ISLY 4

Sepasang netra yang selalu berputar di pikiran Djiwa adalah bukti nyata lahirnya kekosongan dalam imajinasi Djiwa pada coretan di sketchbook miliknya. Jemari lentik yang lihai terus saja mengikuti bayangan semu yang selalu berpusat pada otak kecilnya sehingga hanya gambar sepasang mata elang penuh intimidasi itulah yang bisa ia torehkan. Naasnya, entah mengapa ia sungguh sangat menggilai tatapan mematikan yang selalu di tujukan untuk dirinya.

Benar-benar mempunyai daya tarik tersendiri mata yang di miliki seorang Gestara sehingga mampu merenggut sepenuhnya imajinasi milik Djiwa dan mampu membangkitkan kilas balik pada momen menyakitkan itu.

RABU, 18 JUNI Di SMP BIU..

"Ka Star!"

Langkah kaki seorang Gestara mendadak berhenti tepat di koridor ujung kelas sembilan ketika seseorang baru saja memanggil namanya dengan sebutan yang berbeda dari yang lainnya.

Akh, suara itu lagi...

Setelah berbalik badan, Gestara mendapati sosok perempuan yang bersahabat baik dengan adik kandungnya sudah berdiri tepat di hadapannya dengan tersenyum kikuk saat netra tajam Gestara menyelami netra hazel miliknya.

Gadis yang Gestara kenal bernama Aycha malah mengeluarkan handphone miliknya dari dalam saku rok lalu segera membuka aplikasi kamera untuk mengabadikan momen langka yang tidak akan Djiwa bisa ulang kembali. Perset*n dengan Gestara yang nantinya akan marah yang penting dia mendapatkan sebuah karya jepretan yang akan menjadi luar biasa.

"Kak, liat sini."

Ckrek!

Gestara membulatkan netranya saat Djiwa mengambil gambar secara cepat. Sementara itu Djiwa hanya tersenyum kecil melihat hasil jepretannya sendiri.

Sebuah foto dimana Djiwa tengah berdiri di depan Gestara dengan wajah tersenyum sembari mengangkat jari telunjuk dan ibu jari membentuk saranghaeyo sedangkan di belakang sana Gestara terlihat lucu tampak dengan wajah kaget saat dirinya baru sadar ada kamera yang tengah membidik ke arahnya.

"Udah ke save di galeri gue." ujar Djiwa girang dengan wajah tak merasa bersalah sedikit pun.

"Kalau lo butuh buat kenang-kenangan, lo boleh kok japri gue."

"Gak butuh!" celetuk Gestara yang berbalik badan hendak meninggalkan Djiwa tanpa sebuah pamit terlebih dahulu untuk memasuki ruang kelas milik lelaki itu.

"Ka Star, ish tunggu."

Panggilan itu tak di gubris sama sekali oleh Gestara. Dia terus saja melangkah melewati pintu ruangan kelasnya dengan kuping yang sudah tersumpal earphone nirkabel agar dirinya tak perlu repot-repot mendengar ucapan adik kelasnya yang dirasa cegil alias cewek gila namun dengan volume suara yang kecil. Djiwa sedikit berlari kecil mengejar langkah panjang lelaki tegap bertubuh atletis yang tengah berjalan mendahuluinya.

"Ka Star gue suka sama lo, Kak!"

Langkah Gestara kembali berhenti tepat di depan sahabat-sahabatnya usai mendengar kata ajaib yang langsung mengejutkan tiga orang di dalam ruangan kelas IXA.

Akh, sebenarnya Gestara sudah tau sejak lama dari adiknya mengenai perasaan Djiwa. Hanya saja... dia tidak menyangka kalau cewek gila itu benar-benar nekat mengatakan hal yang selama ini ada di hatinya bahkan di mana lelaki itu baru saja menerima pengumuman kelulusan.

Kini kedua netra Dava dan Renjana tengah memandangi wajah Gestara dengan tatapan tajam penuh intimidasi.

Tak perduli dengan kedua pasang mata intimidasi yang terus saja menatap, kini Gestara berbalik badan memandang gadis yang menyembulkan kepalanya karena tengah di landa rasa malu. Djiwa pikir di kelas itu tidak ada satupun orang selain Gestara. Nyatanya ada dua makhluk astral yang justru bisa disentuh yang juga ikut memandangnya kemudian bergantian memandang Gestara dengan pandangan kaget.

Djiwa tersenyum kikuk, "Gue cuma mau bilang itu aja sih, Kak. Gue gak mau menyesal setelah Kak Star pergi buat ngelanjutin sekolah yang belum tentu gue juga akan masuk sekolah yang sama saat SMA nanti." kata Djiwa.

"Dan lo juga gak perlu repot-repot buat jawab 'ya atau tidak' yang penting gue udah mengutarakan apa yang ada di hati gue selama ini ke lo aja udah cukup buat gue, Ka." sejenak Djiwa meneguk ludah merasakan kerongkongannya terasa tercekat saat Gestara berjalan mendekati Djiwa dengan derap langkah yang terdengar mengerikan untuk menarik Djiwa masuk sepenuhnya ke dalam ruangan kelas dan berdiri tepat di hadapannya.

