02. Mulai Bekerja

Baru sampai di rumah mewah yang sudah jelas bukan miliknya, Ratih merasa kagum dengan interior yang ada di sana. Satu langkah masuk dari pintu utama sudah membuat mulutnya menganga lebar. Disana ia disambut oleh tangga besar yang naik entah menuju kemana. Ratih bertanya-tanya dalam hatinya, apakah pemilik rumah ini adalah seorang pangeran bangsawan, bagaimana bisa seseorang memiliki rumah bak istana seperti ini. Kalau di kampungnya, pasti si pemilik rumah sudah dipuja-puja oleh tetangganya.

"Dengan Ratih?"

Kepala Ratih langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seorang wanita muda yang mungkin usianya tidak jauh dengannya tengah berjalan ke arahnya sambil tersenyum. Kenapa Ratih bisa tahu kalau wanita itu adalah seorang pelayan, alasannya karena pakaian wanita itu. Wanita itu memakai pakaian pelayan hitam putih seperti di film-film dengan rambut yang tergelung. Sudah tidak heran sebenarnya, tidak mungkin kan rumah seperti istana ini memiliki pelayan yang pakaiannya biasa, pasti harus berseragam.

"Namamu Ratih?" Sekali lagi wanita itu membuyarkan batin Ratih yang sibuk bersuara.

"Iya nama saya Ratih, salam kenal," jawab Ratih sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya. Hari pertama bekerja harus ramah pikirnya.

Kening wanita itu nampak berkerut namun segera membalas uluran tangan Ratih, "Salam kenal."

"Mbaknya?" Ratih ragu-ragu untuk bertanya.

Kalau di kampung sudah biasa untuk menanyakan nama dari orang yang baru ditemui, bahkan lebih dari itu, kadang malah sampai bertanya tentang alamat, rumahnya dekat dengan rumah siapa, anak, cucu, pekerjaan, dan hal lain yang sampai bingung mau dijawab yang mana dulu.

Wanita itu nampak tersenyum, "Aku Sofia."

"Oh Princess Sofia?"

Sofia pun tidak bisa menyembunyikan gelak tawanya mendengar ucapan Ratih. Sedangkan Ratih otomatis bingung mau merespon seperti apa, yah walaupun ia kudet tentang berita-berita trending, namun soal kartun mana mungkin tidak ada yang mengenal putri Sofia, seorang putri kerajaan yang katanya cuma anak angkat.

"Maaf mbak tadi saya cuma bercanda," ucap Ratih tidak enak.

Sofia menggeleng, "Tidak apa-apa, ternyata kamu tipe orang yang humoris."

Ratih mengiyakan dalam hati. Ia memang perempuan yang humoris dan cenderung manja. Namun perlu digaris bawahi, itu hanya untuk orang yang membuatnya merasa nyaman. Kalau ia merasa tidak nyaman, pasti tidak akan sehumoris seperti yang ia tunjukkan kepada Sofia.

"Oh iya, panggil saja saya Sofia, supaya lebih akrab."

"Sofia ya? boleh juga." Ratih tersenyum.

"Baiklah, ayo aku tunjukkan kamar kamu." Sofia memimpin jalan dan Ratih mengikuti dari belakang.

Selama melangkahkan kakinya, kepala dan mata Ratih tidak berhenti berputar, ia melihat-lihat apa saja yang ada di sekelilingnya. Banyak lorong-lorong dan pintu-pintu yang tertutup di lantai satu rumah itu. Di sepanjang perjalanan ia bisa melihat beberapa pelayan sedang melakukan pekerjaannya. Saat melewati dapur, Ratih pikir kamarnya di samping dapur, namun ternyata salah, ia harus berjalan lagi kebelakang melewati lorong dengan kaca besar yang menunjukkan sebuah bangunan diantara luasnya taman dan pohon-pohon lebat.

Ratih mengikuti Sofia yang membuka pintu diujung lorong yang baru saja mereka lewati dan keluar dari bangunan utama rumah itu. Dan disinilah Ratih akan tinggal, di sebuah paviliun yang letaknya di samping barat rumah utama. Bukan hanya Ratih yang tinggal di paviliun itu, namun semua pelayan juga tinggal disana. Jadi, tentu saja paviliun itu ukurannya cukup besar.

Katanya memang itu adalah tempat tinggal pelayan, namun sudah jelas lebih bagus daripada rumahnya yang berada di kampung. Sofia membukakan pintu paviliun yang lagi-lagi membuat Ratih kagum. Ia pikir interiornya biasa saja, namun ternyata sama bagusnya dengan rumah utama. Baru masuk saja sudah disambut dengan ruang tamu bersofa mewah dan lampu gantung yang sudah jelas bisa membiayai hidupnya selama beberapa tahun.

"Awas nanti lalat masuk," ucap Sofia sambil terkekeh.

Ratih tersenyum malu-malu, "Ini benar rumah pelayan? Apa tidak terlalu bagus?"

"Yah kalau dibandingkan dengan istana utama tentu saja cuma puingnya saja."

"Istana?" Ratih bertanya dalam hati.

Sofia mengajak Ratih untuk mengelilingi isi paviliun tersebut, "Paviliun ini ada ruang tamu sama dapur yang bersebelahan," jelas Sofia sambil berjalan ke arah dapur.

"Jadi kita bebas disini?" Tanya Ratih.

Sofia mengangguk, "Ini tempat kita, jadi kita bebas menggunakannya, untuk makanan dan minuman semuanya gratis. Ayo aku tunjukkan bagian kamar."

Di seberang sana terdapat jejeran pintu-pintu yang tertutup yang Ratih tebak adalah kamar-kamar yang ditempati pembantu disini.

"Di paviliun ini ada lima kamar mandi, tiga disini dan dua lagi ada dibelakang paviliun, jadi kalau ramai biasanya mereka memakai kamar mandi yang letaknya di sebelah dapur istana timur, dan juga harus rajin bangun pagi supaya tidak terlalu lama antri," jelas Sofia.

"Nah ini kamar kita," ucap Sofia setelah membuka salah satu pintu kamar. Disana total ada empat pintu kamar.

Ratih bisa melihat bahwa disana ada empat ranjang tingkat dan kamarnya tidak terlalu luas namun juga tidak terlalu sempit, "Ada 8 orang disini?"

"Iya betul, sebenarnya sebelum kamu diterima bekerja disini, ada satu pelayan yang dipecat, jadinya sekarang kamu yang menempati kamar ini."

"Dipecat?"

"Nanti aku janji untuk cerita, kalau aku cerita sekarang takutnya malah membuat kamu pesimis, padahal kan ini hari pertama kamu bekerja."

Ratih mengangguk mengerti, "Ranjang aku yang mana?"

"Yang ini dibawah aku." Sofia menunjuk salah satu ranjang, "Oh iya itu ada pakaian pelayan yang sudah aku siapkan, nanti kamu pakai itu terus langsung ke istana utama untuk melakukan pekerjaan kamu."

Ratih meletakkan tas besarnya lalu mengambil lipatan pakaian di ranjang itu, "Terima kasih, Sof."

"Sama-sama."

"Tugas aku?"

"Aku lupa buat menjelaskan apa saja tugas dan peraturan yang ada di rumah ini. Total pelayan disini adalah 32 pelayan, kamu lihat kan tadi ada empat kamar, dimana setiap kamar diisi 8 orang, dan ada pembagian tugas tersendiri di setiap kamar. Khusus dua kamar di bagian kebersihan dan kebetulan kamar kita masuk bagian kebersihan. Kamar lainnya bertugas di bagian dapur dan semua persoalan mengenai barang yang masuk dan barang yang keluar di rumah ini. Lalu sisa satu kamar lagi yang bertugas di bagian taman."

"Bangunan di rumah ini pembagian yang berbeda. Yang kita tempati saat ini namanya adalah istana luar khusus pelayan. Ada istana timur yang terdiri dari dua lantai, tempat dapur yang kita lewati tadi yang biasanya digunakan para pelayan untuk beristirahat atau istilahnya sebagai basecamp kita. Di istana timur ada perbedaan tersendiri yaitu ada meja makan khusus Tuan dan khusus pelayan. Lalu tempat yang pertama kali kamu lihat waktu kamu datang tadi adalah istana utama yang terdiri dari tiga lantai. Istana utama biasanya untuk penyambutan tamu atau rekan bisnis Tuan, karena disana ada ruang tamu untuk para kolega Tuan. Intinya jantung utama rumah ini adalah di istana utama. Kamar Tuan juga berada di istana utama di bagian lantai teratas, kamu tenang saja karena disini ada lift. Dan yang terakhir ada istana barat yang terdiri dari dua lantai, sebenarnya ini termasuk tempat yang terlarang."

"Tempat terlarang?" Ratih penasaran.

Sofia menyuruh Ratih untuk mendekat, "Istana barat sama sekali tidak boleh dikunjungi oleh siapapun, bahkan para pelayan senior tidak tahu bagaimana bentuk dan isi di istana barat dan hampir semuanya penasaran sebenarnya rahasia apa yang Tuan sembunyikan sampai melarang orang lain untuk kesana."

"Apa ada orang yang pernah melanggar peraturan itu?"

"Sebenarnya aku tidak mau cerita soal pelayan yang dipecat tadi, tapi karena kamu bertanya, baiklah akan aku jelaskan apa yang terjadi di rumah ini beberapa minggu lalu."

"Jadi pelayan yang aku gantikan itu dipecat karena nekat ke istana barat?"

Sofia mengangguk, "Betul, waktu itu memang Tuan sedang perjalanan bisnis ke Jerman dan sebenarnya memang Tuan sering tidak berada di rumah, seperti saat ini."

"Lalu bagaimana bisa ketahuan?"

"Waktu itu kami yang berada di kamar ini begitu terkejut dengan kepulangan Tuan yang begitu tiba-tiba di tengah malam. Seisi kamar yang sedang tertidur pulas langsung terkejut mendengar tembakan dari rumah utama. Dan tambah terkejut lagi saat tidak melihat pelayan yang bekerja belum genap dua minggu itu tidak berada di kamar."

"Jadi tembakan tadi?" Tanya Ratih curiga.

"Betul, semua pelayan langsung berhamburan ke rumah utama, dan kami semua terkejut melihat pelayan tadi sudah tergeletak penuh darah di bawah tangga istana utama. Setelah itu Tuan langsung menunjuk kami semua dengan senjata yang Tuan bawa, sambil berteriak mengancam untuk tidak mendekati istana barat kalau tidak mau bernasib sama dengan pelayan itu. Sampai sekarang rasanya masih merinding kalau mengingat peristiwa itu. Semua pelayan tidak ada yang berani membahas ini dan ya bisa dikatakan hanya pelayan itu yang tahu apa rahasia yang ada di istana barat. Intinya jangan menceritakan hal ini kepada orang lain, atau tidak kamu akan celaka." Sofia memperingatkan Ratih.

Ratih langsung bergidik ngeri setelah mendengar apa yang diceritakan Sofia. Baru saja ingin menata hidupnya dan mencari pekerjaan yang dapat membantunya dan ibunya, ternyata ia malah masuk ke kandang harimau.

"Sepertinya aku salah bekerja di tempat seperti ini," ucap Ratih ngilu.

"Tidak salah kok, asalkan kita bekerja sesuai tugas kita dan aturan yang ada, pasti kita akan baik-baik saja, apalagi Tuan menggaji kita dengan jumlah yang lumayan besar, Tuan juga jarang di rumah dan jarang mengawasi pekerjaan kita, jadi sebenarnya asal sesuai aturan, kita sama sekali tidak terbebani dengan pekerjaan ini," ucap Sofia agar Ratih bisa sedikit tenang.

Ratih menghembuskan nafasnya kasar. Benar juga apa yang dikatakan Sofia, asalkan ia taat aturan pasti tidak akan terjadi apa-apa, "Disini majikannya cuma Tuan saja?"

"Betul, kita cuma punya satu majikan."

"Rumah sebesar ini dihuni satu orang saja?" Tanya Ratih tidak percaya.

Sofia menggeleng, "Bukannya kita juga tinggal di rumah ini, jadi jika dihitung bukan hanya Tuan yang tinggal disini."

"Maksud aku, apa Tuan sekaya itu?"

"Yah cukup kaya untuk tujuh turunan," jawab Sofia sambil terkekeh, "Sudah kamu ganti pakaian dulu, lalu susul aku di istana utama untuk bersih-bersih," ucap Sofia lalu berjalan menuju pintu kamar. Namun tidak lama ia berbalik lagi.

"Oh iya aku lupa ada aturan lain, batas kita untuk di rumah utama adalah jam sepuluh malam, baik ada Tuan maupun tidak, jam sepuluh malam kita sudah harus keluar dari istana utama lalu kembali lagi ke istana utama besoknya pukul 7 pagi," ucap Sofia lalu keluar dari kamar itu.

Selepas Sofia pergi, Ratih meluruhkan tubuhnya di lantai kamar itu. Baru pertama bekerja ternyata sudah membuatnya lemas hanya karena kisah tentang Tuan-nya yang Ratih dengar adalah seorang majikan yang kejam. Ratih yakin kalau ini novel pasti majikannya adalah tokoh antagonis yang dibenci semua orang.

Mengingat masa kontraknya saja sudah membuat Ratih pusing. Banyak hari yang perlu dilewati agar kontraknya berakhir. Ratih bersumpah tidak akan memperbaharui kontrak di tempat menyeramkan ini. Lagipula bekerja selama dua tahun disini sudah cukup untuk membayar hutang si juragan dan mengirim uang untuk ibunya. Sedangkan untuk kebutuhan mendatang akan ia pikirkan nanti. Berpikir tentang ibunya, Ratih pun teringat untuk mengabari ibunya.

Terpopuler

Comments

Getoutofmyway

Getoutofmyway

Duh, seru euy! 🥳

2024-09-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!