meja makan.

"healing slime" lingkaran sihir muncul di tangannya lalu darinya keluar bola slime. Ia lalu menunjuk ke adah Alice. "sembuhkan pipinya"

Slime itu lompat ke wajah Alice menyebabkannya teriak kaget. "aaaah ! Apa ini"

Namun Gail meyakinkannya. "Alice tenanglah... Itu pernah menyembuhkanku sekali"

Alice pun membiarkan slime dingin itu menutupi pipinya yang merah. Rasa dingin dan mati rasa mulai ia rasakan. Namun dengan cepat ia menyadari rasa sakit membakar di pipinya menghilang dan slime itu telah kembali lompat ke tangan Sasha.

Alice meraba pipinya yang awalnya sakit sekarang telah menjadi normal. Ia melihat Sasha dengan bingung. "t-tapi kenapa ?"

Sasha menghela nafas. "yah... aku merasa tidak enak... sepertinya aku juga sudah berlebihan memberimu pelajaran jadi... yah.. maaf"

Alice juga mengangguk. "aku juga minta maaf"

Gail tersenyum. "syukurlah kalian bisa baikan... Jadi nanti tidak canggung canggung amat di meja makan, Alice kamu mau kan makan bersama kami"

mata Alice bergemilang mendengar itu wajahnya terlihat bahagia. "sungguh ?! Tentu-tentu !"

Di sisi lain Sasha menggelengkan kepalanya. "aku tidak akan ikut... Aku cari bar saja di kota yah..." ia kemudian berjalan menuju jalan keluar.

Namun Oslar menahannya. "tunggu ! Sang raja mengundangmu makan bersama kami juga secara langsung"

Wajah Sasha langsung terkejut. Ia langsung melihat ke arah Gail dengan suram san alis yang mengerut. "bajingan... Kau berjanji untuk menjauhkanku dari keterlibatan ! Kenapa kau memperkenalkan aku ke raja ?!"

Gail dengan ketakutan. "b-bukan aku ! Itu Astra !"

Pandangan Sasha langsung teralih ke arah Astra dengan pandangan yang suram yang sama. Astra kemudian beralasan dengan gugup. "y-yah... K-kamu kan sumber informasi yang me..menyediakan hipotesis dan teori soal Bellum ! Tentu kami harus menyebutkan namamu, masa kami mengatakan kami mendapat itu semua itu dari buku yang kami tidak punya atau nyata dari awal"

(bajingan ini... Sekarang apa ? Kalau aku menolak aku takutnya di lihat sebagai bentuk penghinaan. Nanti aku jadi buronan dan usahaku ke sini semua sia sia !)

Sasha menghela nafas dengan lemas. "...baiklah... Aku juga tidak enak menolak undangan raja..."

Sasha menunjuk ke arah Astra dengan wajah suramnya. "awas saja yah nanti..."

"a-apa maksudnya itu ?"

"lihat saja nanti..."

"sejak kapan kamu jadi dendaman begini ?!"

Singkat cerita mereka semua sudah ada di meja makan yang panjang dan besar. Para pelayan membawa hidangan pembuka. Sang raja menatap Sasha dengan penuh rasa penasaran. Namun ia belum berbicara. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada Alice.

"Alice... apa kabar ayahmu ?"

Alice mengangguk. "dia baik dan sehat yang mulia. Walau begitu keadaan monster di tanah kami belum kunjung menemui jalan akhir..."

"begitu yah... Aku sudah dengar dari ayahmu langsung... Jumlah monster undead naik di sana. Aku dengar pihak kuil berusaha melakukan yang terbaik di sana..."

Si sisi lain di mana yang lain saling berbincang. Sasha makan secara canggung dan tegang. Ia tidak tahu harus bersikap apa atau bagaimana membuka pembicaraan.

Sang raja akhirnya berbicara kepada Sasha. "jadi... Namamu Sasha... Aku sudah dengar dari Astra tentangmu. Aku dengar kamu penyihir berbakat... Apa itu benar ?"

Sasha dengan canggung. "a-ah ! T-tidak kok... Aku hanya penyihir summoner biasa..."

Alice dengan terkejut. "huh ?! Kamu seorang summoner ?" ia kemudian berbisik dengan ketidak percayaan. "aku... Kalah oleh summoner... Dia bahkan bukan seorang penyihir tempur sepertiku..."

"ah ! Seorang summoner ! Sebuah cabang sihir yang jarang di tempuh. Jangan canggung begitu. Kami negeri Angran menerima semua orang dari semua negeri... Yah... Kecuali kriminal."

