ISLY 3

_Berkali-kali aku mencoba jalan yang berbeda dan berharap tidak kembali pada rumah yang sama. Semakin aku jauh melangkah, semakin aku tak punya tujuan untuk menetap. Pada akhirnya ke rumah itu lah aku kembali, rumah ternyaman yang tak kan pernah kudapati dari rumah lain_ Aycha Djiwa Sankara

Sekitar lebih dari sepuluh menit Dava mengirim chat kepada Renjana. Akhirnya Dava mendapatkan notifikasi pesan balik dari sahabatnya Renjana yang mengatakan dirinya kini sudah berada di depan gerbang Smansa dan akan menunggu di area parkir. Maka Dava langsung meraih ransel berwarna merah maroon miliknya dan bergegas turun untuk segera ke area parkiran.

***

Dava kakak tingkat Djiwa yang sekarang menjadi sahabat terbaiknya itu tengah menarik ujung rambut panjang Djiwa yang tergerai indah.

"Aduh!" ringis cewek berparas cantik itu dan langsung menolehkan kepala tapi justru ia tidak menemukan siapapun di belakangnya. Dan disaat ia kembali menoleh menghadap kedepan, kedua matanya tercengang. "DAVA!" pekik cewek itu terkejut mundur satu langkah memegang dadanya dan di detik kemudian ia reflek memukul lengan cowok didepannya yang terlihat tengah tertawa kecil.

"Balik?" tanya Dava selow.

"Kenapa? Pasti minta nebeng deh!" galak gadis yang berbadge Djiwa .

"Nanya doang gue." decaknya.

Djiwa mencimingkan mata, "Ekm, curiga nih gue." selanya menatap penuh curiga.

Dava mendengus lalu bergerak memiting leher Djiwa dan menggeret cewek itu menuju parkiran Smansa.

"Dava lepasin gue gak? Ish, ketek lo itu basah, tau!" Djiwa memukul-mukul lengan Dava yang terus memiting lehernya.

Meskipun ketiak Dava itu basah tapi tidak sedikit pun menguarkan aroma yang tidak sedap. Justru sebaliknya, aroma cowok itu sungguh tercium sangat wangi sekali.

Djiwa berhasil lepas dari apitan Dava. Ia merapikan sedikit rambutnya yang terlihat acak-acakan lalu kemudian ia menggandeng lengan Dava posesif sambil berjalan menuju ke arah parkiran sekolah dengan begitu santai tanpa memperdulikan beberapa tatapan fans garis keras Dava yang sudah seperti ingin menguliti.

"Dava!" seruan cowok manis berlesung pipit yang terdengar di telinga, memanggil saat Dava terlihat di depan lorong pintu keluar kearah parkiran.

Pemilik nama yang baru saja di sebutkan jadi menoleh dan mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil tersenyum tipis lalu berjalan sedikit mendahului Djiwa.

Djiwa mengekor di belakang Dava satu langkah mengikuti Dava untuk menghampiri motor dimana ada kakak tingkatnya sewaktu SMP yang tak lain adalah sahabat mereka yang kini berbeda sekolah.

Tiba-tiba saja dua wanita berbisik-bisik lalu kemudian ada yang memperhatikan sambil menutup mulut mereka seperti orang yang sedang menahan tawa mengejek saat Djiwa sudah sedikit melewati mereka.

"Kenapa sih lo pada?" tanyanya heran.

"Lo tembus." sahut salah satu cowok yang berdiri di belakang Djiwa.

"Apa sih, lo pikir gue dedemit bisa tembus!" omel gadis itu tanpa menoleh membuat si pemberitahu melotot geram.

"Guys, guys, coba sini lihat deh. Ada yang pamer lukisan abstrak selai strawberry, nih." ledek Janis yang sangat iri dengan kedekatan antara Djiwa dengan Madhava yang terkenal dengan cowok paling populer yang banyak meraih penghargaan dalam prestasi dan berteman baik bahkan bersahabat dengan tiga cowok ganteng yang takalah pintar dan popular di Gatra alias SMA Garuda Nusantara.

"Eh soul, lo gak bawa roti apa? Selai strawberry lo tuh tumpah-tumpahan!"

Suasana mendadak ramai hampir dari setengah yang berada di parkiran tertawa meremehkan.

"Cewek sinting berulah lagi." batin Djiwa menyambut.

"Lo lagi datang bulan?" bisik Dava.

Gadis itu langsung menoleh dan terbelalak mendengar ucapan pemuda yang sudah berada di belakangnya entah sejak kapan. Pasalnya memang ia sedang datang bulan sejak tiga hari yang lalu.

"Renja, emang gue tembus ya?" tanyanya masih belum yakin apakah ia benar-benar tembus.

Cowok yang sering ia panggil dengan nama itu pun lantas langsung turun dari motor kesayangannya kemudian memutar tubuh gadis itu untuk mengarah kepada dirinya dan melihat apakah benar ada bercak dar*h di rok sahabatnya itu. Di detik kemudian pun cowok yang sering Djiwa panggil Renja pun mengangguk. "Iya."

Rasanya Djiwa ingin menghilang detik itu juga, Djiwa hampir ingin menangis menahan malu di depan banyak orang.

"Va gimana nih? Gue malu anj*rr."

"Tunggu sebentar disini! Gue mau beliin lo roti khusus wanita dulu di mpok Janah sekalian nyari sesuatu yang bisa nutupin rok lo. Makanya besok-besok bawa jaket atau gak tuker tas lo pakai yang ransel." ujar Dava dan langsung berlari sedangkan Renjana dan Sembagi langsung sigap berdiri di belakang gadis itu sesuai intruksi Dava.

Sementara satu teman mereka yang kurang peka malah terlihat cuek dan hanya sibuk dengan siomay yang sejak tadi ia makan lewat plastik yang di buka ujungnya.

"Tapi, ... " ucapan Djiwa terjeda saat Dava sudah menghilang dari pandangannya.

Cowok yang mengenakan kemeja di keluarkan dari celana abu-abu dengan satu kancing teratas di biarkan terbuka serta dasi sedikit longgar yang melekat pada kerah di balut jaket hitam itu bangun berdiri dan menghampiri Djiwa karena kesal mendengar seruaan cewek-cewek yang berdiri dibelakangnya yang terus saja beceloteh meledek Djiwa.

Ia langsung membuka jaket yang ia kenakan serta melilitkannya di pinggang gadis itu guna menutupi rok yang sudah tembus karena sedang datang bulan lalu kemudian mengikat simpul kedepan dengan tenang.

Sungguh rasanya jantung Djiwa seperti mau copot di perlakuan seperti itu oleh cowok yang sebenarnya masih Djiwa kagumi sampai sekarang.

Hampir seluruh murid terutama murid cewek di Smansa yang berada di parkiran sudah nyaris ingin berteriak memprotes. Pasalnya mereka sangat iri atas perlakuan manis cowok berparas tampan yang terkesan sangat perhatian. Mereka sungguh ingin bertukar posisi dengan Djiwa sekarang.

Bayangkan saja, siapa yang tidak ingin di posisi gadis itu. Cowok yang bernama lengkap Gestara Pradeepa Respati adalah salah satu cowok yang langsung menjadi sangat populer dikalangan banyak sekolah terutama sekolah Gatra dan Smansa semenjak rumor beredar kalau ada murid baru berwajah tampan di Gatra. Banyak dari kaum hawa yang begitu terobsesi untuk mendapatkan perhatian seorang Gestara dari awal anak itu tergabung menjadi murid Gatra. Eh, dengan beruntungnya malah Djiwa bisa mendapatkan perhatian itu tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu.

***

"Maksudnya tuh mata elang apaan, sih? Kenapa coba pakai sok-sokan baik ngasih ini jaketnya ke gue! Udah gitu pakai acara di iket di pinggang gue segala, biar apa coba? Biar di bilang keren dan romantis?!" decak Djiwa sebal saat mengingat kembali momen di parkiran tadi.

Dava yang tengah fokus mengendarai motor matic milik Djiwa pun berusaha untuk sabar mendengarkan curhatan gadis comel yang ada di belakangnya.

"Mungkin aja dia gak mau lo jadi bulan-bulannan nya si Janis atau mungkin sebenernya dia ada hati sama lo, Dji!"

"Enggak, gak mungkin kalau dia ada hati sama gue, Va!" tekan Djiwa seraya menepuk punggung Dava keras. "Secara dia aja udah nolak gue berkali-kali."

"Kali aja waktu dia mendarat dari pesawat ke jedot terus geger otak ringan."

"Tau gitu kenapa gak sekalian aja lo pukul belakang kepalanya pakai tongkat kasti biar sekalian amnesia tuh cowok. Lo mau bantuin gue kan?"

"Bantuin apa?"

"Bantuin pukul dia buat amnesia." gelak tawa keduanya terdengar nyaring namun terhapus angin.

"Ada-ada aja lo, Dji."

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

aaaahhhh
Gestara ternyata...

2024-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!