2 : Pertemuan Lainnya

Natasha bersembunyi dibalik rak buku yang ada di perpustakaan. Gadis itu tengah mengamati Ardhan yang terlihat fokus dengan buku dan laptopnya. Sangat mudah mencari keberadaan Ardhan di kampus karena jika tidak ada kelas atau jika sedang menunggu jam kosong pasti pria itu ada di perpustakaan.

Diam-diam Natasha tersenyum. Ardhan bahkan tidak tersenyum, wajahnya sangat serius, tapi tetap saja melihat itu membuat Natasha senyum-senyum sendiri. Dia sampai menolak ajakan ke kantin ketika melihat Ardhan pergi ke perpustakaan.

Saat Ardhan tiba-tiba menutup buku dan bangun, Natasha melotot lalu mengambil asal buku yang ada di dekatnya. Dia juga melirik Ardhan yang tengah mencari buku lain di rak buku yang ada di belakang tempatnya berdiri sekarang.

Jantungnya berdegup begitu kencang sekarang. Natasha menahan nafasnya sejenak ketika Ardhan bergeser ke samping hingga semakin dekat dengannya.

"Lo yang kemarin, kan?"

Suara Ardhan barusan membuat Natasha melepaskan buku yang ada di tangannya. Buku berukuran cukup tebal itu hampir jatuh menimpa kakinya kalau saja Ardhan tidak cepat mengambilnya.

Natasha menahan nafasnya lagi ketika Ardhan memberikan kembali buku itu padanya.

"Em Kak Ardhan lagi ngerjain tugas?" tanya Natasha yang mencoba untuk mengajaknya bicara.

Tapi, Ardhan hanya menjawab dengan gumam singkat. Pria itu kembali mencari buku yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.

"Kak Ardhan lagi cari buku apa? Mau aku bantuin?" tanya Natasha dengan semangat.

"Gue bisa cari sendiri," jawab Ardhan singkat.

"Enggak papa tau aku bantuin. Kakak cari buku apa?" tanya Natasha sambil berdiri di sebelah Ardhan dan melihat ke rak buku.

"Lo lanjutin aja kegiatan lo yang tadi," kata Ardhan yang kembali menolak bantuan dari Natasha.

"Oh aku kesini cuman mau liatin Kak Ardhan aja... EHHH!"

Natasha melotot ketika sadar kalau ia salah bicara. Dia menepuk dahinya cukup kuat dan menunduk malu ketika Ardhan menoleh padanya.

"Itu... aku... Aku ada kelas sebentar lagi. Dadah Kak Ardhan. Semangat ngerjain tugasnya," kata Natasha sebelum berlari meninggalkan Ardhan yang terkekeh melihatnya.

Ardhan menggelengkan kepalanya pelan dan ketika ia ingin mencari buku lagi, sesuatu menarik perhatiannya. Sepertinya itu adalah milik Natasha yang terjatuh. Ardhan menunduk dan mengambil gelang yang terjatuh di dekat kakinya.

Ardhan tersenyum lagi. Ia memasukkan gelang itu ke saku celananya dan akan mengembalikannya jika kembali bertemu dengan gadis itu.

Omong-omong Ardhan lupa namanya, tapi dia ingat kalau kemarin gadis itu sempat mengirim pesan padanya.

......................

"Aduh gelang aku kemana??? Le, jatuh dimana, ya???"

Natasha sangat panik ketika menyadari jika gelang miliknya hilang. Ia sudah membongkar semua isi tasnya untuk mencari gelang itu, tapi tetap tidak ada juga.

Natasha bahkan tidak sadar kalau gelangnya hilang karena Azalea yang memberitahukan hal itu padanya. Gelang pemberian Ayahnya itu memang selalu ia pakai, karena itu Azalea menanyakannya ketika tidak melihatnya memakai gelang itu.

"Gue kira lo memang enggak makai gelangnya. Coba diingat dulu, lo ada lepas gelangnya enggak, Sha?" tanya Azalea

Natasha menggeleng lemah sebagai jawaban. Ia ingin menangis karena takut kalau satu-satunya gelang pemberian Ayahnya itu hilang.

"Lo tadi kemana aja? Kita coba cari ke semua tempat yang tadi lo datengin." Azalea mengusap pelan pundak Natasha agar gadis itu tidak panik.

"Aku cuman di kelas sama perpustakaan aja hari ini," jawab Natasha dengan lesu.

"Yaudah, karena belum pulang, kita coba cek ke kelas dulu habis itu baru ke perpustakaan. Gue coba tanya sama temen kelas kita tadi, siapa tau ada yang lihat gelang punya lo," kata Azalea yang membuat Natasha sedikit lebih tenang.

"Makasih, Le."

Azalea tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tau betapa berartinya gelang itu untuk Natasha. Hadiah pertama juga terakhir Ayahnya untuk gadis itu.

Keduanya pun beranjak dari kantin untuk mencari gelang milik Natasha yang hilang, tapi baru saja akan melangkah, seseorang sudah berdiri di hadapan Natasha dan memanggil namanya. Kehadiran orang itu membuat Natasha menahan nafasnya juga membuat nyaris seisi kantin menatap ke arahnya.

"Natasha?"

Dia Ardhan.

"Bener nama lo Natasha, kan?" tanya Ardhan yang dijawab dengan anggukan singkat oleh Natasha.

Ia pun merogoh sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Natasha. Itu adalah gelang yang tadi Ardhan temukan. Niatnya ia ingin mengembalikan nanti saja dan meminta Natasha untuk mengambilnya sendiri.

Tapi, ketika ia tidak sengaja melihat Natasha ketika akan membeli minum di kantin, jadi Ardhan langsung mengembalikannya saja.

"Tadi jatuh di perpustakaan," kata Ardhan.

Ardhan dapat melihat wajah yang semula gugup itu berubah. Natasha terlihat lega hingga matanya berkaca-kaca dan membuat Ardhan sedikit bingung melihatnya.

Apa gelang ini sangat berarti untuk Natasha?

"Makasih, Kak." Natasha mengucapkannya dengan tulus yang ditanggapi dengan gumaman singkat oleh Ardhan.

"Lain kali jangan lari-lari," kata Ardhan sebelum pergi tanpa menunggu tanggapan dari Natasha.

Ardhan berjalan keluar kantin tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya. Dia meninggalkan Natasha yang tersenyum dengan pipi memerah karena mengingat ia yang lari dari hadapan Ardhan beberapa saat lalu.

Ini benar-benar seperti mimpi!

Gelang kesayangannya ditemukan oleh orang yang tengah ia sukai.

......................

Ardhan memejamkan matanya untuk menahan emosi ketika Arthan yang baru pulang dari kampus membuka pintu kamarnya dengan kuat.

Pria itu datang dengan heboh membawa berita yang katanya sedang ramai dibicarakan di kampus.

"Gue mendengar sebuah hot news. Kejadiannya tadi sore, tapi sayang sekali karena gue tidak ada di sana. Padahal kalau gue ada di sana gue bisa membawa bukti untuk ditunjukkan kepada Mami, Papi dan adik kesayanganku Zelline," celoteh Arthan yang datang dan melompat ke atas kasur kembarannya.

Ardhan yang kesal melemparnya dengan bantal dan mengusir Arthan agar keluar dari kamarnya, tapi bukan Arthan namanya kalau menurut.

"Jadi, gue mendengar bahwasanya kembaran gue yang enggak lebih ganteng dari gue ini sudah menemui seorang wanita di kantin. Apakah itu adalah benar?" tanya Arthan sambil mengarahkan kepalan tangannya ke dekat bibir Ardhan seolah itu adalah sebuah mic yang langsung ditepis oleh Ardhan karena kesal.

"Enggak usah kebanyakan gosip. Mending kerjain tugas lo yang banyak itu, gue enggak mau bantuin kalau nanti lo ngerjain pas deadline," kata Ardhan yang membuat Arthan berdecak pelan.

"My Twins, lo jangan mencoba untuk mengelak. Sekarang kasih tau gue jawabannya. Apakah itu adalah benar?" tanya Arthan, tidak peduli dengan omelan kembaran nya itu.

"Gue cuman ngembaliin barang dia yang jatuh," jawab Ardhan seadanya.

"Siapakah wanita itu?" tanya Arthan lagi.

"Lo mau keluar sendiri dari kamar gue atau mau gue seret?" tanya Ardhan dengan wajah serius.

"Jawab dulu." Arthan menolak keluar kamar sebelum Ardhan memberikan jawaban.

"Gue enggak tau," jawab Ardhan bohong.

Kalau dia jawab kenal pasti akan semakin banyak pertanyaan dari kembarannya itu.

"Udah? Sekarang lo keluar," usir Ardhan lagi.

Arthan berdecak kesal, tapi tetap berdiri dan berjalan meninggalkan kamar kembarannya sambil mengomel.

"Pasti dia bohong. Kalau dia enggak kenal terus gimana dia bisa ngembaliin gelangnya? Ardhan pasti bohong sama gue. Gue bakal mencari saksi mata untuk mengetahui siapa orangnya."

Ardhan hanya bisa geleng-geleng ketika mendengarnya. Kalau ada yang mau, Ardhan bakal kasih kembarannya itu secara cuma-cuma.

......................

Terpopuler

Comments

Lusia

Lusia

ya ampun kakak author, dari sekian purnama akhirnya muncul juga novel. baru nya 🥰🥰🥰

2024-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!