Marry The Grand Duke Of The North

Marry The Grand Duke Of The North

BAB 1 Kastil Elowen yang Terlupakan

Hujan deras mengguyur landasan Heathrow pagi itu. Eveline, gadis berusia dua puluh dua tahun dengan rambut hitam legam yang dikuncir sederhana, menatap lekat ke luar jendela pesawat. Ia baru saja menyelesaikan sarjananya di Universitas Oxford dan berencana kembali ke rumah kakeknya di London. Hari itu seharusnya menjadi awal baru. Namun takdir berkata lain.

Sebuah kilatan cahaya menyambar pesawat. Penumpang berteriak. Turbulensi mengguncang kabin. Eveline menggenggam sabuk pengamannya erat-erat, menahan napas, dan dalam sekejap semua menjadi gelap.

Udara dingin menusuk tulang. Langit tampak kelabu. Hujan gerimis mengetuk lembut jendela kaca yang berembun. Di dalam sebuah kamar tua dan luas yang dindingnya dipenuhi lukisan usang serta tirai berat berwarna kelabu, seorang gadis muda perlahan membuka matanya.

Matanya terbuka lebar. Nafasnya tersengal. Ia terduduk dengan cepat, seolah baru saja terbangun dari mimpi buruk. Tapi apa yang ia lihat jauh dari dunia yang ia kenal. Langit-langit kamar yang tinggi dengan ukiran emas dan perak. Dinding batu yang dingin dan kokoh. Dan... bayangan dirinya di cermin antik di seberang tempat tidur.

Ia terdiam. Perlahan, dengan langkah gemetar, ia bangkit dari ranjang dan menghampiri cermin itu. Yang ia lihat bukanlah dirinya, setidaknya bukan dirinya yang biasa. Gadis di hadapannya memiliki rambut perak yang panjang terurai, mata biru seolah menyimpan lautan di dalamnya, dan kulit pucat tanpa cela. Wajah itu... cantik, namun asing.

"Apa ini...?" bisiknya, suara sendiri terdengar asing di telinganya.

Tiba-tiba kepalanya terasa berdenging, sekelebat ingatan muncul di kepalanya, ingatan itu jelas bukanlah ingatanya, ia mengerang kesakitan.

Di dunia yang ia kenal, ia ingat baru saja menyelesaikan gelar sarjana dari Universitas Oxford. Dalam perjalanan pulang ke rumah kakeknya di London seketika pesawat yang ia tumpangi mengalami turbulensi hebat. Ia ingat kepanikan di dalam kabin, teriakan, lampu-lampu yang padam, dan suara benturan yang menggema.

Setelah itu... gelap.

Dan kini ia terbangun di dunia yang tak ia kenal. "Tidak mungkin... ini tidak mungkin," gumamnya sambil menggeleng.

Ia mulai berjalan mengitari ruangan dengan langkah ragu. Setiap sudut kamar menguatkan kenyataan tak masuk akal ini. Taplak bordir tangan, lilin-lilin besar, lemari ukir kayu mahoni tua. Tak ada satu pun barang elektronik. Tak ada ponsel. Tak ada cahaya lampu. Hanya obor di dinding yang berkedip pelan.

Lalu pintu kamar diketuk.

"Nona Eveline, apakah Anda sudah bangun?" suara lembut terdengar dari balik pintu.

Eveline menoleh kaget. Nama itu... "Eveline." Nama tokoh dalam novel. Tokoh yang hanya muncul sekali, disebut sebagai wanita terbuang, hidup di kastil terpencil dan meninggal sebelum ceritanya benar-benar dimulai.

Pintu perlahan terbuka, dan seorang gadis muda dengan rambut cokelat yang dikepang rapi masuk membawa nampan berisi roti dan sup hangat. Wajahnya tampak cemas namun lembut. "Saya Anna, pelayan pribadi Anda. Maaf mengganggu istirahat Anda."

Eveline terpaku menatapnya. Anna. Dia ingat nama itu dari ingatan yang masuk tadi.

"Anda pucat sekali, Nona. Apakah Anda merasa tidak enak badan?"

Eveline hanya mengangguk pelan, masih berusaha mencerna kenyataan yang tak bisa dijelaskan.

Eveline Eldoria putri ke 2 dari Marquess Graham Eldoria. Ya itu adalah informasi yang dia dapatkan dari tubuh itu. Eveline Eldoria telah dibuang. Ditinggalkan. Tidak pernah dijenguk keluarganya. Tidak pernah disebut namanya dalam pertemuan bangsawan. Ia hanyalah bayangan yang terlupakan.

