Lagu dari Sezairi_It's you dan aroma khas kopi menyeruak menyambut kedatangan siapa saja yang datang termasuk Adel dan Djiwa ke 'Payung Senja Coffee.'
Coffee shop yang baru saja launching beberapa bulan yang lalu pun sudah begitu populer di kalangan anak remaja bahkan penikmat kopi. Bukan hanya rasa nikmat dari kopi yang tersaji yang membuat Coffee shop itu ramai pengunjung, barista dan owner Coffee shop itu pun bagaikan magnet penarik pelanggan yang terus silih berganti.
Terlihat seorang laki-laki dengan celemek berwarna coklat tua persis seperti warna biji kopi sedang menadahkan cup bening besar ke arah kopi dari mesin espresso.
"Silahkan pesanannya satu brown sugar es coffee dan satu lagi iced vanilla latte. Jangan lupa untuk kembali lagi." katanya sambil tersenyum ramah sebagai akhir proses pelayanannya kepada dua pelanggan cewek yang kini berdiri di depannya.
"Terimakasih, Kak boleh minta noponnya tidak?" kata salah satu gadis remaja perempuan yang sedang menerima pesanan mereka dengan terbungkus plastik bening rapih.
"Nopon?"
"Iya nomer telpon, Kak." katanya lagi yang tau kebingungan laki-laki di depannya.
"Maaf, kami tidak memberikan kontak pribadi. Jika ingin delivery service kalian bisa hubungi kontak Coffee shop kami." ujarnya tetap ramah sambil tersenyum.
"Kalau gak boleh minta nomer telpon, kita boleh minta foto bareng?" membuat lelaki itu kembali tersenyum sambil mengangguk. "Boleh."
"Ganteng banget kalau dilihat dari deket." ujar mereka tersipu kegirangan sambil bisik-bisik.
Usai memuji dan berfoto, mereka langsung berjalan ke arah pintu keluar dan tak lupa sebelumnya mereka mengucapkan terimakasih atas pelayanan terbaik yang di berikan Coffee shop ini.
Lelaki yang mendengar ucapan mereka hanya mampu tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala sedangkan kedua sahabatnya yang baru saja datang pun ikut tersenyum.
"Tau aja tuh bocil barang bagus."
"Masih aja lo cemburu, Del." ledek Algerian Madhava atau yang biasa mereka panggil dengan nama Dava dan beralih ke Djiwa, "Nena bolehin lo kesini malam-malam?"
Djiwa menganggukkan kepala. "Tapi gak boleh lebih dari jam 12 malam."
"Ya sudah." mengacak-acak pucuk kepala Djiwa gemas. "Lo berdua mau pesen apa? Biar gue bikinin sekalian."
"Yang lain udah pada dateng?" bukan menjawab pertanyaan Dava, Adel malah balik bertanya.
"Baru ada Melva Mavendra dan Sembagi Arutalla aja. Mereka duduk di area belakang tempat biasa kita nongkrong."
"Renjana Wistara gak ikut nongkrong?" tanya Adel kembali yang di tanggapi Dava dengan gerakan bahu. "Gak tau Gue."
"Gue pesen es coffee gula aren sama milk bun dingin rasa blueberry cream cheese deh. Lo apa Dji?"
"Gue biasa ya, Va. Es macchiato creamy dan milk bun dingin varian nutella strawberry crumble."
"Asiyapp."
Setibanya Djiwa dan Adel di area belakang Payung senja coffee, Melva langsung menoleh kaget ketika pintu digeser. Tidak ada satupun customer di Coffee shop ini yang boleh masuk kedalamnya kecuali orang-orang tertentu karena area ini di buat khusus oleh sang Owner untuk mereka.
"Adel!"
Sembagi melambaikan tangan pada gadis cantik yang baru saja masuk ke area belakang Payung senja dengan satu gadis berjalan di belakangnya sambil menenteng tas. Dua gadis cantik itu tersenyum dan Adel ikut melambaikan tangan lalu menghampiri Sembagi dan high five ketika mereka sudah berhadapan.
"Gi, lo baru dateng apa udah dari tadi?" tanya Adel beberapa detik usai melepas pelukan setelah high five.
"Baru."
Beralih ke Melva, Adel menyapa kembali sambil high five dan berpelukan. "Lo juga baru dateng, Mel?" tanya Adel.
Lelaki itu mengangguk sebagai respon karena mulutnya sudah di penuhi camilan yang baru lima menit tadi Dava berikan lalu gadis itu duduk di bean bag triangle dengan santai sambil menarik Djiwa untuk ikut duduk bersamanya.
"Siapa?" tanya Sembagi
"Oh iya kenalin ini sahabat gue namanya Djiwa." sambil mengambil cemilan yang memang selalu di sediakan Dava untuk mereka.
"Sekelas?"
Adel menganggukkan kepala "Iya."
Beralih menatap ke arah Djiwa, "Dji, kenalin ini sahabatnya Dava dan juga Renjana."
"Djiwa." kata Djiwa tersenyum memperkenalkan diri.
Disela sesi obrolan yang baru saja mereka mulai, tidak lama Dava datang bersamaan dengan pesanan ditangannya dan di belakang laki-laki itu sudah di ikuti oleh Renjana.
"Del, lo gak bareng sama Abang lo?"
"Sejak kapan dia mau jalan bareng satu mobil sama gue?"
"Itu anak sudah sampai mana ya?" monolog Renjana sambil mencari kontak nomer cowok irit senyum tersebut sebelum melakukan panggilan dan menempelkan handphone ke telinganya.
Mendengar apa yang dimaksud oleh Renjana barusan, seketika Djiwa membulatkan mata seiring debaran di dada yang membuatnya berdesir seketika. Djiwa dengan segera memandang Adel dengan tatapan mata yang sulit Adel artikan. "Yang dimaksud Renjana itu Abang lo?"
Adel mengangguk, mengiyakan. "Kenapa?"
"Bukannya dia lagi sekolah di luar?"
"Kebetulan disuruh balik ke Indonesia sama Bokap buat urus berkas kepindahan sekolahnya dan mulai sekolah di sini."
"Pindah ke Smansa (Satria Mandala)?"
"Mana mau dia satu sekolah sama gue. Lo tenang aja dia pindah ke Gatra (Garuda Nusantara) dan lo gak perlu khawatir." ledek Adel menyikut lengan Djiwa.
Djiwa yang terlanjur salah tingkah mencoba mengatur kembali ekspresinya. "Gue gak khawatir, Del. Terus gimana sama beasiswanya?"
"Di cabut, meskipun di cabut Bokap gue masih bisa biayain Abang gue sekolah di Gatra dari pada di sana dia sendirian dan pergaulanya terlalu bebas." Djiwa mengangguk setuju.
Tak lama cowok bertubuh atletis itu datang menghampiri Dava sebelum akhirnya ia ikut duduk bersama ke tiga sahabatnya yang lain. Dikawal ekspresi datar di wajahnya yang begitu sulit di tebak, tidak juga mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Namun bola matanya memandang lekat wajah Djiwa dengan sorot dingin yang entah bermakna apa.
Pandangan Djiwa langsung beralih pada seorang laki-laki di barisan kasir yang baru saja tersenyum ramah kepada pelanggannya. Ia tak berani berlama-lama menatap cowok garang dengan pesona tingkat dewa itu.
Dava tiba-tiba melambaikan tangan ke arah Djiwa dengan senyum manis penuh pesona saat netranya menangkap kalau dirinya sedang di pandangi oleh Djiwa.
"Kenapa?" tanya Dava dengan isarat tanpa suara karena jarak mereka terhalang kaca dan sedikit jauh.
"Apa?" Djiwa menjawab dengan sedikit bingung karena Dava hanya berisarat tanpa suara yang hanya dapat Djiwa baca gerak bibirnya saja.
Dengan kesal Dava menghampiri "Lo kenapa? Sini sayang, mending lo bantuin gue." ujar Dava sedikit bervolume agar Djiwa bisa mendengar dengan jelas.
Dava paham dengan ketidak nyamanan Djiwa yang duduk sejajar tepat di depan triagel laki-laki bermata elang, meskipun ada Adel di dekat gadis itu akan tetapi Adel ikut dalam perbincangan seru mereka dan Dava sangat yakin kalau sedikit kurangnya mereka berdua akan bersitatap dengan netra Gestara yang tajam yang akan membuat Djiwa menjadi tidak nyaman.
Djiwa berjalan mendekat ke arah meja kasir tak perduli dengan tatapan orang-orang yang sempat mendengar Dava berteriak memanggilnya dengan nyeleneh.
"Lo kenapa? Apa masih deg-degan kalau di dekat Gestara?" tanya Dava setelah Djiwa berdiri tepat di samping meja kasir.
"Gue kesini jelas lo tau kalau gue kurang nyaman, lah. Belaga pake nanyain segala lo."
Dava tertawa renyah sambil mengacak-acak rambut Djiwa gemas.
"Baru hari ini gue ketemu dia lagi dan bersitatap langsung setelah sekian lama gue gak liat tatapan maut penuh pesona itu. Ya, deg-degan parah lah gue."
Dava makin tertawa renyah melihat ekspresi lucu Djiwa yang tengah menggerutu. Ia mencubit pipi Djiwa gemas dan tanpa Dava sadari ada sepasang netra yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
ya, Ampyuunnn thor...
baru mudeng aqu...
Author kan penulis Novel Kafka??
pantesan gk asing Nama Pena nya..
wkwkwk
2024-10-27
0
Mukmini Salasiyanti
waduhhhhhh
Author kyknya Pecinta coffee ya,
rumit bgt pesanannya...
wkwk wkwkwk
Nama2 pemerannya juga MaasyaAlloh
Bagus tp ribet...
kudu teliti ni bacanya...
hihiihiiiii
2024-10-27
0