Kedua sahabat dari Gestara juga sudah panik dan saling sikut menyikut memandang ke arah punggung Gestara.

Cowok dengan netra tajam sebilah belati menatap serius ke dalam manik mata gadis nekat bernyali besar dan gila itu.

Sejenak Gestara menghembuskan napas panjang dan berat seolah lelah sekali mengingatkan Djiwa untuk berhenti berharap padanya.

"Gak usah berharap, gue gak akan pernah bilang ya atau gak sama cewek yang bukan tipe gue."

"Ya ampun, tadi gue juga udah bilang ke lo kaya gitu Kak. Jangan ketus-ketus banget apa ngomongnya. Gue sumpahin suatu saat nanti lo jatuh hati, sejatuh-jatuhnya sampai rindu berat sama gue, lo baru tau rasa!" rutuk Djiwa yang mendapat respon langsung oleh Gestara dengan senyuman meremehkan.

"Nyebelin banget sih lo!" sambil memperhatikan gambar yang ada pada sketchbook di tangannya, Djiwa tanpa sadar bergumam pelan pada saat kenangan menyakitkan sekaligus memalukan itu kembali berputar di alam sadarnya.

Adel yang sedari tadi juga ikut memperhatikan setiap goresan yang Djiwa torehkan di sketchbook milik gadis itu pun dibuat penasaran oleh gambar sepasang mata elang yang entah milik siapa namun tak begitu asing dalam ingatannya sekaligus dengan tingkah sahabatnya yang selalu menghembuskan napas berat nan kasar.

"Djiwa?" menggoyangkan lengan Djiwa "Emang berat banget ya Dji buat gambar itu mata? Dari tadi gue perhatiin selalu narik napas berat dan lo hembusin kasar kaya orang yang lagi kesel gitu!"

Djiwa menolehkan kepala ke arah Adel "Em?"

Pandangan mata Adel kembali mengarah pada gambar yang ada di tangan Djiwa untuk meyakinkan dirinya kalau dugaan ia betul lalu sedetik kemudian ia tersenyum menyelidik pada Djiwa. "Kayanya gue kenal banget deh sama mata yang ada di sketchbook lo."

Djiwa menggigit bibir dalamnya, "Siapa?"

"Abang gue ya?" tebak Adel.

Bagaikan bom yang meledak tiba-tiba. Pertanyaan yang baru saja Djiwa dengar adalah jenis pertanyaan yang paling Djiwa hindari. Bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan Adel? Haruskah ia jujur kalau itu memang kedua netra milik Gestara atau kah ia harus berbohong? Kalaupun ia berbohong sudah pasti Adel akan mengetahuinya bukan?

Djiwa menggelengkan kepala. "Bukan, itu matanya Algaf Raneza."

"Algaf anak Gatra maksudnya?"

"Ya."

Adel tersenyum menjengkelkan mendengar pengakuan Djiwa. "Ck, gak mirip Algaf kalau kata gue itu lebih mirip Abang gue, Gestara. Yakin itu sih cuma peralihan lo doang, Dji! Gue itu tau banget gimana mata milik Abang gue dan persis banget sama gambar lo ini.

"Beneran itu Algaf."

Adel tampak tak terlalu perduli. Ia kembali buka suara hanya untuk sekedar mengatakan rasa yang membuncah di hatinya. "Gue jadi penasaran gimana lo bisa deket sama Algaf? Setau gue lo gak ada tuh deket bahkan jalan bareng apa lagi sampai bisa sehapal itu detail matanya si Algaf. Yang gue tau Algaf itu di bawah matanya gak ada tahi lalat yang ada Abang gue kalau di perhatiin dari jarak dekat baru terlihat."

Sekujur tubuh Djiwa mendadak lemas dan nyaris bergetar begitu pertanyaan itu keluar dari mulut Adel. Adel memang orangnya seperti itu, ia tidak akan langsung percaya dan mudah dibohongi. Akh, Djiwa harus mengatakan apalagi? Sebab apa yang di katakan Adel itu sepenuhnya memang benar kalau itu gambar netra milik Gestara dan untuk pertanyaan Adel barusan bagaimana caranya Djiwa menjawab? Djiwa memang mengenal singkat seorang Algaf akan tetapi ia tidak begitu dekat dengan cowok ganteng yang satu itu.

"Akh, mampus deh gue!" gumamnya pelan.

"Djiwa? Jawab dong pertanyaan gue tadi. Lo bisa deket sama Algaf itu karena apa dan gimana?" desak Adel.

"I... tu karena..."

Seorang cowok berpostur tinggi tegap, berhidung mancung dan berbibir manis penuh senyum baru saja melangkah masuk berdiri di ambang pintu kelas mereka hingga pada saat cowok itu menggulirkan pandangan ke arah dua perempuan yang duduk berhadapan, ia mulai bersuara.

"Woy, kalian berdua gak ke kantin?" tanya Dava cengengesan.

"Akhirnya penyelamat gue datang!" gumam Djiwa di dalam hati

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

MaasyaAlloh
mata itu.......
Tajam menusuk tp.. Indah!!

Bagus bgt Sketchbook nya, Thor?
Buat sendiri yaaaaa....

2024-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!