The Seven
Hari kedua di medan perang.
Aku sangat luar biasa bisa menahan pasukan kekaisaran seorang diri namun sangat disayangkan para ksatria lain tidak menikmati peperangan ini seperti ku. Mereka ketakutan karena kekaisaran Svennia mengerahkan kekuatan penuh untuk menghancurkan kerajaan Earhat.
Awal nya kami mampu menahan pasukan kekaisaran di daerah perbatasan namun kami kalah jumlah dan terpaksa mundur sampai ke ibu kota. Aku benar benar kesal karena hal itu namun kekesalan itu menghilang seketika saat aku berhasil menghabisi banyak ksatria kekaisaran.
Ibu kota sudah hancur separuh banyak warga yang mengungsi ke tempat yang lebih aman hal itu sangat disayangkan karena mereka tidak bisa menyaksikan ksatria terbaik di kerajaan Earhat menghabisi banyak musuh. Saat ini aku sedang berdiri di menara tertinggi kedua di ibu kota yaitu menara jam.
Aku menggunakan teropong sihir dan mengamati pasukan kekaisaran yang sedang beristirahat setelah mengalami pertempuran panjang. "Bisa-bisa nya mereka menghentikan peperangan hanya untuk beristirahat" gerutu ku. Kekaisaran benar-benar meremehkan kemampuan diri ku padahal aku sudah menghabisi banyak sekali ksatria mereka.
Tapi hari ini benar-benar tidak ada serangan besar seperti hari pertama, apa yang mereka tunggu?. Menunggu kami menyerang lebih dulu?. Jika benar begitu mereka benar-benar bodoh. Semua ksatria disini sudah kehilangan keberanian mereka saat melihat pasukan dalam jumlah besar mengarah kemari. Hanya beberapa orang yang masih mau melawan salah satu nya adalah aku.
Aku ingin melakukan perlawanan bukan karena mencintai tanah air atau pun mempunyai jiwa patriotisme yang tinggi. Hal ini murni ku lakukan karena ingin menjadi yang terbaik diantara yang terbaik. Ya aku melakukan semua ini untuk diri ku sendiri.
Bukan untuk rakyat apa lagi keluarga kerajaan.
Kenapa aku ingin menjadi yang terbaik diantara yang terbaik jawaban nya sangat sederhana karena keadaan. Keadaan membuat diri ku tidak pernah puas dan selalu iri dengan pencapaian orang lain. Lagi pula jika aku tidak berusaha maka aku akan dipandang remeh oleh semua orang dan aku sangat tidak menyukai hal itu.
Nasib sudah menentukan diri ku sebagai kalangan bawah tapi bukan berarti kemampuan selalu di bawah. Aku tidak suka melihat orang lain di atas ku. Tiba tiba pandangan ku menjadi gelap aku langsung menjauhkan teropong itu dari mata ku.
"Untuk sekelas pasukan kekaisaran mereka sangat lama menyadari ku"
Teropong ini bukan lah teropong sihir pada umum nya. Aku membuat teropong ini beberapa jam lalu dengan barang seadanya. Tanpa pikir panjang aku langsung membuang teropong ini kemudian melompat dari menara jam. Menara jam itu langsung hancur "akhirnya mereka melakukan penyerangan lagi" aku mendarat dengan selamat dan langsung bersembunyi di balik reruntuhan bangunan.
Aku merasakan sebuah objek berkecepatan tinggi mendekat ke arah ku. Tanpa pikir panjang aku melompat keluar dari reruntuhan dan berlari untuk menghindari serangan berikut nya. Setelah dirasa cukup aman aku langsung berbalik dan menyadari mereka menyerang ku menggunakan meriam.
Aku mengamati keadaan sekitar kemudian memandang sarung tangan hitam yang terpasang di tangan kanan ku. "Akhirnya mereka tau siapa yang terbaik" aku hendak melepas sarung tangan namun seseorang muncul di belakang ku nampak nya aku harus mengurungkan niat untuk melepas sarungan tangan itu.
"Diam dan angkat tangan mu bocah"
"Maaf tapi aku harus meluruskan kesalahpahaman ini, aku sudah berusia enam belas tahun jadi kau bisa menyebut remaja"
"Apa peduli ku? bagi ku___" pria yang berada di belakang ku terdiam dan tak melanjutkan perkataan nya.
"Maaf kenapa kau berhenti aku sedang mendengarkan diri mu"
Tiba tiba muncul diri ku yang lain di belakang pria itu sambil mengacungkan sebuah pistol revolver. "Bagaimana kau melakukan itu" tanya pria itu sedikit terkejut. "Apa kau paham bagaimana seorang sniper bekerja" tanya balik diri ku yang berada di depan pria itu.
Keheningan melanda mereka, bagi seorang sniper hanya ada satu kesempatan. Berhasil atau gagal hanya ada satu pilihan yang harus dipilih. Jika seorang sniper gagal sangat mudah untuk mengalahkan mereka karena itu lah sebuah jebakan diperlukan untuk menjadi kesempatan kedua bagi kemenangan mereka.
"Tapi sejak kapan?"
"Bagaimana ya ? sebenarnya aku tidak yakin jika kau akan mati jika setelah ku tembak sekarang tapi aku tidak tahan jika mengabaikan pertanyaan seseorang"
"Kau bocah yang menarik, aku jadi menyukai mu" .
"Terima kasih tapi aku masih normal".
"Bah kau tidak bisa diajak bercanda ya".
Aku yang berada di depan pria itu menghilang dan menciptakan gelombang angin yang lembut dan sejuk. Tanpa basa basi lagi aku langsung menembak pria itu namun diri ku tidak menduga kalau pria itu akan melompat ke arah ku. Pria itu membuat diri ku menghantam dinding.
Tiba tiba sebuah tombak menembus perut pemuda itu "Aaaargggh" raung ku. "Kau gila" aku itu langsung memeluk pria itu dengan erat. "Kau pikir ! diri mu saja yang bisa melakukan hal itu!!!" puluhan bola api muncul di langit dan terbang ke arah mereka.
Aku menahan pria itu dengan sekuat tenaga namun dia memukuli ku dengan siku nya meskipun aku tidak akan melepaskan nya begitu saja. Pria itu menciptakan sebuah pelindung yang melindungi kami dari hujan bola api ku "terima kasih sudah melindungi ku, sebagai balasan nya terima lah ini!!!" sebuah petir menyambar nya dan membuat dia berteriak keras.
Mendengar teriakan nya yang keras membuat ku puas dan langsung mendorong dia menjauh dari hadapan ku. Pria itu terkapar di tanah dan sekarang mempunyai aroma daging bakar dari tubuh nya. Aku langsung mencabut tombak ini dari perut ku dan membuang nya sejauh mungkin.
Saat nya mengakhiri pertarungan ini aku langsung melepaskan sarung tangan ku kemudian meningkatkan konsentrasi lalu memusatkan energi di telapak tangan kanan ku. Telapak tangan kanan ku mengeluarkan cahaya dan muncul sebuah senapan di tangan ku. Dengan penuh keyakinan aku berjalan mendekati nya .
Bagi seorang sniper menembak target yang berdaya seperti ini bukan lah yang sulit tapi karena ini perang. Kematian pria ini harus segera dipastikan dan juga dengan menghabisi pria ini aku semakin membuktikan bahwa diri ku lah yang terbaik diantara yang baik.
Namun tiba tiba kaki ku tidak bisa menopang tubuh ku sehingga aku terjatuh ke tanah. Apa yang terjadi?, semua anggota tubuh ku tiba tiba kaku dan pandangan ku semakin buram. Seperti nya aku terkena racun tapi kapan. Pandangan ku semakin berat.
Dan seketika semua nya menjadi gelap.
*****
Revisi selesai, nantikan revisi chapter berikut nya stay tune di cerita ini ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aksalanda
goblin slayer versi biru. 🔥
2023-02-04
0
Henry Hafidz
Terinspirasi dari game RPG apa?
2022-07-16
1
Starla
keren ceritanya
2021-03-18
2