Sejak bisnis tekstilnya berkembang pesat di luar ibu kota, ia nyaris tak punya waktu untuk memandangi taman bunga favoritnya, apalagi berbincang santai dengan Anna atau Edward. Gudang kapasnya telah berdiri di pinggiran kota, barik-bariknya beroperasi tanpa henti, dan namanya sebagai saudagar misterius mulai dikenal bahkan di luar wilayah Mercia. Tinggal di Kastil Elowen kini terasa seperti berjalan di atas es tipis.
Surat pesanan kain datang hampir setiap minggu, dan barik-barik tenunannya beroperasi siang dan malam. Setiap minggu, ia menerima laporan dari kepala barik, dan pesanan dari para saudagar mulai berdatangan.
Namun semua ini menimbulkan bahaya baru. Ia adalah bagian dari keluarga Eldoria, yang berarti setiap tindakannya masih bisa ditelusuri dan dikendalikan. Bukan karena ia takut mereka tahu, melainkan karena ia tahu betapa kejam dan manipulatif keluarga itu bisa menjadi. Marchioness Mariana, ibu tirinya, tidak akan membiarkannya memiliki sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Celesta, kakak tirinya, terkenal iri hati dan kejam secara pasif. Dan Jonathan, adik tiri seayahnya yang kini memegang gelar Marquess, terlalu lemah untuk menentang ibunya.
"Nona, kau terlihat gelisah," ucap Anna pelan. "Apakah laporan ini tak sesuai harapan?"
Eveline duduk di ruang kerja kecil di penginapan The Silver Hearth, menatap gulungan laporan keuangan. Anna duduk di seberangnya, menyeduh teh dengan tangan terampil.
Eveline menggeleng, suaranya pelan namun tegas, "Angka-angka ini luar biasa. Tapi justru itu masalahnya. Jika ibu tiri atau kakak tiriku tahu, mereka akan mulai bertanya dari mana semua ini berasal. Mereka akan mengira aku melakukan pencurian."
Sir Edward, yang bersandar di bingkai pintu dengan tangan menyilang, angkat bicara, "Kita bisa memindahkan pusat bisnismu lebih jauh dari kota. Atau... kau bisa mengambil langkah yang lebih berani."
Eveline memandangnya, alisnya terangkat, "Maksudmu...?"
"Keluar dari daftar keluarga Eldoria," jawab Edward tenang.
Anna terkejut, "Itu berbahaya, Nona. Kau akan kehilangan perlindungan nama keluarga bangsawan."
Eveline berfikir sejenak dan berkata, "Tapi aku akan bebas. Bebas membuat keputusan, bebas membangun jaringan bisnis tanpa bayang-bayang mereka."
Jika Eveline ingin melebarkan sayap lebih luas, ia harus lepas dari daftar keluarga Eldoria. Tapi tak mudah memutus hubungan darah dalam tatanan aristokrasi Kekaisaran Mercia. Jika ia menyampaikan keinginannya secara terang-terangan, maka kecurigaan akan membunuh bisnisnya sejak dini. Ia butuh alasan yang kuat, masuk akal, dan tidak mengundang syak.
Ia menoleh dan menatap Anna dan Edward secara bergantian. "Aku harus menyusun rencana."
"Rencana seperti apa yang nona fikirkan?".
"Kau bisa mengaku ingin menjalani hidup religius di biara barat kekaisaran. Itu bukan hal aneh bagi bangsawan perempuan yang merasa jenuh akan kehidupan istana. Bahkan kadang dianggap mulia", kata sir Edward dengan suara dalam namun tenang setelah mendengar perkataan Eveline dan Anna.
"Itu ide yang brilian Edward, bagaimana kau memikirkannya?"
"Saya sudah lama memikirkan hal tersebut nona, kastil Elowen tidak cocok untuk anda." Ia berkata dengan pandangan yang masih melihat keluar jendela.
Setelah berbincang dengan Edward dan Anna, Ia mulai menyusun surat permohonan resmi dan mengatur pertemuan dengan Jonathan di kediaman utama keluarga Eldoria. Hanya Perlu waktu dua hari menyusun surat permohonan resmi dan menetapkan pertemuan dengan Jonathan, Eveline menuju kediaman utama keluarga Eldoria.
“Kau ingin apa?!” Seruan Celesta menggema di dalam aula keluarga, memecah keheningan pagi.
Eveline berdiri di hadapan ketiga anggota keluarga Eldoria, matanya menatap tenang namun tegas.
“Aku ingin mengundurkan diri dari urutan pewarisan nama keluarga Eldoria,” ulang Eveline. “Secara hukum, aku ingin dihapuskan dari daftar keluarga.”
Jonathan mengernyit, duduk di kursinya dengan dahi berkerut. “Apa kau sadar apa yang kau minta? Itu bukan hal sepele, Eveline. Kau akan kehilangan semua hakmu. Gelar, warisan, perlindungan.”
“Dan nama baik keluarga kita,” tambah Mariana dengan senyum manis yang penuh racun. “Apa ini karena uang? Karena kau lebih menyukai dunia pasar daripada darah biru yang mengalir dalam nadimu?”
Eveline tak terpancing. “Aku tidak pernah meminta menjadi bagian dari permainan istana. Aku ingin hidup bebas, membangun jalanku sendiri.”
“Kau bicara seperti petani,” cibir Celesta. “Apa selanjutnya? Menikahi pedagang jalanan? Atau menjual nama keluarga kita demi pakaian murahan?”
“Cukup,” kata Jonathan, menepuk meja. “Aku tahu kau tak pernah cocok dengan dunia ini, Eveline. Tapi ini terlalu mendadak. Kita akan pikirkan.”
Baru saja Eveline hendak membuka mulut, pintu aula terbuka dengan cepat. Seorang pelayan masuk dengan wajah tegang, menggenggam gulungan surat bermeterai kekaisaran.
Jonathan membukanya dan membaca. Matanya melebar.
“Apa itu?” tanya Mariana.
Jonathan mendongak, menatap mereka. “Surat dari Istana. Kaisar memerintahkan setiap keluarga bangsawan khususnya semua anak perempuan dalam daftar keluarga, belum menikah dan cukup umur, diwajibkan menghadiri Pesta Kemenangan perang melawan Suku Barbarian.”
Suasana hening.
Celesta bangkit. “Jangan bilang kau ingin menghadirkan Eveline ke pesta itu.”
Jonathan menghela napas berat. “Kita tak punya pilihan. Ini perintah langsung dari Kaisar. Semua anak perempuan dalam daftar keluarga khususnya belum menikah dan sudah cukup umur, diwajibkan hadir. Kalau tidak, bisa dianggap pembangkangan.”
“Aku saja,” kata Celesta memekik. “Eveline tidak cocok. Dia bukan tipe wanita istana."
Mariana tertawa kecil. “Sayangnya, Eveline masih dalam daftar keluarga. Dan dia sudah cukup umur, itu sudah terdaftar dalam data bangsawan. Mau tak mau, Ia harus hadir.”
Eveline mengepalkan tangannya. Ia belum mengutarakan alasan yang ia buat. Ini bukan jalan keluar yang ia inginkan, tapi mungkin... justru ini bisa menjadi celah.
...
Beberapa hari kemudian, Eveline menuju ke kediaman utama keluarga untuk berangkat bersama rombongan menuju ibu kota, menghadiri Pesta Kemenangan di Istana Versailles.
Ratusan tamu berdatangan. Musik mengalun lembut dari pemain harpa, aroma anggur manis memenuhi ruangan. Eveline melangkah perlahan di tengah pesta megah yang tak pernah ia sukai. Ia mengenakan gaun biru gelap dengan renda tipis, rambut peraknya digelung dan sedikit hiasan sederhana. Istana dipenuhi perwira, bangsawan, dan para wanita berdandan glamor. Ia memilih berdiri di sudut ruangan, berharap tak menarik perhatian. Namun takdir rupanya punya rencana lain.
"Putri dari keluarga Eldoria?" suara berat dan dingin terdengar dari belakang.
Eveline berbalik, jantungnya nyaris berhenti. Di hadapannya berdiri Grand Duke Hogard Windsor. Tubuhnya menjulang dalam balutan seragam resmi kerajaan dengan detail perak, sorot matanya tajam bagai elang. Wajahnya tak menyisakan kelembutan, namun aura karismanya begitu kuat. Wanita-wanita di sekelilingnya tampak terpaku.
Eveline menunduk sedikit, menjaga etiket. “Saya putri dari keluarga Eldoria, Yang Mulia,” katanya pelan.
Suasana di sekeliling mereka seolah menghilang. Eveline merasa terjebak dalam pusaran tatapannya.
“Kita bertemu lagi,” ujarnya. "Tampaknya kau selalu muncul di tempat yang tak terduga. Dari pertemuan kita di jalan distrik tua. Di luar kantor Guild dan sekarang di Istana"
Eveline terkejut. "Anda mengenali saya, Yang Mulia?"
Ia menghiraukan pertanyaan Eveline dan berkata: "Tapi malam ini, kau tampak berbeda. Lebih... menyatu dengan kemewahan."
Eveline terdiam sejenak, "Yang Mulia terlalu baik. Saya hanya bagian dari kerumunan."
"Aku tidak pernah memperhatikan kerumunan. Tapi aku memperhatikanmu," balas Hogard.
Eveline terdiam, Ia merasa semua tatapan sekarang sedang tertuju padanya.
"Aku tak menyangka kau bagian dari keluarga Eldoria. Menarik." Ia mencondongkan tubuh, suara lebih pelan. "Dan aku tak suka hal yang membosankan."
Hogard menyeringai, lalu membalik dan berjalan pergi. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekali lagi. "Aku akan mengingatmu, Lady Eveline Eldoria."
Eveline terpaku disana, masih berusaha mencerna apa yang baru saja ia alami. Jantungnya berdegup kencang, itu pertemuan ketiga yang lebih menegangkan dari pertemuan sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments