I STILL LOVING YOU

I STILL LOVING YOU

ISLY 1

_Menjalani sebuah kehidupan itu ada berbagai macam ujian yang mungkin kita lalui. Ada masa-masa kita merasa sudah putus asa dan ingin menyerah ketika di hadapkan pada sesuatu yang tidak pernah kita sangka sebelumnya. Kadang kita merasa sudah kehilangan harapan untuk hidup di saat orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita untuk selamanya_ Aycha Djiwa Sankara.

Matahari yang nampak terlihat cerah di langit perlahan berubah menjadi awan gelap yang menutupi langit kala siang itu. Seorang gadis berparas cantik yang tengah duduk disamping dua gundukan tanah di sebuah pemakaman umum masih saja menangis tersedu-sedu sambil memeluk papan nisan yang bertuliskan nama seorang perempuan dan laki-laki yang dirasa itu adalah sepasang suami istri.

Nampaknya gadis itu enggan meninggalkan pusara kedua orang tuanya yang sejak satu jam tadi telah di kebumikan. Bahkan, gadis itu juga mengabaikan sebuah rintikan hujan yang turun setetes demi setetes ke permukaan tanah yang semakin lama semakin deras.

Membiarkan tubuhnya di hantam dengan keras dan berharap rasa sedih serta lelahnya dapat ikut luruh bersamaan dengan air hujan yang jatuh.

Tiba-tiba saja tetesan air hujan yang menghantam tubuhnya seketika terhenti karena sebuah payung berwarna hitam terbentang di atas kepalanya.

"Lo gak boleh nyiksa diri lo sendiri buat terus bertahan di sini ketika hujan semakin lama semakin deras, yang ada habis ini lo jatuh sakit." kata anak laki-laki lebih tua satu tahun dari usianya itu sambil berjongkok dan tak di lihatnya. Ia kemudian meraih tangan kanan gadis itu untuk segera mengambil alih payung di tangannya dengan sedikit paksaan.

"Kehilangan boleh tapi jangan sampai membuat diri lo jadi gak ikhlas. Bukan hanya lo satu-satunya orang di dunia ini yang di tinggal pergi untuk selamanya. Tersenyum akan jauh lebih baik demi orang yang masih membutuhkan lo."

Suara teduh lelaki itu sayup-sayup masuk kedalam indra pendengaran gadis cantik yang masih menitikan air matanya. Suara serak nan lembut yang mampu membuat jantung berdebar seketika di tambah aroma kopi, vanilla bourbon dan jasmine yang bercampur jadi satu membuat indra penciuman gadis itu dapat selalu mengingat wangi khas yang menenangkan yang tercium dari tubuh laki-laki yang kini sudah berdiri memposisikan diri di belakangnya.

Rasa yang awalnya tak perduli dan tertarik untuk melihat siapa laki-laki itu berubah menjadi rasa penasaran untuk segera mendongkak melihat siapa laki-laki baik yang sudah berani mengusiknya. Aroma parfum itu mengingatkan ia pada aroma seseorang yang ia kenal yaitu cinta pertamanya sekaligus orang pertama yang menolaknya di waktu SMP dulu. Namun sayangnya ketika baru saja ia ingin melihat siapa laki-laki itu, laki-laki itu pun sudah keburu jauh pergi meninggalkannya.

Gadis itu hanya bisa mengamati punggung tegap laki-laki yang kini sudah berlari kecil menjauh, mengarah dan masuk ke dalam mobil tanpa sempat melihat wajahnya.

"Terimakasih laki-laki baik." gadis yang bernama lengkap Aycha Djiwa Sankara itu hanya dapat berterima kasih di dalam hati.

****

Bulan di atas sana tersenyum membentuk sabit yang memancarkan aura bahagia tanpa bergulung oleh rasa nestapa. Beruntung juga jalan di ibu kota malam minggu ini cukup lenggang meskipun banyak dari muda-mudi berlomba-lomba memamerkan kemesraan mereka di atas motornya.

"Tumben malam-malam gini lo boleh keluar?"

Djiwa tertawa kecil seraya menatap Caldwell Leifara Respati yang sedang mengemudikan mobil menuju sebuah Coffee shop. Gadis yang biasa Djiwa pangil dengan sebutan Adel adalah sahabat perempuan yang selalu ada untuknya.

"Gue ngendap-ngendap."

"Gila lo! Nanti kalau Nena lo kontrol bagaimana?"

Djiwa makin tertawa kencang melihat reaksi Adel. "Bercanda gue, gue sudah izin sama Nena kok."

"Beneran di bolehin?" Adel menoleh sebentar ke arah Djiwa kemudian kembali fokus menatap ke depan.

"Iya beneran, Nena bilang gue juga butuh hiburan dan sesekali malam minggu gue di isi di luar rumah biar gak ngebosenin dan kesepian lagi."

Adel menghela napas lega. "Syukurlah, padahal gue udah deg-degan banget denger omongan lo yang pertama tadi." ujar Adel menggenggam tangan Djiwa. "Lo gak boleh ngerasa kesepian lagi, Dji. Inget ada gue, bokap nyokap gue yang juga sayang sama lo, ada Nena, dan anak-anak lainnya yang selalu ada juga buat lo."

Djiwa memang hanya tinggal berdua saja dengan sang Nenek setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan dua minggu lalu.

Djiwa tersenyum tulus. "Terimakasih ya Del." Adel pun membalas senyuman Djiwa tak kalah tulus, "Jangan pernah bilang terimakasih sama gue, Dji! Karena gue bukan orang lain buat lo."

"Bay the way, kok tadi lo gak masuk sekolah sih, Del?"

Cengiran lebar itu tercetak jelas di wajah Adel bersamaan dengan gadis itu membelokan mobilnya memasuki kawasan Coffee shop yang cukup ramai bila di lihat dari kendaraan yang terpakir di sana.

"Gue bangunnya kesiangan." ujarnya cekikikan.

"Kebiasaan banget sih Del, dari zamannya Smp sampai sekarang masih aja setia dengan hal buruk satu itu." Djiwa menggelengkan kepala tak habis pikir dengan sahabatnya yang satu itu.

"Kuy turun." Adel dan Djiwa langsung turun setelah Adel berhasil memarkirkan mobilnya. Keduanya berjalan beriringan sambil sesekali tertawa membicarakan hal-hal yang random.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

adakah kelanjutannya, thor???


wkwkwk

2024-10-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!