Budayakan Like Sebelum Baca🍻
Jangan lupa like terlebih dahulu, ikuti kisah kucing-kucingan Rama & Sinta
****
Kring kring kring
Pria setengahbaya yang masih sangat tampan itu membuka ponselnya, menatap layar yang menampilkan panggilan dari putrinya
Kevin, menghembuskan nafas berat lalu mengangkat telfon anaknya
"Assalamualaikum"
'Waalaikumsallam, pah?'
"Ada apa nelfon?" suara Kevin dibuat seketus mungkin
'Papah masih marah sama, Sinta?'
"Masih sedikit"
Kevin dapat mendengar suara helaan napas kasar dari, Sinta. 'Papah alay banget sih marahnya lebay'
"Lebay kamu bilang?! Kamu tahu papah hampir aja berurusan langsung dengan presiden, hanya karna tingkah kamu, Sinta?!!!" Kevin menggeram menahan amarah
'Mm---Mamah ada gak, pah?'
"Kenapa, nyariin Mamah kamu? Mau nyari perlindungan?"
Di sana Sinta tampak gemetar karna papahnya tahu rencananya, 'Engg--gak gitu pah'
"Udah, Papah sama mamah mau pergi. Papah tutup telponnya, Assalamualaikum"
'Eh, tung---'
Tuttt
Tutt
Tuttt
Sebelum Sinta menyelesaikan kalimatnya, Kevin terlebih dahulu mematikan panggilannya. Kevin mentap istrinya yang menuruni tangga
"Telfon sama siapa, Mas?" Tari menatap suaminya menyelidik
"Rekan kerja, ada sedikit masalah. Kita jadikan kumpul sama yang lain?" Kevin mencoba mengalihkan topik pembicaraan
"Jadi, Ustadz yusuf sama Aletha udah nyampe di caffe" Kevin mengangguk, lalu menggandeng Tari memasuki mobil
Mobil hitam elegant Kevin pun mulai keluar dari komplex kemiliteran. Setelah membelah jalanan Jakarta, mereka tiba di salah satu Caffe besar yang ramai. Kevin dan Tari langsung menaiki ke lantai 2 yang spesial sudah di booking
Sahabat-sahabatnya sudah ada disana, beserta anak-anak mereka yang cantik dan tampan
"Assalamualaikum" salam Kevin dan Tari
"Waalaikumsallam"
Mereka pun duduk dimeja, menatap satu sama lain. Karna kesibukan duniawi membuat mereka jarang bertemu, dan mereka sepakat akan mengadakan pertemuan. Semua acara akan di tunda demi berkumpul dengan sahabat
"Eh, ada pengantin baru. Selamat ya Bima dan Clara" Tari langsung menyalami pasangan muda yang baru beberapa hari ini menikah
"Tante, gak marah sama, Clara?" Clara terkejut karna yang dia tahu, Tari adalah Ibu dari Sinta. Mereka juga dekat, mengingat Clara adalah sahabat Sinta
"Gakpapa, Kalo bukan jodohnya ya mau gimana lagi? Sinta biarin nyari yang lain" senyum tulus terukir dibibir Tari
Bima, hanya bisa tersenyum kaku. "Sering-sering main ke rumah ya, Bim. Meskipun kalian udah gak ada hubungan sama Sinta, Tante udah anggep kalian ini keluarga"
Bima mengangguk menanggapi ujaran Tari, "Anakmu kemana, Tar?" kali ini Aletha yang bertanya
"Kalian tahukan kasus yang dialami, Sinta. Yaudah nih papahnya udah gak sabar, Sinta kita kirim jadi dokter relawan" semua orang mengangguk mengerti mendengar penjelasan Tari
"Lah, anakmu yang ganteng itu kemana, tha?" tanya Chelsea kepada Aletha
"Anakku kan, Tentara. Dia ada tugas yang aku sama Yusuf aja gak boleh tahu, ya kaya Kevin gitu,"
"Tentara itu pekerjaan mulia, jadi prajurit buat menjaga bangsa Indonesia. Lo kudunya bangga punya anak, Rama. Nurunin langkah gue banget" celetuk Kevin bangga
"Iya, deh Pak Jendral. Kami bangga kok" sahut Yusuf dengan senyuman
"Dari kita semua yang udah gendong cucu cuma Najwa sama Zulfan ya ternyata" Doni yang kali ini mengangkat suara
Mereka pun tertawa bersama, dan dengan lantangnya Aletha berkata. "Tuh, Bima sama Clara di kode bapaknya suruh bikin anak"
Bima dan Clara hanya tersenyum kaku mendengar ucapan Aletha
"Boleh juga tuh, Bim. Daddy udah pengen cucu nih" Bima ternganga melihat Daddynya merengek
"Wha--att?!"
****
"Eh, Nana!!"
Gadis cantik yang bernotabane perawat itu menghentikan langkahnya, saat Namanya di panggil. Nana membalikan badannya, mendapati gadis yang tak kalah cantik
"Kenapa?"
"Hari ini tugas kemana?" tanya Sinta tanpa basa basi
"Ke rumah warga sekitar, kalau enggak ke sekolah-sekolah"
"Oh, Thanks" Sinta langsung pergi meninggalkan Nana
Sinta, memasuki kamarnya mengambil peralatan. "Udah semua!"
"Meyga! Ayo kita berangkat, mobil udah siapkan?" Sinta sedikit berteriak, karna Meyga berada di luar kamar
"Udah, sin!"
Sinta langsung keluar saat mendapat sahutan dari, Meyga. Sinta mendapati Rednan dan Meyga yang sedang mengobrol
"Gue, gak mau ya kalo sampe mobilnya kehabisan bensin kaya kemarin!" Rednan hanya bisa menelan air liurnya mendapat peringatan dari Sinta
"Santai, bensinnya full. Udah yuk" Sinta pun menurut mengikuti langkah Rednan
Ada beberapa mobil JIP yang akan berpatroli, Sinta di tuntun Rednan menuju salah satu mobil JIP. Sinta tidak terlalu memperhatikan siapa supir yang tertidur di kursi kemudi, dirinya langsung duduk di samping kursi kemudi
Di belakang ada Meyga dan Rednan, dan mobil JIP lainnya mulai melaju. Sinta, yang mulai geram karna si supir tidak juga bangun berinisiatif membangunkannya
Sinta, hendak membuka koran yang menutupi wajah supir tersebut. Saat koran tersebut terbuka, mata sang supir pun ikut terbuka. Sinta hanya bisa diam bersitatap dengan mata hitam tersebut
Deg
Deg
Deg
Jantung, Sinta bahkan berdebar. "Lo!!" teriak Rama, membuat Sinta sadar dari lamunnya
"Oh, jadi ini supir di mobil ini? Rednan, gimana sih kalo supirnya Tentara songong ini gue ogah!" Sinta hendak turun. Namun, di cegah oleh Rednan
"Eh, jangan sin. Kita emang udah di kelompokin, Kolonel Satria yang udah nentuin" Rama dan Sinta mendengus kesal mendengar penjelasan Rednan
"*Bener-bener si, Satria. Pasti dia sengaja gue di satuin klub sama nih dokter bar-bar"
"Ini pasti ulah Kolonel cupu itu, awas aja gue laporin ke bokap*"
Dengan terpaksa Rama mulai melajukan mobilnya. 'Hening' itulah suasan di mobil menuju perdesaan
Sinta, pun memutar musik kesukaannya. Yaitu, Taylor swift-Love Story. Rama yang tidak menyukai lagu berlirik inggris itu langsung menggantinya menjadi lagu, Kita Lawan Mereka-Stand Here Alone
"Apaan sih lagunya kok di ganti!" Sinta sudah menampakan wajah garangnya
"Kita itu orang Indonesia, dengerin lagunya ya yang bahasanya Indonesia" Rama berbicara dengan santai. Lalu, kembali fokus dengan jalanan yang sedikit terjal
"Ihh, bilang aja lo gak tahu artinya!" Sinta sudah menatap sebal Rama
Rama, pun ikut menatap sebal Sinta. "Enak aja, gue gini-gini berpendidikan kali!"
"Puter lagunya Taylor swift!!"
"Gak, gak mau!!!"
Sinta pun langsung memutar lagu, Love story. Namun, langsung di ganti Rama kembali. Terjadilah perdebatan antara Rama dan Sinta lagi
"Woy!!! Lo berdua bisa gak sih sekali aja akur? Plis gue pusing dengernya?!!!" Rednan menatap jengkel kedua manusia berbeda kelamin yang selalu saja bertengkar
"Dia duluan!!" jawab serempak Rama dan Sinta
Meyga dan Rednan hanya bisa menghembuskan nafas kasar. "Udah biar adil, kita puter lagu dangdut aja,"
Buk
Satu timpukan bolpoin terkena kepala Rednan, pelakunya adalah dokter cantik. "Itukan mau lo!"
"Udah mending gak usah deh muter-muter lagu" akhirnya Meyga mengakat suara
"Iya bener apa kata, Meyga." Imbuh Rednan dengan memegangi kepalanya yang habis di lempari bolpoin Sinta
Akhirnya, mereka memilih diam. Sinta menatap jalanan, jalanan di perdesaan ini sangat terjal. Jalanan yang belum di aspal, bahkan tanahnya licin. Apalagi, kemarin malam hujan. Itu adalah salah satu tantangan para Abdi negara untuk tetap mempertahankan Rakyat Indonesia
Setelah, lamanya perdebatan. Akhirnya mereka sampai di sebuah persedesaan. Perdesaan, itu tersusun seperti bukit. Rumah mereka berada di bukit-bukit, dan yang bukit paling atas biasanya adalah rumah para tetua desa tersebut
"Ini sih perlu di abadikan ke instagram" Sinta mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto selfie
"Alay!" Sinta menatap tajam Rama karna menyindirnya
"Syirik aja sih lo, Tentara songong!!"
Rama hanya menjulurkan lidahnya, meledek Sinta
TBC🍻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Daniah Daniah
up dong thor
2020-08-16
0
Daniah Daniah
ku suka ceritanya
2020-08-15
0