kota besar

pagi hari menuju siang, Sasha, Gail, Astra dan Oslar melanjutkan perjalanan mereka. Sasha menguap mereka langsung lanjut jalan setelah terbangun tanpa sarapan. Dengab alasan tujuan mereka sudah dekat. Sasha mengeluarkan sesuatu dari pocket dimensionnya. Itu adalah sebuah peta di atas kertas tua abu abu.

(ini peta game Overworld... Kalau di lihat lihat benar benar berbeda dengan peta dunia ini... Dari bentuk, benua, medan dan iklim... Aahhh... Aku rindu tempat ini... Rasanya aman di sana wakau banyak bajingan preman PVP tidak jelas...)

Gail melihat Sasha memegang peta asing. Pada akhirnya rasa penasarannya menang. "Sasha peta apa itu ?"

"hm ? Ini peta tempat asalku..." sambil mengulurkannya ke arah Gail.

Ia menerimanya. "ooh... Hm ? Di apa ini satu negeri ? Di mana garis perbatasan negerinya ?"

"memang tidak ada..."

Gail baru menyadari skala peta tersebut san terkejut dengan ukurannya. "negeri macam apa yang dapat mengelola teritori sebesar ini ! Astra lihatlah..."

Astra mendekat dengan kudanya dan mengambil peta itu. "yang benar saja... Sebesar ini ? Pasti semacam kekaisaran... Benarkan Sasha ?"

"aku tidak komentar"

Astra pun mengembalikan peta itu kepada Sasha. Kemudian Sasha melihat ke arah Oslar. Dia tertidur di atas kudanya. Namun tangannya masih erat mengenggam tali kudanya. Namun kepala dan tubuhnya tertidur ia bahkan mendengkur.

Astra juga melihatnya dengan wajah aneh. "bukanya dia bawa kereta kudanya sendiri yah ?"

Gail mengangguk. "tapi dia bersikeras naik kuda bareng... Tuh ! Kereta kudanya ada di baris paling belakang pasukan... Lagi pula, bagaimana dia bisa tidur seperti itu, apa ada mantra yang membuatnya begitu ?"

Astra mengelengkan kepalanya. "tidak... Aku rasa itu hanya bakat lain yang ia miliki selain menjadi seorang penyihir, oh itu dia ibu kota... Aaahh... Akhirnya sampai"

Sasha lalu melihat sebuah kota dengan benteng tebal dan tinggi berwarna putih dari kejauhan. Terlihat seperti kota yang makmur, tapi tentu saja namanya juga ibu kota.

Gail langsung memperingatkan saudaranya. "ingat kita langsung menghadap ayah setelah sampai dan melapor apa yang terjadi. Agar Forlass dan Angran secara resmi gencatan senjata untuk melemahkan Bellum... Setidaknya itu teorinya kan ? Sasha ?"

Sasha mengangguk. "akan lebih baik jika kedua negeri benar benar berhenti berperang... Karena gencatan senjata hanya status perang lainnya..."

Gail mengangguk. "mari kita usahakan itu..."

"kita ?" Sasha dengan bingung. "aku tidak ingin terlibat dengan politik negeri ini. Kau janji !"

Gail terdiam sebentar. "kamu benar... Maaf"

Sasha langsung bernafas lega. Ia tahu Gail dapat memaksanya menjadi saksi atau pemberi informasi. Namun dia lega ia tidak harus melakukan itu semua.

Gail melanjutkan. "walau begitummm maukah kamu tinggal di kerajaan untuk sehari ? Atau dua ? Sembari mendiskusikan Bellum ?"

"maaf tapi itu saja informasi yang aku punya soal manifestasi perang itu... Aku punya tujuan lain yang harus aku capai"

Oslar setengah tertidur. "huh ? Hey... Jangan dulu dong... Menginaplah satu atau... Zzzzz...." dia kembali tertidur.

Astra terlihat kesal melihat gurunya. "woi ! Bangun udah siang begini... Haaah..." lalu ia melihat ke arah Sasha. "hey... Tinggalah sebentar. Kamu baru sampai di benua ini kan ? Memangnya apa tujuanmu berkelana antar benua ? Kalau untuk sihir kerajaan kami punya banyak buku catatan sihir dan sejarah. Mungkin kamu akan tertarik"

Sasha langsung berpikir. (buku ? Catatan ? Sihir ! Apakah mungkin ada mantra antar dimensi di sana ? Kalau ada mungkin aku bisa kembali pulang !)

