"Del udah dong jangan cemberut gitu. Nilai segini tuh udah lumayan banget ketimbang nilai lo yang sebelumnya."
Djiwa berusaha membujuk Adel yang murung setelah pembagian hasil ulangan sesudah jam istirahat tadi. Sampai jam pelajaran telah usai dan kini waktunya mereka pulang pun gadis itu tetap cemberut tak bersuara membuat Djiwa kebingungan menghadapi tingkah Adel yang sudah seperti ini. Djiwa harus membujuk dengan cara apalagi?
"Padahal gue udah belajar semalaman buat ulangan ini, Dji. Kenapa malah otak gue jadi bodoh begini pas ulangan?" keluh Adel menatap nanar kertas ulangan yang sedari tadi Adel pegang tak ingin ia lepaskan.
Djiwa menghela napas pelan. Adel memang selalu ingin hasil yang sempurna dalam bidang pelajaran yang ia gemari. "Lo itu gak bodoh, Del. Lo mungkin jawabnya kurang teliti aja jadi salah tiga."
"Gak bisa Djiwa, itu tuh pelajaran yang gue suka tapi kenapa dua kali ulangan belakangan ini gue selalu dapat nilai jelek."
"Mungkin lo butuh belajar lebih giat lagi. Atau lo mau belajar bareng gue?"
Adel menoleh, menatap wajah Djiwa semringah. "Serius Dji? Gue mau tapi belajarnya di rumah gue ya?"
"Oke, tapi gue balik dulu kerumah buat ganti baju dan sekalian minta izin sama Nena."
"Kalau gitu sekalian minta izin aja buat menginap di rumah gue. Mau kan Dji lo nginap di rumah gue?" tawar Adel penuh harap agar Djiwa mengiyakan.
Djiwa menggelengkan kepalanya, "Gue gak mau kalau harus menginap dirumah lo, Del. Kasihan Nena nanti kalau gue tinggalin Nena, dia jadi sendirian."
"Tapi..."
"Tapi apa? Kalau ada tapi gitu mah mending gue batalin aja buat belajar barengnya." sela Djiwa.
Adel mencubit pipi Djiwa dengan gemas "Djiwa please jangan di batalin. Oke deh, tapi gue kasih opsi lain gimana?"
"Opsi apa?"
"Opsinya lo harus pulang setelah makan malam di rumah gue dulu."
"Iya, oke."
"Deal ya?"
Djiwa mengangguk setuju. "Iya deal."
"Thank you, Djiwa." Adel memeluk erat Djiwa penuh sayang.
Dava mendengus, menghela napas panjang pada kedua gadis yang tengah berpelukan seperti teletubbies. "Dari tadi gue tungguin di parkiran ternyata malah pada pelukan di sini. Udah ayo pulang, udah mendung banget mau turun hujan."
"Dava lo mau balik bareng gue gak?" tawar Djiwa.
Dava merangkul kedua adik tingkatannya itu. "Gue balik bareng sama Renjana. Biasa gue mau nongkrong dulu sama anak-anak."
"Terus ngapain lo nungguin kita?"
"Abang tersayang lo itu nyuruh gue buat kasih tau lo kalau kedua orang tua lo hari ini terbang ke Filipin dan juga nyuruh gue buat pastiin lo langsung balik kerumah."
"Emang iya?"
"Makanya punya handphone mahal tuh di gunain bukan di anggurin. Di telepon dari tadi sama Gestara gak di angkat-angkat." omel Dava pada Adel.
Adel memutar bola matanya, "Sejak kapan Gestara perduli?"
"Sejak lo masih jadi benih pun Gestara perduli sama lo Del. Ya sudah gue cabut duluan, kalian berdua hati-hati di jalan."
"Iya, lo juga."
Sepeninggalan Dava yang sudah naik motor bersama Renjana dan keluar dari area parkiran melewati gerbang sekolah. Kedua gadis itu pun juga ikut menuju kendaraan mereka masing-masing untuk segera menyusul pulang.
****
Samar-samar gelak tawa para cowok-cowok yang terdengar bersahutan sampai ke telinga Adel dan Djiwa hingga tanpa sadar satu umpatan berhasil lolos begitu saja dari bibir ranum milik Djiwa.
"Sial," Djiwa menghela napasnya dalam. Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu besar rumah milik Adel yang kini terbuka lebar.
"Ternyata mereka nongkrong disini." batin Djiwa.
Djiwa berusaha mengontrol diri dan menghembuskan napasnya perlahan sebelum melangkah masuk. Fokus Djiwa tertuju pada empat anak laki-laki yang sedang duduk santai membelakangi dirinya.
Djiwa membuang napas lega saat dirinya tidak menemukan sosok laki-laki bermata elang di sana.
"Djiwa tumben banget lo ikut Adel kesini?" tanya Renjana
"Iya, mau belajar bareng."
"Udah izin sama Nena kalau mau kesini?"
"Udah lah, lo gak liat Djiwa udah gak pakai baju seragam." ketus Adel sambil menarik tangan Djiwa untuk lebih masuk kedalam rumah menuju kamarnya.
Adel memang terkadang sungguh sangat menyebalkan tapi Adel sungguh beruntung mempunyai Abang serta sahabat-sahabatnya yang sangat sayang dan perduli padanya.
"Katanya mau belajar bareng." protes Djiwa saat mereka sudah berada di kamar Adel.
Rasa lelah yang menyerang membuat Adel memilih membaringkan dirinya di atas kasur empuk sambil memejamkan mata.
"Istirahat sebentar, lo tau gak siang-siang begini di tambah gerimis enaknya tuh bobo." balas Adel.
"Gue kesini tuh bukan mau liat lo bobo siang, Del! Gue ada disini itu karena kita mau belajar bareng. Setelah belajar terserah deh lo mau ngapain aja yang penting kita belajar dulu." ujar Djiwa berdecak sebal melihat Adel mulai bertingkah. "Ayo Caldwell Leifara Respati!"
Akhirnya Adel menuruti permintaan Djiwa dan langsung bangun dengan malas-malasan. Kalau Djiwa sudah memanggil namanya dengan lengkap itu artinya Djiwa sudah sangat sebal.
Djiwa membuka bukunya terlebih dahulu dan di susul oleh Adel. Mereka mengerjakan beberapa materi yang benar-benar Adel belum kuasai.
Tak terasa satu jam pun berlalu, hingga waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Adel merentangkan kedua tangannya, merilekskan otot-otot yang terasa tegang karena terlalu lama menunduk. Setelah di rasa cukup membaik akhirnya Adel dan juga Djiwa langsung membereskan buku-buku yang berserakan kedalam tas mereka masing-masing.
"Jadi lo udah paham kan?" tanya Djiwa yang di angguki oleh Adel.
"Thank's banget ya Dji." Adel memeluk erat Djiwa "Ternyata gue salah jalan yang buat hasilnya berbeda tapi sekarang gue udah bener-bener paham berkat sahabat gue yang pinter ini."
"Gak usah lebay deh lo!" Djiwa menarik rambut panjang Adel yang tergerai dengan gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments