KHODAM BINTANG

Amanda terbangun dengan kepala yang terasa pusing dan pandangan yang kabur. Perlahan, ia mengerjap, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Pandangannya fokus pada seorang pemuda tampan yang berdiri di sampingnya, mengenakan kalung salib perak yang memantulkan cahaya matahari siang. Tanpa berkata-kata, cowok itu menjulurkan tangannya dengan sikap santai.

“Baru aja mau gue gendong, lo udah bangun aja,” ucapnya dengan senyum tipis, seakan tidak ada yang aneh.

Amanda bingung, matanya mulai memandang sekeliling. Ia melihat diri sendiri, memakai seragam sekolah yang biasa ia kenal—seragam putih dan rok abu-abu. Tapi, ada yang aneh. Ada yang salah.

Dia menatap wajah cowok itu sejenak, lalu melihat ke arah lapangan. Semua murid yang berada di sekitar lapangan menatap ke arahnya, beberapa dengan ekspresi penasaran, lainnya tampak bingung. Tapi suasana itu terasa berbeda. Ada keheningan yang tak biasa, seperti ada sesuatu yang hilang dari realita ini.

Kenapa gue di sini? pikir Amanda. Tubuhnya terasa kaku, bukan karena pingsan, tapi seolah ada kekosongan yang besar di dalam dirinya.

Dia meraba tubuhnya, menyentuh wajahnya, lalu pakaian yang ia kenakan. Semuanya terasa familiar, tapi tak seharusnya ia ada di sini. Ia bukan Vellyn. Bukan gadis yang jatuh di lapangan. Tapi tubuh ini, seragam ini… semuanya mengikatnya pada kenyataan yang berbeda.

“Apa yang terjadi?” bisiknya, suaranya terlepas dari bibirnya dengan rasa kebingungan yang mendalam.

Cowok itu, yang masih berdiri dengan tangan terulur, tampak tak terganggu dengan kebingungannya. “Lo pingsan karena nabrak tiang bendera,” jawabnya santai, tanpa rasa cemas sedikit pun.

Tapi, Amanda bisa merasakan ada sesuatu yang salah. Pandangannya yang semakin kabur, suara-suara yang terdengar aneh di telinganya, dan tubuhnya yang terasa… tidak sepenuhnya miliknya. Seperti ada dua jiwa yang bertempur dalam satu tubuh, satu yang tak tahu apa-apa, dan satu yang sudah hilang.

Dan kemudian, sekelebat bayangan datang—siluet seorang wanita berambut panjang, berpakaian putih dengan aura menyeramkan—melintas dalam pikirannya. Bayangan itu datang begitu cepat, membuat tubuh Amanda terhentak. Kunti. Ia tahu itu. Amanda mengenali sosok itu. Itu adalah kunti yang membuat dirinya dan temannya kecelakaan.

Mengingat kejadian itu ia tiba-tiba emosi. Tanpa aba-aba ia berteriak dan mengangkat tangannya ke atas dengan simbol fuck you🖕

"KUNTI ASUUU! DEMI APAPUN GUE GA AKAN MAAFIN LO SETAN!"

Pemuda yang bernama Kenzo itu sontak terhempas ke belakang karna terkejut dengan gerakan tak disangka yang tiba-tiba.

...-----...

Dari kejauhan, keempat pemuda yang merupakan sahabat Reza—Bintang, Lintang, Aldan, dan Haikal—berjalan santai di koridor lantai dua yang menghadap langsung ke lapangan. Mereka sempat melirik ke bawah ketika melihat kerumunan siswa yang tampak heboh berkumpul di tengah lapangan.

Haikal mengernyit, mencondongkan tubuh ke pagar pembatas. “Eh, rame amat tuh di lapangan. Ada apaan?”

Aldan menyipitkan mata, berusaha mengenali sosok di tengah kerumunan. “Itu… kayaknya ada pembagian sembako deh.”

“Itu Vellyn, Goblok! Sembako aja di pikiran lo. Tapi… ngapain dia sama si Kenzo?” Aldan menunjuk ke arah cowok berkalung salib yang kini berdiri di dekat Vellyn—atau orang yang mereka kira masih Vellyn.

Lintang yang sejak tadi menatap diam, menjawab dengan santai, “Ya mana gue tau. Tanya aja khodamnya si Bintang.”

Haikal menoleh cepat, mengernyit. “Hah? Emang apaan khodam si Bintang?”

Lintang menjawab sekenanya, tanpa ekspresi, “Si Alucard.”

Sejenak, hening. Haikal memproses nama itu di otaknya.

Lalu satu detik kemudian, Haikal meledak dalam tawa, nyaris terjatuh dari sandaran pagar. “Anjir! Itu kan hero ML!"

Haikal dan Lintang saling pandang sejenak, lalu seolah mendapatkan ide yang sama, keduanya menegakkan tubuh dan menirukan gaya dramatis Alucard dari Mobile Legends. Dengan suara dibuat berat dan nada sok-sangar, mereka berucap serempak:

“Aku berlutut? Cih... tidak akan.”

Lalu keduanya membuang muka ke samping, seolah meludahkan kejijikan pada dunia.

“Dingin… tetapi tidak kejam.”

Detik berikutnya, tawa meledak dari keduanya. Haikal sampai menepuk-nepuk pundak Lintang, sementara Lintang setengah membungkuk sambil tertawa geli sendiri.

Khodam Bintang

Aldan menatap mereka dengan muak

Bintang akhirnya melengos pergi tanpa berkata apa pun, langkahnya mantap menuju kerumunan siswa di lapangan. Matanya fokus, penuh rasa ingin tahu, seolah sedang menyelidiki sesuatu yang tidak beres. Aldan hanya menghela napas, lalu berjalan cepat mengikuti di belakangnya.

Melihat kedua temannya bergerak, Haikal segera berseru, “Eh-eh! Lah kok pada ninggalin gua sih!” Ia pun ikut berlari menyusul dengan langkah tergesa-gesa, sepatunya nyaris lepas gara-gara terburu-buru.

Beberapa detik kemudian, Lintang ikut berlari—namun tentu saja tidak tanpa gaya dramatisnya sendiri. Ia menyusul Bintang, lalu langsung merangkul bahu adiknya itu dengan gaya teatrikal ala drama Romeo dan Juliet.

“Tatang! Tungguin aku! Jangan tinggalkan Juliet-mu, Romeo!” serunya lebay, lengkap dengan ekspresi nelangsa dan tangan satunya yang menutup dada sendiri, seolah hatinya remuk redam.

Bintang menghentikan langkah, menoleh perlahan ke arah Lintang. Wajahnya datar. Matanya mengarah ke tangan Lintang yang masih melingkar di bahunya. Lalu... pandangan jijik terbit dari matanya, seperti ingin berkata "kalo lo bukan sodara gue, udah gue lempar ke Israel."

...------...

Amanda mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, matanya membelalak. Ratusan pasang mata menatap ke arahnya dari segala penjuru lapangan, seolah ia adalah tontonan aneh yang tak bisa dijelaskan.

"GUE DIMANA SIH INI?!” teriaknya dengan nada panik dan putus asa.

Pikirannya kacau. Terakhir yang ia ingat, ia sedang mengendarai motor bersama temannya . lalu ia melihat setan dan karna kaget motor mereka menabrak pohon... lalu tubuhnya terbang... lalu—gelap.

Seharusnya sekarang, kalau benar dia sudah meninggal, ia berada di alam Barzah. Seharusnya jiwanya tidak lagi terikat dengan dunia fana. Tapi ini… sekolah? Seragam? Orang-orang yang tidak ia kenal? Kenapa gue malah balik ke sini?! jerit batinnya.

Langkahnya limbung saat ia mencoba berdiri, tubuhnya berat seperti bukan miliknya. Ia melihat tangannya sendiri, tubuhnya... bukan tubuh Amanda. Wajahnya berubah ngeri.

“Ini... bukan gue,” bisiknya ketakutan.

Matanya lalu tertuju pada sosok cowok yang tadi menjulurkan tangan padanya—Kenzo, yang kini terduduk di tanah sambil menatapnya bingung. Tatapan mereka bertemu sejenak. Di mata Kenzo, ada rasa cemas… namun juga keraguan. Seolah dia menyadari, bahwa gadis ini bukanlah Vellyn yang ia kenal.

Amanda—dalam tubuh Vellyn—hendak melangkah mendekat, namun baru satu langkah, tubuhnya limbung. Dunia berputar di hadapannya, suara-suara mendadak terdengar samar.

Dan tubuh itu pun kembali terjatuh. Tapi kali ini, Kenzo sigap. Ia bergerak cepat dan menangkap tubuh Vellyn sebelum benar-benar membentur tanah.

“Vell?” bisiknya lirih, memastikan. Tapi jawaban yang ia dapat hanyalah napas berat dan tubuh yang tidak merespons.

...---------...

Amanda terbangun dengan napas tersengal. Matanya menatap langit-langit ruangan yang asing—terang, tapi sepi. Bau alkohol medis dan antiseptik menyengat di hidungnya. Ia duduk perlahan, matanya menyapu ruangan.

“UKS?” gumamnya, bingung. “Kenapa gue di sini?”

Kepalanya masih berat. Ia mencoba mengingat—lapangan… pemuda berkalung salib… pingsan. Tapi yang paling membingungkan adalah: siapa dirinya sekarang? Kenapa dia masih di dunia?

Belum sempat ia menjawab pertanyaannya sendiri, tap tap tap... ada suara langkah ringan. Lalu... tap. Sebuah sentuhan dingin terasa di bahunya.

Amanda langsung menoleh cepat.

“SIAPA?!” teriaknya panik.

Tapi yang dilihatnya membuat darahnya seakan berhenti mengalir. Di hadapannya berdiri sosok perempuan berambut panjang kusut, gaun putihnya lusuh dan penuh noda tanah, matanya merah menyala.

Kuntilanak.

Amanda menjerit, tubuhnya mundur hingga menabrak dinding ranjang UKS. Tapi sosok itu hanya diam, tidak bergerak. Kemudian… dengan suara lirih dan mengejutkan lembut, ia berkata:

“Tenang, aku tidak jahat. Aku... datang untuk minta maaf.”

Amanda mematung, ketakutannya bercampur kebingungan.

“Apa?”

Kuntilanak itu menunduk, rambut panjangnya jatuh menutupi wajah pucatnya. “Akulah penyebab kecelakaan motormu . Aku hanya ingin bermain dengan mu... Tapi aku malah mengejarmu. Kamu yang tidak salah, malah jadi korban.”

Amanda terdiam. Matanya perlahan melembut, meski tubuhnya masih gemetar.

“Kenapa lo di sini sekarang?”

Sosok itu menghela napas pelan, sebuah ironi karena dia sudah tidak lagi bernapas.

“Sebagai penebusan... aku memohon pada atasanku untuk memberimu kesempatan hidup lagi. Tapi karena tubuhmu sudah tak bisa diselamatkan, maka... jiwamu dimasukkan ke tubuh gadis yang pingsan itu—Vellyn.”

Amanda menatap tak percaya. “Jadi… gue hidup lagi? Di dunia... novel?”

Sosok kuntilanak itu mengangguk pelan. “Iya. Dunia ini bukan dunia lamamu, Amanda. Ini dunia fiksi... tapi semuanya terasa nyata. Aku tahu ini tidak adil, tapi ini satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku.”

Amanda perlahan duduk kembali di brankar. Tubuhnya masih bergetar, tapi pikirannya mulai jernih. Ia memperhatikan sosok hantu itu lebih dalam. Tatapannya tidak menggigit. Ia hanya terlihat... menyesal.

Kuntilanak itu kembali menunduk. “Maafkan aku, Amanda. Aku tahu ini tak akan mengembalikan hidupmu yang dulu. Tapi… aku hanya ingin kamu punya kesempatan lagi. Sekalipun hanya di dunia cerita.”

Amanda terdiam. Dan untuk pertama kalinya sejak sadar, ia tidak merasa marah. Hanya... hampa.

“Gue gak tahu harus bilang apa… Tapi, terima kasih.”

Di luar jendela UKS, angin berembus pelan. Langit tampak kelabu, seolah dunia ikut memahami kisah rumit yang sedang terjadi di dalam ruang sempit itu.

...

   Manis bgtt ketawa kamu Haikal😘

...

...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!