Sasha melihat ke arah Astra dengan tajam. Alasan ia ada di situasi ini adalah karenanya. Namun ia teringat sesuatu, ia kemudian tersenyum jahat ke arah Astra. Melihat ini Astra langsung berkeringat dingin dan bingung, kenapa ia tersenyum menyeramkan ke arahnya ? Apa yang akan dia lakukan ?

"yang mulia... Boleh saya bercerita

Sang raj mengangguk. "tentu ! Ceritalah ! Meja makan adalah tempat kami berbagi cerita"

Sasha mengangguk. Lalu ia memasang suara sedih. "dengan segala hormat... Putra anda Astra pernah menyerangku dengan sihirnya"

Mendengar itu Astra hampir tersedak sendok supnya. "ack ! Aku kira kamu telah melupakan itu ! Aku kira kita sudah baikan ?"

Sang raja dengan dingin ke arah putranya itu. "Astra diam, biarkan aku mendengar apa yang terjadi..." kemudian dengan ramah dan bersahabat ke arah Sasha. "ayo lanjutkan, jangan takut..."

Sasha melanjutkan aktingnya seakan ia adalah korban. "saat itu Oslar memperkenalkan aku kepada Astra dan Gail. Awalnya semuanya baik baik saja. Namun tiba tiba Astra menyerangku menggunakan peluru sihirnya... Itu menghantamku secara langsung... Untung ada Gail dan Oslar menghentikannya"

Astra mencoba membela diri. "t-tapi kamu tidak apa apakan ?! Kamu-"

"siapa yang mengizinkanmu bicara ! Diam sampai ceritanya selesai" tegur sang raja.

"s-sudah yang mulia itu saja..."

Sang raja melihat ke arah Gail. "gail apa itu benar Astra menyerang Sasha tanpa alasan ?"

Gail mengangguk. "kurang lebih begitu... Ayah..." Sang raja mengangguk dan memejamkan matanya, mulai berpikir mendengar itu.

Astra terdiam. Ia melihat ke arah Sasha. Dan Sasha menjulurkan lidahnya dengan senyuman jahat. "bleee..."

Astra mengeram dengan kesal lalu bergumam kecil. "dasar dendaman..."

Sang raja mengangkat kepalanya. "baiklah... Sasha aku sebagai ayah daei Astra meminta maaf atas prilakunya... sebagai gantinya bagaimana kalau kalian menikah ?"

Sasha tersedak mendengar itu. "dari mana asal tawaran itu ?!"

Sang raja menjelaskan. "itu penebusan yang aku lihat cocok... Dia menyerangmu kan ?. Debagai gantinya dia akan melindungi mu seumur hidupmu"

Semua orang di meja terdiam menunggu respon Sasha. Terutama Astra menatapnya dengan penuh harapan. Sasha langsung saja secara spontan. "tidak ! Tidak perlu... S-saya menceritakan ini karena saya rasa Astra kurang pendidikan tatakrama itu saja ! Saya tidak menuntut tanggung jawab apapun. Di sisi lain Saya tidak terluka"

Sang raja mendengarkan lalu terdiam sebentar. Sebelum mengangguk dan lanjut makannya. "baiklah... Astra... Mulai besok kamu belajar lagi tatakrama ! Aku akan menghubungi guru privat dulu mu..."

Astra mengangguk. "tentu ayah..." Astra menghela nafas wajahnya terlihat kecewa parah. Sementara itu Sasha bernafas lega.

Setelah makan siang itu. Sasha langsung saja di antar oleh Astra menuju perpustakaan istana. Di tengah jalan Astra terlihat kesal dengan apa yang terjadi di meja makan.

"aku tidak percaya kamu membawa masalah itu lagi... Di hadapan ayahku lagi !"

"hey... Memangnya tidak ada konsekuensi dari aksimu waktu itu ? Lagi pula aku hanya menceritakan apa adanya"

"apa adanya ?! Kau pura pura hampir menangis di meja makan ! Dasar !"

Mereka berdua terdiam sambil melanjutkan perjalanan mereka. "hey... Kenapa kamu menolak ide menikahiku ?" wajahnya sedikit memerah. Namun dengan spontan. "bukan aku menginginkan itu oke ! Hanya penasaran"

"heh... Siapa juga yang mau menikah dengan seseorang yang pikirannya pendek sepertimu"

"Cth... Itu kan sudah lewat... Aku sudah belajar dari kesalahanku oke... Di sisi lain aku ini pangeran loh..."

"terus kenapa kalau pangeran ? Otomatis jadi paling ganteng ? Otomatis menarik ? Otomatis jatuh cinta ? Maaf yah... Aku bukan wanita seperti itu. Di sisi lain aku tidak tertarik memiliki hubungan seperti itu..."