Sasha mengangguk "baiklah... Aku terima tawaranmu"

Astra tersenyum kecil. "hah... Pada akhirnya tidak ada penyihir yang mampu menolak pesona buku"

Mereka pun sampai di kota dan langsung saja menuju istana kerajaan. Kota itu ramai dengan banyak. Orang oeang melambaikan tangan bahkan melempar bunga ke arah kerumunan ksatria.

Sampai mereka memasuki area istana. istana itu besar dan terlihat mewah. Mereka masuk dan para ksatria di alihkan ke barak mereka untuk istirahat. Sementara itu Sasha, Oslar, Gail dan Astra menuju ruang tahta.

Namun Sasha berhenti di koridor sebelum ruang tahta. Gail melihat ke arahnya. "oh... Iya kamu tidak mau bersaksi atau terlibat lebib jauh... Tidak apa, tunggu lah di situ, kami tidak akan lama"

Sasha mengangguk sementara yang lainnya menghadap raja. Ketika mereka semua masuk dan pintu di tutup Sasha berusaha menguping namun ruangan tahta kedap suara. Ia tidak dapat mendengar apapun di dalam sana.

Namun suara wanita dari sisi lain koridor terdengar. "heh... Siapa kau"

Sasha berpaling dan melihat wanita itu. Ia menggu akan pakaian penyihir klasik rok besar dan kembung, topi penyihir yang cukup lebar. Dan tongkat sihir yang terlihat mewah dengan pernak pernik.

"aku Sasha... Jangan khawatir aku ke sini dengan Gail dan ysng lainnya"

"hah... Tapi kamu di tinggalkan di koridor ini ? Tentu saja, jangan sok akrab dengan mereka" ucapnya dengan sombong.

(Hah? siapa sih bocah sok sokan ini ?) pikir Sasha dengan kesal.

"memangnya kau siapa ? Kau sendiri belum memperkenalkan durimu sendiri"

"ohoho... Tentu namaku Alice von Lux... Aku ini teman masa kecipnya Gail... Jadi jauh jauh dari dia yah..."

"kalian bertunangan ?"

"y-ya... Tidak, bukan ! Kami Belum... Kami hanya belum bertunangan itu saja"

"kalau begitu kenapa ngatur ? Lagian kalian belum bertunangan, belum pasti juga yah kan ?"

"kurang ajar ! Memangnya kau itu siapa ? Asal kau tahu yah aku dan Astra itu di latih LANGSUNG ! Oleh Oslar... Penyihir terbaik negeri ini... Huh ? Tunggu kalau kamu pergi ke sini bersama mereka... Apa artinya itu... Oooh ! Kanu murid barunya Oslar bukan ?"

"itu bukan urusanmu"

Tiba tiba saja tiga peluru sihir melesat dari arah Alice menuju Sasha dengan kecepatan tinggi dan menghantamnya. Meninggalkan ledakan dan asap yang menutupinya.

"di diemin makin kurang ajar, rasakan itu ! Kau seharusnya tahu tempatmu" ucap Alice sambil tersenyum puas.

Namun ketika asap itu bersih kedua mata Alice terbuka lebar. Sasha tidak tergores sedikit pun. Malahan ia membersihkan pakaiannya yang kotor karena serangannya.

"harusnya aku yang bilang begitu" Sasha dengan dingin dan menatap Alice dengan kesal.

"ooh... Boleh juga, sepertinya kita akan berduel di sini..." ia kemudian bersiap dengan tongkat sihirnya.

(memangnya level berapa sih nih bocah... Kalau dia di ajar oleh Oslar yang berlevel... Tujuh puluhan... Harusnya tidak lebih tinggi dari itu... Aduh semua mantraku akan membunuhnya sekali rampal...)

"Makan ini !" lima peluru sihir lainnya melaju ke arah Sasha. Namun ia menepisnya dengan tangan kosong.

