda seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan Fitri.

Alfij tersenyum menyapa, "Kenalin ini Afifah calon istri Alfin."

"Cantik sekali calon istri kamu." Puji Wanita paruh baya itu, membuat Afifah tersenyum malu-malu.

"Makasih Tante, Tante juga cantik banget."

Mona tersenyum, "Ahh, kamu bisa aja! ayo masuk." Dia kemudian menuntun Afifah masuk kedalam.

"Ini semua gaun yang sudah Bunda kamu pilihkan untuk Afifah." Mona menunjukkan beberapa gaun kepada Alfin dan Afifah.

"Afifah langsung coba aja yah Tan." Ucap Afifah semangat, membuat Mona dan Alfin terkekeh gemas.

Setelah cukup lama mencoba gaun-gaun itu, !akhirnya Afifah memilih dua Gaun yang menurutnya dan Alfin cocok.

Selesai Fitting baju, Alfin dan Afifah langsung keluar dari butik. Alfin menggenggam mungil Afifah, membuat mereka tampak begitu serasi.

"Afifah, Pak Alfin?" Panggil seseorang membuat Alfin dan Afifah menghentikan langkahnya.

"Kalian?"

"Kalian kenapa bisa barengan?" Tanya Nanda.

"Kita--"

"Kalian apa?" Tanya Rasya.

"Saya dan Afifah sebentar lagi akan menikah." Ucap Alfin.

"Hah?" Beo Nanda dan Rasya berbarengan, sedangkan Afifah dia menggigit bibirnya gugup.

"Serius lo, Fah?" Nanda menatap Afifah meminta penjelasan.

"Iyah,"

"Ko kamu gak cerita sama kita sih, Fah?"

"Lo tega banget sama kita, gimana ceritanya coba? ko ngedadak sih?" Tanya Nanda bertubi-tubi.

"Nanti Fifah ceritain, tapi sekarang Fifah masih belum siap."

"Belum siap apa? jadi bener kecurigaan kita selama ini lo nyembunyiin sesuatu dari kita?" Tanya Nanda dengan sorot mata kecewa.

Rasya mengusap bahu Nanda, "Kita dengerin dulu penjelasan Afifah, yah?"

"Affah hamil." Cicit Afifah pelan.

"Apa??"

"Sebaiknya kalian bicara bertiga terlebih dahulu. Tapi ingat, jangan memaksa Afifah untuk menceritakan semuanya." Ucap Alfin memperingati.

Setelah mengantar Afifah, Nanda dan Rasya ke sebuah Cafe. Alfin memilih meninggalkan mereka bertiga, membiarkan mereka mengintrogasi Afifah. Dengan Syarat, tidak memaksa Afifah untuk mnceritakan semuanya.

Cafe

Afifah menceritakan semuanya kepada kedua sahabatnya itu. Dari kejadian malam itu, dimana mahkotanya direbut paksa oleh Davi, dan sampai dia tahu bahwa dia sedang mengandung anak Davi.

Tidak di duga, ternyata Afifah menceritakan semuanya kepada Nanda dan Rasya tanpa paksaan, dia begitu berani dan kuat.

Mendengar semuanya, air mata Nanda dan Rasya meluruh, rasanya mereka ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Afifah. Nanda dan Rasya langsung memeluk tubuh Afifah yang bergetar.

"Kenapa lo nggak cerita dari awal sih, Fah? " Tanya Nanda sesenggukan.

"Kamu pasti kesulitan waktu itu." Ucap Rasya melepaskan pelukannya dan menatap Afifah.

Afifah mengusap air matanya, "Waktu itu Fifah belum siap buat ngasih tau kalian, maafin Fifah, yah?" Ucap Afifah yang dibalas gelengan kepala dari kedua temannya.

"Lo sahabat kita yang paling kuat." Nanda tersenyum menatap Afifah.

"Kita bangga punya sahabat sekuat kamu."

Afifah ikut tersenyum, "Udah yah, jangan sedih-sedih lagi! Fifah gapapa ko." Afifah mengusap air mata Nanda dan Rasya.

"Bentar lagi gue bakalan jadi, Tante dong?" Nanda mengibaskan tangannya diwajahnya, ia sedang menahan air matanya yang akan kembali terjun.

"Tante Nanda!" Sahut Afifah yang langsung disambut Tawa oleh Nanda dan Rasya.

"Kita anterin bumil dulu pulang." Ucap Rasya mencubit gemas pipi gembul Afifah.

Afifah sudah pulang ke rumahnya. Setelah mengantar Afifah, Nanda dan Rasya langsung berpamitan untuk pulang kerumahnya masing-masing.

Kamar Afifah

Afifah langsung bergegas mandi, badannya terasa sangat lengket. Seharian melakukan aktivitas membuatnya sedikit lemas.

Drt Drt

Ceklek

Afifah baru keluar dari kamar mandi, dengan handuk di kepalanya. "Eh, ada yang telpon." Afifah langsung mengambil ponselnya yang terus berbunyi.

Pak Alfin calling

"Lama!"

"Assalamualaikum, Pak Alfin.."

"Waalaikum salam, kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?"

"Fifah baru beres mandi Pak,"

"Mandi malam-malam begini, kamu baru pulang?"

"Iyah Fifah baru pulang, tadi Fifah dianterin Nanda sama Rasya."

"Gimana, kamu sudah menceritakan semuanya?"

"Fifah udah ceritain semua ke Nanda

sama Rasya, lega banget rasanya."

"Kamu menceritakan semuanya?"

"Iyah, Fifah gak mau nyembunyiin sesuatu dari mereka lagi."

"Kamu wanita terhebat yang pernah saya temui, setelah Bunda."

Blush

Afifah memegang pipinya yang mendadak panas.

"Afifah, ko diam?"

"Nggak kok! kenapa Pak?"

"Melamun hm?"

"Nggak ko."

"Yasudah, kalo gitu kamu segera bersiap untuk tidur! jangan bergadang, itu tidak baik untuk ibu hamil."

"Fifah mau langsung tidur ko."

" Yasudah kalo gitu Good Night.

Assalamualaikum"

"Waalaikum salam,"

Tut

Afifah langsung melempar ponselnya ke kasur, bahagia sekali ketika seseorang memerhatikan kita. Alfin sangat berbeda dengan Davi, menanyakan Afifah sudah makan atau belum saja, Davi tidak pernah.

Bentuk perhatian Davi kepada Afifah hanya mengantar Afifah pulang, itu saja, padahal kalo kata Nanda Tukang ojek juga bisa.

Kadang Afifah berpikir, Davi ko nggak kayak cowok lain kalo lagi sama pacarnya yah? tapi emang dasarnya Afifah cewek polos dia gak pernah ambil pusing.

"Pak Alfin beda banget sama Davi" Gumam Afifah, "Davi jahat, banget."

Afifah merebahkan tubuhnya di kasur, ia segera memejamkan matanya. Afifah mendengarkan nasihat Alfin, bahwa bergadang tidak baik untuk ibu hamil.

Pukul 02:00 Malam

Afifah terbangun dari tidurnya, entahlah kenapa dia terlihat begitu gelisah malam Ini.

"Ish, Afifah kenapa bangun jam segini sih?"

Perutnya sedikit terasa aneh, "Afifah pengen mangga muda deh." Ucapnya bergegas pergi ke kamar Bima dan Mila.

Tok tok

"Papah, Mamah! " Teriak Afifah terus menggedor pintu kamar Bima dan Mila.

ceklek

"Kenapa sayang, kenapa?" Tanya Bima dan Mila kompak.

"Papah, Mamah apaan sih? Afifah gapapa ko."

"Loh, terus kenapa kamu gedor-gedor pintu kamar Papah sama Mamah?" Tanya Bima.

Afifah bergumam, "Fifah mau mangga muda Pah.. "

"Hah?"

"Mana ada yang jualan mangga muda jam segini."

Afifah menghentakan kakinya ke lantai, "Fifah gak mau tau, pokoknya Fifah mau mangga muda sekarang." Tekan Afifah.

Mila menggaruk tengkuknya, "Kamu ngidam yah sayang?" sedikit tidak menyangka.

"Kalo papah gak mau nurutin kemauan Fifah, biarin aja dede bayi ileran."

"Amit-amit Yaalloh jangan sampai Dede bayi ileran." Batinnya.

Cetak

Bima menyentil pelan jidat Afifah, "Ngomongnya yang baik, jangan ngomong yang tidak tidak." Tegur Bima, sedangkan Afifah tengah asyik mengusap jidatnya yang tadi kena sentil.

"Heheh, makannya ayo cepet."

"Mau nyari mangga muda dimana, nyolong dirumah pak RT hah?" Tanya Bima.

"Nah iya tuh, didepan rumah Pak RT kan ada pohon mangga." Ucap Mila.

"Yaudah Ayo." Afifah menarik tangan Bima yang hanya mengenakan sarung dan kaos berwarna putih.

Hanya melewati beberapa Rumah, untuk sampai ke rumah pak RT.

Ting nong Ting nong

Lama menunggu tapi pintu tak kunjung dibuka. "Pak RT nya pasti udah tidur, kasian kalo kita ganggu Fah, besok aja yah?" Ucap Bima.

"Ishh, Fifah mau sekarang ya sekarang!"

"Pak RT nggak lagi anu kan pah?" Bisik Mila kepada Bima.

Bima memutar bola matanya, "Diem Mah! biar papah manjat pohonnya aja dulu, nanti kita kasih tau Pak RT nya besok." Ucap Bima, ia berjalan ke arah pohon mangga milik pak RT itu.

Ceklek

"Bu Mila?"

"Eh, Pak RT.. " Sapa Mila cengengesan.

Pak Rt menatap mereka bergantian, "Ada apa yah?"

"Ini Pak, saya mau izin petik buah mangga."

"Bu Mila lagi ngidam yah?"

Deg

"Nggak lagi ngidam ko Pak, cuman pengen aja" Jawab Mila, "Maafin kami yah Pak, karna kami Telah mengganggu tidurnya Pak RT."

"Memang sangat menggangu.." Gumam Pak RT pelan, "Tidak ko! yasudah, silahkan ambil saja tidak usah sungkan."

"Makasih, Pak."

"Yasudah, kalo gitu saya tinggal tidur lagi yah." Pamit Pak RT masuk lagi kedalam rumahnya.

"Itu apa, yah?" Gumam Afifah ketika melihat sarung Pak RT menggembung dibagian bawahnya.

Kampus

Hari ini lagi-lagi Afifah terlambat datang ke kampus, ia berlarian menuju kelasnya. Dan sialnya, hari ini adalah kelasnya yang isi adalah Alfin.

Bruk

Afifah tidak sengaja menabrak seseorang.

"Yaampun maaf, Fifah nggak sengaj-" Ucapan Afifah terhenti ketika melihat siapa orang yang tadi ia tabrak.

Afifah sudah mengambil ancang ancang untuk pergi dari situ, tetapi niatnya harus urungkan ketika tangannya dicekal oleh orang itu.

"Buru-buru amat."

"Lepasin!"

"Mentang-mentang sekarang udah ada yang mau tanggung jawab, jadi songong ya lo." Davi terkekeh sinis, ia menatap Afifah dengan tatapan tidak suka. "Kemarin aja lo mohon-mohon sama gue, jalang."

Afifah menatap tajam Davi, "Afifah udah nggak ganggu hidup Davi lagi, sekarang Davi udah bebas dari tanggung jawab. Jadi, Afifah mohon Davi jangan ganggu hidup Afifah lagi!" Ucap Afifah melenggang pergi.

Davi tersenyum remeh "Semakin lo larang,semakin buat gue tertantang, Fah.. " Ucap Davi menatap punggung Afifah yang perlahan menjauh.

Afifah berlarian masuk ke dalam kelas.

"Maaf, Saya telat lagi Pak."

"Jangan berlari Afifah." Ucap Alfin menatap Afifah khawatir, perlakuan Alfin membuat seluruh atensi orang yang ada didalam kelas menatap heran keduanya.

Pak Alfin kaya khawatir gitu ya

Ada hubungan apa mereka?

Gak usah kepo

"Diem." Teriak Nanda yang langsung ditatap tajam oleh Alfin, sedangkan Nanda hanya cengengesan.

"Silahkan duduk! setelah bel istirahat, saya akan memberikan hukuman kepada kamu." Ujar Alfin.

"Baik Pak."

Perpustakaan

Alfin memberikan hukuman ringan kepada Afifah, yaitu menyuruh Afifah membersikan buku-buku dan rak di Perpustakaan.

"Haciw.. Haciw!"

"ini Rak kotor banget, jarang dibersihin apa gimana."

"Berhenti mengomel!"

Afifah menatap arah suara itu, sekilas. "Ngapain Pak Alfin disini?" Tanya Afifah malas.

Alfin bersandar di rak dengan tangan yang dilipat di dada. "Saya mau liat calon istri saya yang nakal ini."

Afifah menatap sinis Alfin, "Nakal apa sih? Afifah cuman telat datang ke kampus beberapa menit aja masa di bilang nakal." Ucap Afifah kesal.

"Bukan karna kamu telat datang ke kampus,"

"Terus?"