"tapi kenapa ? Wanita seumuranmu biasanya sudah cari jodoh"

"bagaimana denganmu sendiri ? Ada alasan kenapa ayahmu berusaha membuatmu menikah... Bukannya pria seumuranmu juga seharusnya mencari pasangan ? Tidak, kamu itu pangeran kamu seharusnya sudah bertunangan bukan ?"

Astra menghela nafasnya. "aku... Aku tidak begitu populer seperti kakakku... Di sisi lain aku tidak kenal banyak wanitadi kalangan bangsawan... Dan yang aku kenal malah tertarik kepada kakakku"

Sasha tertawa kecil. "lalu apa yang kamu lakukan selama ini ? Membaca buku sihir di kamar mu seharian"

Astra terdiam dan menatap Sasha. Tatapan itu mengatakan segalanya. 'iya itu yang dia lakukan'.

Sasha lalu menghela nafas. "yah itu salahmu sih... Makanya bergaul..."

"cih... Kamu sendiri jomblo... Tahu apa soal mendapatkan pasangan ?"

"hahaha ! Dengar yah... Aku jomblo karena pilihan, kamu jomblo karena tidak dapat. Kita berdua beda..."

Astra dia menghela kalah. Lalu berhenti di depan pintu. "kita sampai..."

Episodes
1 Dunia Baru
2 desa yang terbakar
3 tempat menetap sementara.
4 berita besar
5 para ksatria.
6 Zagf
7 penyihir agung
8 Monster
9 sang penyihir putih
10 Reed
11 pertarungan
12 karma
13 manifestasi perang
14 genjatan senjata
15 menuju kota
16 kota besar
17 meja makan.
18 perpustakaan istana.
19 sekolah sihir
20 duel
21 black serpent
22 teh dan anggur
23 mahkota raja
24 jalanan kota.
25 introgasi
26 utusan
27 penyihir putih
28 pemburuan
29 pembantaian
30 investigasi
31 menuju Sancthum
32 meja besar.
33 kerajaan suci
34 istana putih
35 penyihir putih muda
36 percaya
37 menuju pesta
38 malam pesta
39 tenang sebelum badai.
40 bulan merah: kekacauan
41 bulan merah: pertempuran di kota suci.
42 bulan merah: saudara seperjuangan
43 Bulan merah: High lord of babel
44 bulan merah: singularitas.
45 bulan merah: cahaya suci
46 bulan merah: akhir untuk awal
47 Divine interference
48 pemulihan
49 kalung
50 teman lama
51 negeri beku solier
52 gloria
53 Silver claw
54 player
55 penyerangan pagi.
56 buku monster
57 rencana besar
58 kota liber
59 perpustakaan Liber
60 pengepungan besar
61 istirahat
62 tentara bayaran
63 pihak ke tiga.
64 battle master
65 Battle master 2
66 gas
67 pendobrakan.
68 kejatuhan Liber
69 jalan fodifikasi
70 pukulan summon
71 afiliasi gelap
72 alun-alun kota
73 pertarungan terakhir
74 Daemon
75 panggung drama
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Dunia Baru
2
desa yang terbakar
3
tempat menetap sementara.
4
berita besar
5
para ksatria.
6
Zagf
7
penyihir agung
8
Monster
9
sang penyihir putih
10
Reed
11
pertarungan
12
karma
13
manifestasi perang
14
genjatan senjata
15
menuju kota
16
kota besar
17
meja makan.
18
perpustakaan istana.
19
sekolah sihir
20
duel
21
black serpent
22
teh dan anggur
23
mahkota raja
24
jalanan kota.
25
introgasi
26
utusan
27
penyihir putih
28
pemburuan
29
pembantaian
30
investigasi
31
menuju Sancthum
32
meja besar.
33
kerajaan suci
34
istana putih
35
penyihir putih muda
36
percaya
37
menuju pesta
38
malam pesta
39
tenang sebelum badai.
40
bulan merah: kekacauan
41
bulan merah: pertempuran di kota suci.
42
bulan merah: saudara seperjuangan
43
Bulan merah: High lord of babel
44
bulan merah: singularitas.
45
bulan merah: cahaya suci
46
bulan merah: akhir untuk awal
47
Divine interference
48
pemulihan
49
kalung
50
teman lama
51
negeri beku solier
52
gloria
53
Silver claw
54
player
55
penyerangan pagi.
56
buku monster
57
rencana besar
58
kota liber
59
perpustakaan Liber
60
pengepungan besar
61
istirahat
62
tentara bayaran
63
pihak ke tiga.
64
battle master
65
Battle master 2
66
gas
67
pendobrakan.
68
kejatuhan Liber
69
jalan fodifikasi
70
pukulan summon
71
afiliasi gelap
72
alun-alun kota
73
pertarungan terakhir
74
Daemon
75
panggung drama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!