Alice terkejut. "apa yang- sekeras apa tanganmu itu ! Kalau begini... Holy javelin" sebuah tombak emas dari cahaya tercipta di atas tongkat Alice. Ia pun mengayunkannya ke arah Sasha.

"cih... Murahan banget... Cancel !"

Sebelum Javelin itu mengenainya itu menghilang menjadi debu cahaya. Alice mundur melihat seranganya di atasi dengan satu mantra.

"b-bagaimana kau ! Itu holy Javelin ! Mantra yang dapat menembus mantra pelindung ! Ma...mantra aoa yang barusan kau gunakan !"

"banyak bacot ! Duel sini duel kita ! Gravity down !"

Lingkaran sihir secara instan muncul di bawah kaki Alice. Tiba tiba saja tubuhnya terhantam ke lantai ke arah depan ia terjebak dalam posisi tengkurap, bahkan tingkatnya terlepas dari tangannya. Ia mengeram.

"a...aku... Aku tidak bisa bergerak... Argh... Ma-mantra macam apa ini !"

Lantai yang ia injak layaknya magnet menariknya dengan kuat tidak mau melepasnya. Sekarang ia terjebak bahkan tidak bisa mengangkat jarinya.

Sasha yang melihat Alice yang sudah tidak berdaya tersenyum kejam. "hah... Ternyata besar mulut doang..." ia kemudian berjalan menghampirinya.

Alice yang melihat Sasha mendekat mulai ketakutan. "j-jangan mendekat ! H-hey ! Tetap di sana, aku akan berdiri sebentar lagi ! Pertarungan kita belum selesai !"

Sasha kemudian duduk di hadapan Alice. "hm ? Masih ngelawan ? Minta maaf gak ?"

"Dalam mimpimu- aduh !"

Sebelum Alice dapat mengeluarkan cemoohannya Sasha menampar pipinya. "masih mau lagi ? Minta maaf gak ?"

"lebih baik aku- aah !" Seperti sebelumnya Sasha menamparnya lagi. Di pipi kananya karena pipi kirinya masih menempel di lantai.

"lagi sok ! Ngomong !"

Mata Alice mulai berkaca kaca. "s-sial... Kapan mantranya akan habis ?"

Lima menit kemudian Sasha melakukan hal yang sama menyuruhnya minta maaf dan jika tidak ia menamparnya lagi dan lagi. Dan itu bukan tamparan ringan. Pipinya merah karena tamparan itu.

Pada akhirnya Alice menangis. "maaf ! Maafkan aku ! Aku salah... Hisk... Hiks... Lepaskan aku aku mohon aku kesulitan bernafas !"

Sasha tersenyum puas kelihatanya ia terlalu menikmati ini. "tahu salahmu di mana ?"

"t-tahu... Hisk..."

"apa itu ?!"

"a-aku sombong... Hiks.. D-dan... Menyerangmu tanpa peringatan... Hiks..."

"kau tahu betul jika aku tidak bersiaga aku bisa mati bukan ? Tolol ! Makannya itu otak pake !"

"maaf... Aku minta maaf... Tolong lepaskan aku huuuh..."

Pintu Tahta terbuka Oslar, Astra dan Gail keluar. Mereka meregangkan tubuh mereka. "ahh... Akhirnya selesai juga... Eh ? Ada apa ini ?" ucap Gail melihat Sasha dan Alice dalam situasi yang canggung.

Sasha berdiri dan melepas mantranya lalu berdiri. Alice bernafas lega perlahan berdiri namun kakinya masih lemas karena mencoba berontak sebelumnya, jadi ia duduk di lantai. Yang lainnya menghampiri mereka berdua.

Gail langsung saja bertanya apalagi ia melihat wanita yang ia kenal lama menangis dan pipinya merah. "apa yang terjadi ?"

"tuh... Aku tidak tahu siapa main serang serang tidak jelas... Aku hanya memberinya pelajaran" Ucap Sasha dengan dingin.

"apa itu benar Alice ?"

Alice dengan malu dan mengusap pipinya mengangguk perlahan. Ia bahkan tidak benari menatap matanya.

Gail menghela nafasnya. "Sasha... Tolong maafkan dia... Dia memang begitu, sebagai orang dekatnya aku minta maaf"

Mata Alice bergemilang melihat Gail meminta maaf untuknya. Dan bahkan melindunginya. Namun di situ juga ia menyadari Sasha bukan orang biasa melihat orang yang ia kagumi terlihat segan kepadanya.

"dia memang begitu yah ? Jadi dia asal menyerang orang yang dia tidak kenal begitu ?"

"t-tidak juga ! Dia..."

"ah ! Sudah sudah... Liat tuh pipinya, sudah aku beri pelajaran. Noh sampai nangis nangis..."

Oslar mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telinga Astra. " Untung waktu itu aku dan Gail mencegah kalian bertarung kalau tidak..."

Astra langsung merinding memikirkan itu.

Episodes
1 Dunia Baru
2 desa yang terbakar
3 tempat menetap sementara.
4 berita besar
5 para ksatria.
6 Zagf
7 penyihir agung
8 Monster
9 sang penyihir putih
10 Reed
11 pertarungan
12 karma
13 manifestasi perang
14 genjatan senjata
15 menuju kota
16 kota besar
17 meja makan.
18 perpustakaan istana.
19 sekolah sihir
20 duel
21 black serpent
22 teh dan anggur
23 mahkota raja
24 jalanan kota.
25 introgasi
26 utusan
27 penyihir putih
28 pemburuan
29 pembantaian
30 investigasi
31 menuju Sancthum
32 meja besar.
33 kerajaan suci
34 istana putih
35 penyihir putih muda
36 percaya
37 menuju pesta
38 malam pesta
39 tenang sebelum badai.
40 bulan merah: kekacauan
41 bulan merah: pertempuran di kota suci.
42 bulan merah: saudara seperjuangan
43 Bulan merah: High lord of babel
44 bulan merah: singularitas.
45 bulan merah: cahaya suci
46 bulan merah: akhir untuk awal
47 Divine interference
48 pemulihan
49 kalung
50 teman lama
51 negeri beku solier
52 gloria
53 Silver claw
54 player
55 penyerangan pagi.
56 buku monster
57 rencana besar
58 kota liber
59 perpustakaan Liber
60 pengepungan besar
61 istirahat
62 tentara bayaran
63 pihak ke tiga.
64 battle master
65 Battle master 2
66 gas
67 pendobrakan.
68 kejatuhan Liber
69 jalan fodifikasi
70 pukulan summon
71 afiliasi gelap
72 alun-alun kota
73 pertarungan terakhir
74 Daemon
75 panggung drama
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Dunia Baru
2
desa yang terbakar
3
tempat menetap sementara.
4
berita besar
5
para ksatria.
6
Zagf
7
penyihir agung
8
Monster
9
sang penyihir putih
10
Reed
11
pertarungan
12
karma
13
manifestasi perang
14
genjatan senjata
15
menuju kota
16
kota besar
17
meja makan.
18
perpustakaan istana.
19
sekolah sihir
20
duel
21
black serpent
22
teh dan anggur
23
mahkota raja
24
jalanan kota.
25
introgasi
26
utusan
27
penyihir putih
28
pemburuan
29
pembantaian
30
investigasi
31
menuju Sancthum
32
meja besar.
33
kerajaan suci
34
istana putih
35
penyihir putih muda
36
percaya
37
menuju pesta
38
malam pesta
39
tenang sebelum badai.
40
bulan merah: kekacauan
41
bulan merah: pertempuran di kota suci.
42
bulan merah: saudara seperjuangan
43
Bulan merah: High lord of babel
44
bulan merah: singularitas.
45
bulan merah: cahaya suci
46
bulan merah: akhir untuk awal
47
Divine interference
48
pemulihan
49
kalung
50
teman lama
51
negeri beku solier
52
gloria
53
Silver claw
54
player
55
penyerangan pagi.
56
buku monster
57
rencana besar
58
kota liber
59
perpustakaan Liber
60
pengepungan besar
61
istirahat
62
tentara bayaran
63
pihak ke tiga.
64
battle master
65
Battle master 2
66
gas
67
pendobrakan.
68
kejatuhan Liber
69
jalan fodifikasi
70
pukulan summon
71
afiliasi gelap
72
alun-alun kota
73
pertarungan terakhir
74
Daemon
75
panggung drama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!