"Ini hukuman karena kamu tadi berlarian, padahal, kamu tau didalam perut kamu itu ada anak saya." Jawab Alfin, membuat Afifah tertegun.

anak saya?

"Lain kali jangan seperti itu! kamu tidak boleh ceroboh, kamu bisa bayangkan? bagaimana anak saya terguncang guncang dis

dalam perut kamu ketika kamu berlarian tadi?" Ujar Alfin sukses membuat Afifah tertawa terbahak bahak.

"Mana ada?"

Alfin menjepit hidung mungil Afifah,

"Hukumannya sudah selesai, sekarang kamu pergi ke kantin gih! tadi Nanda dan Rasya menunggu kamu disana." Titah Alfin.

"Yaudah Afifah juga udah lapar huhu,"

"Tidak ada kelas lagi kan setelah ini?"

"Nggak ada, kok!"

"Yasudah, sana ke kantin! jangan makan makanan pedas." Alfin memperingati.

Afifah mengangkat tangannya di dahi, seperti gerakan sedang hormat. "Ayy ayy kapten, dadah Pak calon suami-ehh!"

"Pak apa hm?"

Afifah menggeleng, "Afifah kekantin dulu yah, dadah Pak Dosen." Ucap Afifah melenggang pergi.

Alfin terkekeh melihat tingkah Afifah, ia sampai menggigit bibir bawahnya. "Menggemaskan sekali."

Kantin

Afifah menghampiri meja Nanda dan Rasya. Dia langsung duduk ditengah tengah mereka.

"Muka kamu kenapa merah gitu?"

"Habis ngapain lo sama pak Alfin?" Nanda ikut bertanya.

"Gak ngapa-ngapain, kok! Afifah pengen makan, pesenin dong." Pinta Afifah mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Biar aku aja, kamu mau makan apa?" Tanya Rasa membuat Afifah memeluknya.

"Fifah mau makan mie ayam." Jawab Afifah, Rasya mengangguk kemudian pergi.

Bruk

"Anjing!" Ucap Nanda Refleks, karena seseorang telah mengebrak mejanya, "Lo apa apaan sih?" Tanya Nanda kesal.

"Gue gak ada urusan sama lo, minggir! gue mau ngomong sama Afifah."

"Urusan Afifah urusan gue juga."

"Iska ada urusan apa sama Fifah?"

Mahasiswi bernama Iska Daniar itu langsung menarik tangan Afifah. "Gak usah so polos anjing, gue udah benci sama lo dari waktu kita SMA. Jujur, lo ada hubungan apa sama Pak Alfin?" Tanya Iska menatap sinis Afifah.

"Urusannya sama lo apa?" Tanya Nanda, tidak terima Afifah ditarik paksa seperti itu.

"Jelas ada, Pak Alfin itu calon suami gue." Ucap Iska mengundang gelak tawa seisi kantin.

"HAHAHA"

"Mampus"

"Kalian nggak percaya sama gue? liat aja, gue bakalan buktiin sama kalian." Ucap Iska sebelum akhirnya pergi dari kantin.

"Dih, mana mau Pak Alfin sama ular keket kaya lo.. " Teriak Nanda, mengejek.

"Nanda, udah ih.. "

"Abisnya lucu tau!"

"Tadi ada apa?" Tanya Rasya baru datang denga semangkuk mie ayam pesanan Afifah.

"Masa tadi si Iska ngaku-ngaku kalo pak Alfin itu calon suaminya, mana dia bentak-bentak Afifah lagi. Ngeselin bangetkan?"

"Ko gitu sih?"

"Udahlah Nanda, kasian tau Iska. " Ucap Afifah mulai memakan mie ayamnya.

"Enak! makasih yah, Rasya."

Rasya mengangguk sembari tersenyum,  mereka memakan makanan mereka dengan khusyuk. "Kamu nikah kapan, Fah?"

Afifah tampak berpikir, "3 Hari lagi." Jawab Afifah dengan wajah santainya.

"Yaampun! kenapa gak bilang dari kemarin sih Fah?"

"Emang kenapa?"

"Kita kan belum nyiapin Hadiah buat lo."

"Afifah gak butuh hadiah, cukup kalian datang aja, Afifah udah seneng banget." Ujar Afifah dengan senyuman manisnya.

"Yakan tetep aja.."

"Yaa itu sih terserah kalian, tapi kalo boleh request, Fifah mau albumnya seventeen dari kalian."

~♡~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!