Chapter 1

Sinta, menatap sebal Ajudan yang di kirim Papahnya. Bagaimana tidak sebal, jika semua Ajudan yang ada adalah pria berwajah datar dan dingin. Sangat bertolak belaka kepada Sinta yang sebenarnya super cerewet

Akhirnya, mau tak mau Sinta menarik kopernya. Lalu, memasuki mobil bersama Assitennya Meyga

40 Menit, mereka sampai di bandara. Ajudan yang sedari tadi diam, kini mulai membantu menurunkan koper

"Jika sudah sampai disana akan ada yang menjemput, Mbak Sinta." hanya itu yang di ucapkan Ajudan kaku papahnya Sinta

Sinta, tidak menjawab dan langsung menarik koper miliknya. Lalu, setelah chek in bersama Meyga. Sinta dan Meyga berjalan mengarah pesawat, karna sebentar lagi lepas landas

"Bokap gue jahat banget ya, Mey. Putri semata wayang di kirim ketempat terpencil." Meyga tertawa pelan mendengar gerutu Sinta

"Mending-mending, lo gak di kirim ke kongo"

Sinta, melotot mendengar jawaban Meyga. "Gila, mending gue gak usah jadi dokter kalo di kirim ke kongo. Bisa-bisa gue item dan mati kehausan"

"Udah, gak usah bawel. Yuk naik," Sinta menurut ajakan Assitennya tersebut

Sinta dan Meyga sudah duduk manis di kursi Pesawat. Pesawat bertujuan ke marauke inilah yang di tumpangi Sinta

Setelah lamanya perjalanan, akhirnya Sinta dan Meyga tiba di Papua nugini. Papua nugini adalah bagian Indonesia, yang penduduknya ber ras berkulit gelap, bermata besar. Mungkin bisa dipastikan Sinta yang paling kinclong

Dan, benar saja sudah ada pria jangkung berseragam tengah bersandar di mobil JIP. Sinta, menatapnya dengan mengerutkan kening, saat semakin dekat Sinta sangat mengenalinya

"Mas Rednan?"

"Sinta? Kok lo ada disini?." Rednan seorang sersan mayor itu pun tak kalah terkejut

Sinta dan Rednan dulunya adalah Tetangga, sempat dekat. Namun, mereka menganggap adik dan kakak, kadang-kadang keluarga mereka salah mengira jika mereka pacaran

"Lah, gue di tugasin papah kesini," jawaban Sinta membuat Rednan melebarkan mata

"Jadi, lo dokter umum yang baru?." Sinta hanya mengangguk menanggapinya

"Ya, udah deh naik!"

Sinta dan Meyga pun menaiki mobil JIP yang dibawa Rednan. Setelah, Rednan mengangkatkan koper milik Sinta dan Meyga. Rednan pun duduk di kursi kemudi

Perjalanan menuju Barak sangat ekstrem. Serasa menaiki roller coster, bagaimana tidak jalanan naik turun dan terlempar ke kiri dan ke kanan

"Gila, nih gak ada jalanan yang santuy dikit apa?." gerutu Sinta sebal

"Cuma ini jalanan yang paling cepet ke barak," Rednan masih fokus dengan jalanan yang menurutnya sudah biasa

Sinta, mendengus kesal dan memilih diam. Baru setengah perjalanan, tiba-tiba mobil terhenti

"Kenapa, Mas?." Rednan tidak menjawab pertanyaan Sinta

Setelah, terdiam Rednan mendengus kesal. "Mobilnya, habis bensin."

Jawaban, Rednan sungguh membuat Sinta tidak bisa menyembunyikan keterjutannya. Bahkan mulutnya menganga

"What? Seriously?!!!"

Rednan, tidak memperdulikannya dan langsung turun dari mobil. "Kamu, bantu saya dorong mobil ini." Meyga hanya menurut saat Rednan meminta bantuan

Sinta, masih mematung tak percaya, ini sebuah siksaan baginya

"Woy, turun dong lo bantuin dorong! Di depan ada pom mini." Lamun, Sinta buyar karena teriakan Rednan

Sinta, hanya mendengus kesal. Lalu turun dari mobil, dengan terpaksa Sinta harus membantu mendorong mobil, dalam hatinya tak henti-hentinya Sinta menyumpah serampah mobil sialan tersebut. Gak ngerti apa yang di jemput itu putrinya perwira tinggi Jendral Kevin winata?!!

Sebuah, ide terbesit di pikiran Sinta. Saat Meyga dan Rednan sibuk mendorong, Sinta memiliki ide cermelang yaitu dengan melarikan diri

Sinta, berjalan entah kemana. Yang, pasti jalanannya lebih sepi dari jalanan yang tadi. Tidak ada rumah atau kendaraan berlalu lalang, Sinta mengerutuki kebodohannya yang memilih kabur

Sinta, yang meras ketakutan mulai memacu jalanannya dengan belari. Berlari tidak tahu arah dan...

Brakk

****

Di bawah teriknya Matahari. Seorang Abdi negara harus siap menerima tugas-tugasnya apapun keadaan dan cuacanya

Seperti, yang di alami Rama. Letnan kolonel perwira menengah ini, mendapati tugas harus mengawasi jalanan yang di curgai tempat untuk lewatnya para pengedar Narkoba

Di bawah teriknya Matahari tidak membuat pria tampan itu menyerah, dengan mata yang tetap fokus Rama tetap menatap tajam sekeliling. Jalanan itu adalah jalanan sepi, tidak ada warga setempat yang melewatinya. Jika ada yang melewati, Rama wajib memeriksanya, dan patut di curigai

Rama, yang mulai bosan mulai bangkit dari persembunyiannya. Berdiri untuk merenggangkan otot-ototnya

Brak

"Awww" pekik seorang gadis cantik yang tanpa sengaja menabrak dada bidang Rama

Rama, terkejut sempat terkesima dengan gadis yang berada di depannya. Gadis itu hanya setinggi dadanya

"Angkat tangan!" Rama langsung menondongkan senjatanya, membuat gadis itu panik

"Eh, mau apa lo? Lo mau nembak gue?!"

Rama, hanya menatap tajam gadis cantik di depannya. "Tunjukan pengenal anda!"

"Ck. Apaansih gue mau lewat minggir dong!" Gadis itu hendak melangkah. Namun, langkahnya langsung di hentikan Rama

Hal, itu membuat gadis itu berdecak kesal, "Heh, Pak tentara. Lo pikir ini jalanan nenek moyang lo? gue mau lewat awas!"

"Tidak bisa, tunjukan pengenal anda. Jalanan ini sedang ada razia pengedar narkoba, karna jalanan ini sepi dan jarang di lewati. Kamu patut di curigai," Gadis itu tampak membesarkan matanya mendengar penuturan Rama

"Heh, emang tampang kaya gue ada tampang pengedar Narkobanya. Cantik-cantik kaya gini lo bilang pengedar Narkoba? Rabun ya mata lo!"

Rama, tidak bergeming dan tetap memasang wajah datar serta menondongkan senjata

"Tunjukan pengenal anda, maka saya akan mengizinkan anda lewat!" Gadis itu hanya bisa memutar bola mata jengah

Saat hendak mencari dompet, gadis itu baru mengingat jika lupa membawanya. "Mati aku!"

Wajah, gadis itu kini kian panik. Bertambah panik kini Rama menatapnya tajam

"Duh, Pak Tentara. KTP saya ketinggalan di tas, ada di mobil, mobilnya mogok. Izinin saya lewat ya? Masa gak percaya sih, cantik-cantik gini di kira pengedar Narkoba," celoteh Gadis itu panjang lebar

"Alasan sampah, banyak sekarang gadis muda seperti kamu ternyata terlibat aksi Narkoba. Karna kamu tidak bisa menunjukan pengenal kamu ikut saya!!" Dengan tegas, Rama menarik tangan Gadis itu

Gadis itu memberontak, "Heh, lepasin tangan gue! Gue mau dibawa kemana?"

Rama, hanya diam dan tetap membawa gadis itu. Dan sekarang Rama dan gadis itu sampai di barak

Rama, langsung membawa gadis itu ke ruangannya.

"Duduk!" gadis itu menurut dengan perintah Rama

Rama, pun duduk di kursinya. "Siapa nama kamu?"

"Deswina Sinta" jawabnya

"Usia?"

"20 tahun"

"Tempat tinggal?"

"Kok gue ngerasa di Introgasi sih?" jawab Sinta yang mulai jengah

"Harap anda berbicar formal dengan saya!"

Sinta, hanya bisa memutar bola mata jengah. "He, Pak Tentara. Gue sama lo itu cuma beda beberapa tahun, yaudah sih gak usah formal-formal"

"Beberapa tahun? Haha saya beda 10 tahun dengan kamu" jawaban Rama membuat Sinta metot

"What?"

"Oke, Sinta. Sekarang lo akan gue tahan dulu, sebentar lagi lo harus gue periksa."

Sinta, melongo tak percaya. "Kok, jadi Pak tentara sekarang yang gak formal?"

Rama, tersenyum miring. "Bukannya lo sendiri gak formal sama gue, udah lo ikut gue. Gue harus periksa lo."

Sinta kembali memberontak. "Enggak, gue gak mau. Gue itu gak bawa Narkoba, sumpah! beneran deh."

Rama, seolah tuli tidak memperdulikan rengekan sinta

"Sialan nih Tentara"

Terpopuler

Comments

Dini Eriani

Dini Eriani

jauh banget beda umurnya jangan 10 tahun dong

2022-08-30

0

edelweis arabella

edelweis arabella

woeyyy ibu xan berdua sahabatan loh😍

2021-03-20

0

"_" Restyptrd

"_" Restyptrd

lanjuttt

2020-08-15

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!