Setelah kematian ayahnya, semua kehidupanya berubah drastis. Itu adalah kenyataan yang menyakitkan, tidak ada yang merindukannya di dunia ini. Eveline dikirim jauh dari kediaman utama, diasingkan ke Kastil Elowen yang kelam dan dingin. Tidak ada pesta. Tidak ada pertemuan kerajaan. Tidak ada pelayan mewah. Hanya dirinya, Anna, dan seorang kesatria penjaga bernama Sir Edward.

Sir Edward, pria muda dengan rambut hitam dan mata tajam seperti elang, selalu menjaga jarak, meskipun ia bersikap sopan. Wajahnya serius dan tak banyak bicara. Ia adalah kesatria terakhir yang ditunjuk mendiang ayah Eveline untuk menjaga keselamatannya.

Eveline merasa hampa. Setiap pagi ia terbangun dengan harapan bahwa semua ini hanya mimpi. Bahwa ia akan terbangun di ranjang kecilnya di London, mendengar suara lonceng kota yang ramai. Namun setiap kali membuka mata, ia tetap berada di kamar batu itu, dengan langit-langit tinggi dan bayangan rambut peraknya di cermin.

Ia mencoba menulis. Mencoret-coret nama-nama yang ia kenal. Mencatat alur cerita dari novel yang ia hafal di luar kepala. Tapi tidak ada cara kembali. Tidak ada jalan pulang.

Cerita berpindahnya jiwa biasanya hanya ada didalam drama dan buku-buku novel yang ia lihat, sekarang ia berada diposisi berpindah jiwa. Sulit dipercaya, ia mengalaminya sendiri.

Hari dan hari terus berlalu. Eveline duduk di taman belakang kastil, di bangku batu yang tertutup lumut. Angin musim gugur meniup rambut peraknya. Daun-daun jatuh pelan, menciptakan irama sepi yang menyesakkan.

Anna duduk tak jauh darinya, menyulam dengan diam.

"Anna," suara Eveline nyaris tak terdengar.

"Ya, Nona?"

"Apakah... tidak ada yang mencari saya? Dari keluarga utama?"

Anna terhenti menyulam. Matanya menatap gadis itu dengan sedih. "Tidak ada surat yang datang, Nona. Sejak kematian tuan Marquess, mereka... tidak pernah mengirim kabar."

Hati Eveline mencelos. Ia tahu itu. Ia tahu dari novelnya. Tapi mendengar kenyataan itu dari suara hidup, dari seseorang yang mengalaminya... rasanya seperti ditampar kenyataan.

"Saya di sini untuk Anda, Nona," lanjut Anna lembut. "Saya tahu ini tidak mudah. Tapi Anda tidak sendiri."

"Aku akan tetap hidup anna, jangan khawatir". Eveline tersenyum kecil. Senyum getir.

Di dunia nyata, ia punya kakek yang menyayanginya. Teman yang menunggunya. Kini, ia berada di tempat di mana dirinya adalah anak buangan, bukan bagian dari cerita.

Dalam ingatan Eveline Eldoria, ia memiliki ibu tirinya yang takut dengan keberadaanya yang dapat menggeser kedudukan putrinya sehingga mengusirnya ke kastil Elowen setelah ayahnya meninggal, dia sering melakukan pekerjaan keras membantu anna mengurus kastil Elowen, adiknya Jonathan Eldoria anak yang lahir dari perut ibu tirinya, mewarisi kedudukan ayahnya sebagai marquess. Sedari kecil mereka sama sekali tidak akrab.

Namun ia tahu satu hal: jika hidupnya diambil darinya, ia akan menulis ulang ceritanya sendiri.

Malam itu, ia berdiri di balkon kamarnya, menatap bulan yang menggantung pucat di langit. Rok panjangnya berkibar tertiup angin. Ia menggenggam pagar batu erat-erat.

"Jika aku harus hidup di dunia ini, maka aku akan hidup sebagai Eveline Eldoria... bukan sebagai tokoh sampingan, tapi sebagai diriku sendiri."

Matanya menatap jauh ke hutan yang membentang. Di balik sana, kerajaan besar berdiri.

Dan begitulah, di tengah kastil yang sunyi dan dunia yang asing, Eveline memulai babak baru dalam hidup yang bukan lagi miliknya melainkan hidup sebagai Eveline Eldoria. Namun kini, akan ia jalani dengan sepenuh hati.

Terpopuler

Comments

Asmaul Husna

Asmaul Husna

episode 1 nya berubah ya min

2025-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!