Hup!
Kedua pria perkasa itupun turun dari kuda mereka masing-masing.
Cameron lalu memberikan tali kekangnya pada Gyolete ketika prajurit terbaiknya itu mengulurkan tangan ke arahnya untuk meminta tali kekang kuda yang tadi dia tunggangi.
Sementara Gyolete mencari tempat yang pas untuk mengikat kuda, Cameron pun mulai memantik korek api dan menyulut rokok yang telah bertengger di bibirnya.
Asap putih yang cukup tebal pun membumbung tinggi ketika dia menghembuskan napas setelah menghisap rokok yang berhasil dia nyalakan itu.
"Fyuhh.."
Untuk sejenak Cameron terpaku menatap ke tulisan besar yang terpasang di depan bangunan yang berada di hadapannya sekarang.
"Violetta.." gumamnya lirih.
Dia lalu melihat sekeliling dimana ternyata malam ini banyak sekali orang yang datang berkunjung ke salah satu bar paling terkenal di Sigrid.
(Sepertinya orang-orang sedang mengalami hari yang buruk sehingga mereka berbondong-bondong datang ke tempat ini sekarang!)
"Apa benar dia akan datang?"
Cameron pun melirik ke arah dua orang pria yang sedang berbincang tak jauh darinya.
Dalam hening, Cameron lanjut menghisap rokok sambil mencuri dengar pembicaraan kedua pria itu yang mungkin akan memberikan sedikit petunjuk.
"Benar! Bukankah sekarang adalah akhir pekan?! Sudah semestinya dia datang hari ini!"
"Tapi minggu lalu dia tidak datang, bukan? Bagaimana kau bisa yakin bahwa kali ini dia akan datang lagi?"
"Haish.. Apa kau tidak mencium sesuatu yang familiar?!"
(Siapa yang mereka bicarakan? Mencium apa?)
Baru saja terbesit satu pertanyaan itu di kepala Cameron dan sedetik setelahnya, dia baru menyadari bahwa di sekitarnya kini tercium sesuatu yang sangat harum.
Saking harumnya, Cameron pun tanpa sadar melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Violetta dimana bau harum itu semakin menguat.
Sang kapten sempat tertegun sebentar ketika sudah berada di dalam Violetta dimana tempat itu terlihat penuh sesak dengan pengunjung yang didominasi oleh pria.
Namun anehnya, suasana di dalam Violetta justru cenderung lebih tenang untuk ukuran orang sebanyak itu yang semakin membuat Cameron penasaran akan situasi yang sedang dihadapinya saat ini.
🎶🎶
"Astaga, kapten.. Di sini kau rupanya! Mengapa tidak menungguku?!"
..
"Kapten?"
Karena tak kunjung mendapatkan respon dari sang kapten, Gyolete pun mengalihkan pandangannya ke arah yang sedang dilihat oleh Cameron.
Begitu tahu apa gerangan yang membuat sang kapten terpaku, Gyolete pun bereaksi serupa dimana dia juga terpaku menatap sosok yang muncul di atas panggung sambil memetik sebuah gitar dengan jemari lentiknya.
Wajah cantik yang berseri, senyum lembut dari bibirnya yang mungil, serta rambut hitamnya yang menari-nari ketika tertiup angin malam.
Namun dari sekian banyak keindahan visual sosok itu, hal yang paling menarik perhatian adalah mata berwarna biru laut yang mampu membuat siapapun betah untuk berlama-lama menatapnya.
"Siap untuk bersenang-senang malam ini, tuan-tuan?"
Pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan anggukan kepala dan senyum sumringah oleh para pengunjung yang langsung membuat gadis itu juga tersenyum lembut.
Dia kemudian mulai memetik gitar sembari menyanyikan sebuah lagu.
🎶🎶
Tap.. Tap..
Gadis itupun sedikit terkejut ketika Cameron mendekat sambil mengulurkan tangan ke arahnya dengan sopan ketika dia baru saja menyelesaikan lagunya.
"Aku Cameron. Tolong ijinkan pria sederhana ini untuk mengetahui juga siapa namamu, nona."
"Dyane."
Cup..
Cameron pun lantas mencium punggung tangan Dyane ketika gadis itu menyambut uluran tangannya.
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya di sini. Apakah kau seorang pendatang, nona?"
"Lebih tepatnya seorang pengembara."
"Pengembara? Artinya kau hanya singgah untuk beberapa waktu di sini sebelum melanjutkan perjalananmu kembali, begitu?"
"Benar, tuan." jawab Dyane sambil tersenyum.
"Begitu ya.."
Cameron pun berusaha untuk membalas senyum Dyane walaupun sebenarnya dia kecewa saat mengetahui bahwa gadis cantik itu akan segera pergi meninggalkan Sigrid.
(Tunggu! Apa ini? Mengapa aku sangat kecewa ketika mendengar bahwa dia akan pergi?)
"Hei! Kapten Cameron! Sampai kapan kau akan memegang tangan Dyane?! Cepat lepaskan tangannya supaya dia bisa melanjutkan kembali petikan gitarnya yang indah!"
Teguran dari salah satu pengunjung bar itupun serta merta membuat Cameron melepaskan tangan Dyane. Dia lalu tersenyum kikuk dan menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya tidak gatal.
Melihat sang kapten yang salah tingkah tersebut, Gyolete pun menjadi gemas dan membisikkan sesuatu pada Cameron.
"Kendalikan dirimu, kapten! Dia memang sangat cantik dan aku memahami betul gejolak apa yang ada di hati pria kesepian yang sampai saat ini belum memiliki pasangan. Tapi tolong ingat kembali tujuan awal kita hingga jauh-jauh datang ke tempat ini!"
"Kau benar, Gyolete. Tapi mengapa ucapanmu terdengar sangat menyebalkan di telingaku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments