Hari ini adalah hari pernikahan Isman dan Kharisma. Mereka akan melangsungkan acara pernikahannya di bogor, tanpa tamu undangan dan hanya keluarga mereka masing masing.
Bapak penghulu dan keluarga Kharisma pun sedang menunggu kedatangan calon penganting mempelai lelakinya.
Beberapa menit kemudian, Isman bersama keluarganya pun telah datang. Pak Ali dan 3 tetangganya termasuk Kharisma segera berdiri untuk menyambut kedatangan mereka. Dan Kharima pun ikut berdiri dengan rasa yang malu-malu membelakangi keluarga Isman.
"Eeh.. calon mempelai pria dan keluarganya sudah datang. Lebih baik kita langsungkan pernikahannya segera" ucap paman Kharisma dengan sangat senang.
Isman pun melangkahkan kakinya dan berdiri di samping Kharisma, tanpa melihat ke arah Kharisma. Keduanya tampak malu dan tegang.
"Ayo nak, silahkan duduk !" ucap bu Nindy dengan wajah yang senang.
Keduanya lalu mengangguk dan duduk bersamaan. Acara resepsi pernikahan pun di mulai. Semua yang ada disitu tampak terdiam, ketika pak penghulu mengucapkan ijab kabul.
"Saya terima nikahnya Kharisma binti Haris, dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai" ucap Isman dengan lantang, membuat keluarganya mengucapkan kata sah.
Mereka pun telah resmi menjadi pasangan suami istri.
"Sayang, sekarang kamu pasangin cincin ke jari manis istrimu, dan begitu pula sebaliknya"
Isman hanya mengangguk dan segera mengambil 1 cincin dari sepasang cincing di depannya, lalu menghadapkan wajahnys ke arah Kharisma. Ini adalah hari dimana ia akan melihat wajah istrinya, yang sama sekali tidak pernah di lihatnya, bahkan dikenalnya.
Dengan pelan, Kharisma menghadapkan wajahnya ke arah suaminya itu. Dan alangkah terkejutnya mereka berdua, ketika mereka saling berpandangan.
"Lu ?" ucap Isman menunjuk Kharisma.
"SEANDAINYA AKU TAHU DIA YANG AKAN MENJADI SUAMIKU, AKU PASTI AKAN MENOLAK PERJODOHAN INI" Kata Risma di dalam hatinya.
"YA.., TERNYATA DIA. CEWEK RESEK DAN NYEBELIN ITU YANG MENJADI ISTRIKU. MENGAPA DUNIA SEMPIT BANGET SIH ?"
"Isman.., kamu kenal dengan Kharisma ?"
"Oohh.., nggak mam ( ucapnya lalu melanjutkan bicaranya dengan mengecilkan suaranya ) Mana mungkin aku bisa kenal dengan cewek rese seperti dia"
"Apa kau bilang ? kau kira aku tidak mendengar apa, ucapanmu itu ?"
"Emangnya apa yang ku katakan ?"
Kharisma tampak menahan amarahnya mendengar ucapan Isman.
"Sudah-sudah. Nak Isman, ayo cepat pasangkan cincin di jarinya Kharisma !"
Isman pun segera melakukannya, dengan hati yang nggak ikhlas.
"MENGAPA SIH ? AKU HARUS MEMPUNYAI ISTRI SEPERTI DIA" ucap Isman di dalam hatinya.
"APA NGGAK ADA COWOK LAIN APA ? MENGAPA COBA, IA YANG HARUS MENJADI SUAMIKU. TAPI AKU NGGAK BOLEH MENGINGKARI TAKDIRKU. IA TELAH MENJADI SUAMIKU SEKARANG" ucap Kharisma ketika memasangkan cincin ke jari Isman.
Ketika mereka telah sah menjadi suami istri, 3 tetangga Kharisma pun mengucapkan selamat untuk mereka berdua. Setelah itu, mereka pun berpamitan untuk pulang.
"Selamat yah, untuk kalian berdua. Mudah mudahan, kalian langgeng di dunia maupun di akherat kelak" ucap pak Arnold senang.
"Aaminn. Makasih ya om, eeh.. maksud Risma papi" ucapnya sambil tersenyum ikhlas. Sementara Isman hanya memaksakan senyumannya.
"Selamat yah, atas pernikahan kk dan kk ipar. Semoga kalian Sakina Mawaddah dan Warohmah. Dan secepatnya punya momongan, agar Yuri punya dede keponakan baru"
"Eehh.., Yurii. Kalau ngomong di saring dulu kali"
"Ih.., aku kan cuma mendoakan kaka doang. Kok kaka jadi sewot begitu sih ? lihat kk ipar, dia itu nggak cerewet seperti kakak. Padahalkan dia perempuan"
Bu Nindy yang dari tadi memperhatikan percencokkan anak anaknya segera menghentikannya.
