Pagi ini semua orang sedang bersiap untuk mengantar Diana dan Prabu ke bandara. Akan tetapi Kenzo masih belum menampakkan batang hidungnya.
"Nu, Kenzo semalam tidak pulang? " tanya Diana yang terlihat begitu khawatir.
"Tidak Bu, mungkin banyak pekerjaan. " jawab Nuha.
"Ayah sudah menghubungi Aliana, tapi dia bilang Kenzo tidak ada di kantor. " kata Prabu.
"Mungkin Kakak sedang ada urusan Dad, kita berangkat saja. Nanti biar Damar yang coba menghubungi kakak, siapa tau dia bisa menyusul. " Ucap Dama menengahi.
Prabu dan Diana mengangguk, mereka akhirnya berangkat dengan satu mobil dengan Damar sebagai supir, Prabu duduk di kursi dekat kemudi dan para wanita si belakang.
Sepanjang perjalanan Nuha hanya diam, menatap keluar jendela seolah pemandangan jalan lebih menarik. Disa sesekali melirik kakak iparnya itu, sedikit merasa kasihan karena kakaknya Kenzo sama sekali tidak perduli. Sementara Diana mencoba menutup mata karena kepalanya sedikit berdenyut, ia berharap bisa sampai tujuan dengan nyaman dan selamat.
Mobil sampai di bandara pukul 09.40, artinya tidak ada banyak waktu untuk mereka. Sedangkan Kenzo masih belum datang juga. Pada akhirnya Diana pasrah, tidak melihat putra sulungnya untuk yang terakhir yang entah kapan bisa bertemu lagi.
**
Di Apartemen
Kenzo baru saja membuka mata, kepalanya terasa berat. Perlahan pria bertubuh atletis itu bangun dengan memegangi kepala.
"Akhh." Kenzo mengerang saat kepalanya berdenyut. Pandangan Kenzo menelusuri ruangan yang nampak asing.
"Astaga, dimana aku. " Kenzo bergumam pelan. Ia mencoba turun dari ranjang untuk memastikan dia ada di mana. Dengan susah payah Kenzo keluar dari kamar itu.
"Kau sudah bangun? " tanya Kevin.
Dahi Kenzo mengernyit, menatap sahabatnya yang duduk di sofa ruang tamu dengan kerutan di dahi. Matanya menyipit seolah orang yang ada di depannya terlihat tidak meyakinkan.
"Lo ada di apartemen gue. " kata Kevin seolah tahu isi kepala Kenzo. "Gue baru beli apartemen ini sekitar 2 bulan yang lalu. Lagian gue gak bisa bawa lo pulang dengan kondisi mabuk berat seperti itu, Bibi pasti khawatir kalau ngeliat kondisi lo kek gitu. "
Kenzo berjalan sempoyongan, pusingnya masih sangat terasa. Kenzo menghempas tubuhnya di sofa tepat di depan Kevin.
Kevin beranjak dari tempatnya, mengambil minuman untuk mengurangi pusing yang di rasakan Kenzo.
"Minum ini. " Kevin menyodorkan gelas berisi minuman itu pada Kenzo. lalu kembali
"Terimakasih." Kenzo menerima gelas itu lalu megaknya hingga tandas.
beberapa saat kemudian Kenzo sudah merasa lebih baik. Kenzo baru ingat dengan ponselnya, ia berfikir pasti keluarganya saat ini khawatir karena ia tidak memberitahu siapapun saat pergi semalam.
"Dimana ponselku? " tanya Kenzo
"Ada di kamar, di nakas. Aku letakkan di sana. Tapi sepertinya ponselmu mati. " jawab Kevin. Kenzo bangkit dan setengah berlari mengambil ponselnya. Saat di periksa memang benar dalam keadaan mati, tapi Kenzo tidak mengingat jika ia mematikan ponselnya.
Kenzo menyalakan ponselnya, menunggu beberapa menit sampai ponselnya menyala sempurna. Sesaat kemudian Mata Kenzo membola sempurna melihat lebih dari sepuluh panggilan dari Damar dan Disa. Dan saat itu juga Ken menyadari jika hari ini adalah hari ibu dan ayahnya pergi ke Singapura.
"Ohh shit. " umpat Kenzo.
"Ada apa? ada masalah? " tanya Kevin saat mendengar Kenzo mengumpat dan wajahnya menegang.
"Gue pinjam mobil lo. " ucap Kenzo sambil mengenakan pakainya dengan buru-buru.
Sementara Kevin hanya bisa mengangguk meski bingung. Kevin menyerahkan kunci mobilnya pada Kenzo yang langsung berlalu keluar apartemen.
"Dasar bocah. " gumam Kevin sambil geleng-geleng kepala melihat kelakukan Kenzo yang menurutnya tidak pernah berubah.
*
Kenzo sampai di kediaman Wijaya pas jam makan siang. Saya Kenzo masuk ke rumah terlihat dua adiknya dan Nuha sedang berada di meja makan. Melihat kedatangan kakak mereka, Damar dan Disa hanya bisa menghela nafas panjang.
"Drama." kata Damar
"Dimulai." sambung Disa.
Nuha yang mendengar dua kata itu mengerutkan Dahi, berfikir apa yang akan terjadi sekarang.
"Dimana Ibu dan Ayah?! " tanya Kenzo dengan wajah tak ramah, menandakan jika ia sedang kesal.
"Sudah berangkat jam 10 pagi tadi kak. " jawab Damar dengan wajah datarnya.
"Kakak darimana saja sih, kenapa baru pulang. Ibu khawatir banget sama kakak, di telponin malah handphone nya gak aktif. " Disa mendumal. Jurus yang selalu ia lakukan sebelum kakaknya itu murka duluan.
Kenzo mendekati kedua adiknya tanpa perduli ada Nuha disana. Kenzo selalu menganggap Nuha sudah pergi dari dunia ini.
"Kakak minta maaf, nanti kakak akan menelpon Ibu. " kata Kenzo dengan suara melunak.
Disa Tersenyum senang, kali ini ia bisa menjinakkan kakaknya lagi. Sementara Damar hanya bisa melirik kakaknya itu dengan wajah aneh. ingin tertawa tapi Damar masih punya rasa takut.
"Lanjutkan makan kalian, kakak ke kamar dulu. "
Disa dan Damar mengangguk. Setelah Kenzo pergi, Disa saling pandang dengan Damar. Mereka berkomunikasi dengan telepati, membicarakan orang yang ada di depannya. Setelah telepati mereka usai Disa mulai bersuara.
"Kak Nuha baik? " tanya Disa ragu.
Yang di tanya merasa bingung, dengan tersenyum Nuha menjawab. "Ya, aku baik. "
"Emm, bukan itu maksud ku kak. Masalah Kak Ken, kakak tidak tersinggung? "
Nuha terkekeh pelan. "Meskipun aku tidak tahu dia kenapa, tapi aku tidak merasa tersinggung sama sekali. Kami bertemu setelah sekian lama, pernikahan kami juga sangat mendadak. Jadi wajar saja. " jawab Nuha.
"Aku sudah selesai. " Kata Nuha lalu bangkit dan pergi.
Damar dan Disa menghela nafas berat berbarengan. Mereka sangat tidak suka berada du situasi seperti ini. maksudnya, mereka sudah dewasa tidak mungkin tidak mengerti yang sedang terjadi. Anehnya kenapa Ibu dan ayah mereka sangat suka dengan Cinta yang rumit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments