3 : Strategi

Natasha menatap pantulan dirinya dicermin untuk memastikan bahwa penampilannya cukup baik. Ia sudah siap untuk berangkat ke kampus bersama dengan Azalea yang sekarang sedang dalam perjalanan menjemputnya.

Sebenarnya Natasha tidak pernah memaksa temannya itu untuk menjemputnya, tapi Azalea selalu menawarkan dirinya karena rumah mereka memang searah. Bedanya, rumah Azalea berada di salah satu perumahan mewah.

Hari ini Natasha mengenakan rok berwarna coklat yang panjangnya selutut dan ia padukan dengan kemeja yang senada dengan roknya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dan dihiasi dengan sebuah bando yang warnanya pun sama dengan rok serta kemejanya. Kemudian untuk tas dan juga sepatu, ia menggunakan masing-masing warna hitam.

Setelah merasa tidak ada yang aneh dengan penampilannya, Natasha mengambil ponselnya buang tengah diisi daya lalu duduk di tepi ranjang. Ia menghidupkan ponselnya dan mencari nomor Ardhan lalu mengirimkan beberapa pesan untuk pria itu, tidak peduli jika pesannya akan dibalas atau tidak.

Natasha :

Selamat pagiiii🙋🏻‍♀️

Kak Ardhan semangat untuk kuliah hari ini dan jangan lupa makan.

Natasha menatap ponselnya beberapa menit dan tak lama dari itu ia mendengar suara klakson mobil yang membuatnya bergegas keluar rumah. Dia melambaikan tangan pada Azalea dengan ceria lalu masuk ke dalam mobil milik gadis itu.

"Nat, nanti temenin gue ke mall, yuk." Azalea menatap Natasha dengan penuh permohonan.

"Emm boleh, tapi habis itu kamu temenin aku ke toko buku, gimana?" tanya Natasha.

"DEAL! Oh iya gimana Kak Ardhan? Ada kemajuan enggak? Dia balas chat lo enggak?" tanya Azalea penasaran.

Setelah kejadian kemarin, Azalea yang semula ingin meminta Natasha untuk mundur langsung mengurungkan niatnya. Dari apa yang ia lihat kemarin, sepertinya ada sedikit kesempatan untuk temannya itu bisa dekat dengan Ardhan.

Dia pernah mendengar kalau Ardhan tidak pernah sekalipun merespon mereka yang mendekatinya, Ardhan juga tidak pernah membalas chat mereka apalagi sampai mengembalikan sendiri gelang milik Natasha seperti kemarin. Ardhan bisa saja membiarkan gelang itu terjatuh dan diambil oleh Natasha sendiri.

Selain itu Ardhan bahkan mengingat nama Natasha. Itu sungguh sebuah kemajuan besar untuk temannya, jadi Azalea memutuskan untuk mendukung Natasha maju mendekati Ardhan.

"Dia cuman baca chat aku aja," jawab Natasha lesu.

"Tapi, gue pernah denger katanya Kak Ardhan suka blokir nomor cewek-cewek yang chat dia. Lo enggak, kan?" tanya Azalea yang dijawab dengan gelengan singkat oleh gadis itu.

"Sebelum berangkat tadi, aku chat Kak Ardhan dan dia cuman baca aja," kata Natasha.

"It's okay, Nat. Meskipun enggak dibalas, tapi Kak Ardhan baca chat lo dan dia enggak blokir nomor lo. Itu sebuah keberuntungan," kata Azalea yang membuat Natasha langsung tersenyum.

"Hm menurut gue kita harus buat strategi," kata Azalea lagi.

Perkataannya barusan membuat Natasha kebingungan sendiri.

"Strategi?" tanya Natasha tidak mengerti.

"Iya, strategi untuk deketin Kak Ardhan. Gue memang sempet nyuruh lo untuk berhenti, tapi kali ini gue bakal dukung dan bantuin lo. Kita bakal atur strategi," kata Azalea sambil tersenyum puas.

Belum sempat Natasha bicara untuk bertanya, Azalea sudah lebih dulu memotongnya.

"Lo tenang aja, biar gue yang mengatur strateginya."

......................

"ARTHAN! MAU BARENG ATAU ENGGAK, SIH?! GUE TINGGAL LO!"

Teriakan Ardhan menggema di rumah besar ini. Pria itu berdecak kesal sambil berkali-kali melirik jam di tangannya. Kembarannya yang mengatakan ingin berangkat bersama itu masih belum keluar kamar juga.

Ardhan benar-benar ingin memukulnya sekarang karena kesal. Tak lama dari itu ia mendengar teriakan yang berasal dari atas bersamaan dengan pintu kamar Arthan yang terbuka.

"I'M COMING! GUE DATANG MY TWINSSS TUNGGU!"

Sedangkan itu Devina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua anaknya yang selalu ada saja hal untuk diributkan. Sejak kecil Arthan dan Ardhan jarang sekali akur, mereka banyak berdebat hingga saling mengganggu satu sama lain.

"Enggak sabaran banget sumpah," gerutu Arthan begitu ia sampai di bawah.

"Kalau gue jahat udah gue tinggal lo." Ardhan menatapnya dengan sinis dan langsung berbalik.

Tapi, wajah sinisnya langsung berganti dengan senyuman begitu melihat Devina yang berdiri tidak jauh dari mereka. Baru saja ia akan mendekat, Arthan sudah lebih dulu berseru lalu mendorongnya kesamping dan berlari lebih dulu menghampiri Devina.

"MAMIKU SAYANGGG."

Ardhan berdecak kesal, untung saja dia tidak jatuh. Ia pun mendekat dan tersenyum pada sang Ibu yang menatapnya.

"Mami, Arthan berangkat ke kampus dulu, ya. Mami jangan kangen. Arthan janji akan langsung pulang begitu semua matkul selesai, supaya Mami enggak perlu menahan rindu lama-lama sama anak kesayangan Mami yang satu ini..."

"Berisik."

Ardhan kesal ketika Arthan mulai berdrama. Kini giliran ia yang menarik Arthan menjauh dan mendorongnya ke samping. Kemudian ia memeluk Ibunya dengan sayang yang membuatnya tertawa kecil dengan tingkah anak-anaknya.

Devina memeluk kedua anaknya bergantian dan mencium pipi mereka dengan sayang.

"Yasudah, cepat berangkat ke kampus nanti kalian terlambat."

......................

Bagi Ardhan hal paling menyebalkan dari kembarannya adalah tidak bisa diam dan penuh dengan rasa ingin tau. Kejadian kemarin membuat rasa penasaran Arthan begitu besar hingga sepanjang perjalanan menuju kampus pun ia terus membahasnya.

Terkadang Ardhan bingung sendiri, apa Arthan tidak lelah berbicara tanpa henti?

Dari pagi hingga malam pria itu seolah tidak kehabisan energi. Sedangkan Ardhan sebaliknya, dia selalu ingin istirahat setelah seharian berada di luar, tapi terkadang Arthan tidak membiarkannya istirahat.

Pria itu akan masuk ke dalam kamarnya lalu berbaring disampingnya dan bermain game. Padahal Arthan bisa melakukan itu semua dikamarnya, tapi tidak, dia lebih suka menganggu Ardhan.

"Tan."

"Oke, gue akan mendengar jawaban lo. Siapa cewek itu?" tanya Arthan dengan cepat.

"Lo bisa diem?" tanya Ardhan.

Arthan terlihat terkejut. Dia diam sejenak, tapi kemudian membuat Ardhan menghela nafasnya lelah.

"Enggak."

"Gue udah jawab, kan? Gue cuman ngembaliin gelang dia yang jatuh," kata Ardhan lelah.

"Iya, tapi siapa ceweknya? Enggak mungkin lo enggak kenal, karena lo bisa ngembaliin gelang dia itu artinya lo kenal sama dia," kata Arthan dengan cepat.

"Adik tingkat, pernah chat gue makanya gue tau. Udah cukup?" tanya Ardhan dengan malas.

"Hm sebenarnya belum, tapi yaudah." Arthan membuat Ardhan frustasi sendiri menghadapinya.

"Apalagi, sih, Tan????" tanya Ardhan dengan penuh kekesalan, tapi Arthan tidak mau menjawab.

Dia harus bertepuk tangan yang meriah untuk kedua orang tuanya yang tahan menghadapi Arthan sejak kecil.

"Lo kalau punya pacar harus kasih tau gue! Gue akan sedih dan merasa sangat dikhianati kalau lo enggak bilang," kata Arthan dengan dramatis.

Apa yang harus Ardhan lakukan dengan kembarannya ini? Terkadang dia benar-benar tidak sanggup menghadapinya.

"Gue penasaran, siapa ya yang bakal mencairkan hati es batu kayak lo, Dan?"

Ardhan lebih penasaran, siapa cewek yang bakal tahan dengan kelakuan kembarannya ini?

Terpopuler

Comments

Risa Apriyanti

Risa Apriyanti

tenag aj Tan.. kembaran Lo bakal cair jg kok😁

2024-09-27

0

Lusia

Lusia

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!