"Sudah-sudah, kalian itu sudah gede. Sudah dewasa. Nggak baik jika kalian slalu bertengkar"
"Kk tuh mam, Yuri kan cuma mendoakan kk saja. Eehh, malah nyolot gitu" ucap Yuri membela dirinya.
"Sudah. Acara pernikahan ini telah selesai. Lebih baik, kita bersiap siap untuk pulang. Sayang, ( ucap bu Nindy kepada Kharisma sambil memegang bahunya ) kamu sudah mempersiapkan pakaian dan barang barang mu kan ?"
"Iya mam, tapi Risma nggak tega ninggalin paman dengan keadaan yang seperti itu. Siapa yang akan mengurusnya jika aku tidak ada ? Sementara hanya dia satu satunya keluarga yang aku punya" ucap Risma sedih sambil menatap pamannya yang asyik mengobrol dengan pak Arnold
"Mami dan papi telah membicarakan hal itu. Dan kami sepakat untuk membawa pamanmu ke Jakarta agar kamu gampang menemuinya. Dan mami telah membelikan rumah untuknya disana. Dan untuk setiap harinya, kami akan menyediakan pelayan lelaki untuk mengurus pamanmu. Bagaimana menurutmu ?"
"Tapi itu sungguh berlebihan mam"
"Nggak apa apa kok sayang. Lebih baik kita temui pamanmu dulu"
"Baiklah"
Mereka pun kemudian berjalan menghampiri pak Arnold dan paman Ali, serta membicarakan persoalan itu.
"Bukannya itu sangat berlebihan pak ? pak Arnold dan bu Nindy nggak perlu melakukan itu.
"Oh nggak, itu tidak berlebihan kok. Pak Ali nggak perlu merasa merepotkan kami. Kami ikhlas kok. Lagian kan, kalau pak Ali disini bisa- bisa Kharisma jadi khawatir mikirin bapak. Lebih baik pak Ali ikut kami ke jakarta"
Sejenak paman Risma menatap keponakannya itu. Tampak di matanya, tatapan mata yang meminta dirinya untuk ikut ke jakarta.
"Baiklah. Saya akan ikut ke Jakarta. Tapi pak Arnold dan bu Nindy tidak perlu menyediakan pelayan untuk saya"
"Iya betul. Biar Risma yang mengurus paman. Karena kami merasa jika kami telah banyak merepotkan papi dan mami. Rumah yang telah papi dan mami beli, sudah lebih dari cukup"
"Baiklah kalau begitu. Mari kita bersiap siap untuk kembali ke Jakarta"
"Tapi mam, aku dan Kharisma tinggalnya di Apartemen saja" ucap Isman tiba tiba.
"IH APAANSIH" ucap Kharisma di dalam hatinya.
"Lah.., kenapa kak ? takut di julitin sama aku ?"
"Nggak. Aku cuma pengen tinggal berdua dengan istri tercintaku. Iyakan sayang ?" ucapnya sambil mendekap tubuh Kharisma dan mencubit lengannya. Membuat Kharisma ingin menjerit namun di tahannya.
"Oh iya jelas. Aku setuju kok dengan suami aku" ucapnya membalas balik Isman dengan menginjak kaki Isman menggunakan high heels miliknya. Untung saja Isman menggunakan sepatu, kalau nggak bisa bisa kakinya bisa lecek.
"Hei sakit tahu.." ucap Isman menjerit sambil berbisik.
"Sakit ? yang duluan siapa coba ?" balasnya berbisik
"Hei ! kalian kenapa ?"
"Oh nggak kok mam. Bolehkan, aku dan istriku tinggal di apertemen ?"
"Ya, boleh boleh saja sih. Bagaimana menurutmu pi ?" ucap bu Nindy bertanya kepada suaminya
"Terserah Isman sajalah. Yang penting jangan lupa berkunjung ke rumah"
"Makasih ya pi, mam" ucapnya senang.
"Lah mam, pi. Kok kk dan kk ipar di biarin sih, tinggal di Apartemen ?"
"Mengapa ? kalau kamu mau, ya buruan nikah. Jangan jadi jomblo senior mulu"
"Eh enak saja. Gini gini, banyak tahu cowok yang antri ingin dapatin aku. Tapi aku-nya saja yang nolak mereka"
"Sudah. Kalian berantem mulu kerjaannya. Lebih baik kita segera pulang. Bentar lagi mau hujan" ucap pak Arnold.
Mereka pun segera naik ke atas mobil, sambil menunggu Kharisma mengambil pakaian pamannya.
BERSAMBUNG..🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments