Siapa yang tahan dengan pesona Tentara seksi yang super tampan. Sinta, pun merasa begitu. Namun, berbeda dengan Tentara yang saat ini sedang menahannya. Baginya ini dia adalah Tentara yang paling menyebalkan
"Aduh, Pak tentara. Gue kebelet pipis"
Rama tidak bergeming tidak memperdulikan rengekan Sinta. "Diam, sebentar lagi Kolonel Satria akan tiba"
Tok
Tok
Tok
Pintu ruangan Rama di ketuk, Rama pikir itu adalah Satria. Namun, bukan yang tiba adalah Sersan mayor Rednan sekaligus sahabatnya
"Rama!!"
"Assalamualaikum dulu" tegur Rama acuh
"Assalamualaikum" Rednan masih mengatur nafasnya yang ngos-ngosan
"Waalaikumsallam"
"Lo, kenapa sih? Ngos-ngosan gitu, dari mana aja? Di suruh jemput dokter umum baru lama banget. Mana dokter umumnya, gue harus bicara" Rednan menghembuskan nafas kasar mendengar celoteh Rama
"He, bambang. Lo bisa diem gak? Kasih gue kesempatan ngomong!" Rama tertawa mendengar protes Rednan
"Iya, Sory. Terus mana dokter umumnya?" Rama tampak celingak celinguk
"Dokternya ilang"
"Apa?!!" Rama tidak bisa menyembunyikan keterjutannya
"Huh, lo juga ngapain disini? Siapa juga tuh cewek?" Rednan sedikit melirik Sinta, dirinya belum sadar siapa gadis itu. Sedangkan, Sinta hanya diam memperhatikan tingkah Rednan
"Dia tahanan gue, tadi lewatin jalanan tempat Razia narkoba" Rama menjawab dengan santai
Entah, Rednan sangat penasaran. Rednan pun masuk ke ruangan Rama, mendekat kepada gadis itu. Dan betapa terkejutnya Rednan saat mengetahui siapa gadis itu
"Sinta?!!"
Rama mendekat kepada Rednan, "Lo kenal sama cewek ini?"
Rednan, hanya bisa menepuk jidatnya. "Pantesan dokter umumnya ilang, orang lo jadiin tahanan"
Rama, tampak bingung dengan perkataan Rednan, "Maksud lo?"
"Iya, gue dokter umum baru disini. Dan gue Sinta" celetuk Sinta langsung berdiri
Sinta, berkacak pinggang menatap Rama. Rama, hanya menatapnya datar
"Beneran, Red. Ini dokter umumnya? Gue gak yakin dia dokter" Rama menatap remeh Sinta yang membuat gadis itu kesal
"Songong banget lo ya! Baru juga jadi Tentara. Asal lo tahu, gue udah bisa jadi Dr. Sinta hanya dengan waktu 1 tahun" ujar Sinta dengan bangga
Rama yang mendengar tersenyum miring, "Gue jadi ragu, bisa-bisa nanti dia salah nyuntik"
Sinta, yang kesal meningjak kaki Rama. "Gue suntik juga tuh mulut lo!" Sinta langsung pergi dari ruangan Rama, meninggalkan Rama yang menahan kesal karna kakinya di injak Sinta
"Berani banget lo sama, Sinta bro" Rama memadang heran Rednan
"Emang, kenapa? Dia cuma dokter umum" Rama masih santai saja
Rednan terkekeh lalu berbisik kepada Rama, "Dia anaknya Perwira tinggi Jendral Kevin winata"
Deg!!!
Seketika mata Rama melebar, "Yang bener lo? Tadi dia sebutin Namanya cuma Deswina Sinta"
"Nama lengkapnya, Deswina Sinta Winata. Dahlah gue balik dulu mau mandi, Bye Assalamualaikum"
Rama masih mematung, dan tidak menjawab salam Rednan. "Gue bener-bener gila! Gimana kalo tuh bocah lapor sama bapaknya?"
Rama, hanya bisa mengusap wajah kasar
Tok
Tok
Tok
Tidak lama masuklah pria seumuran dengan Rama. "Mana, orang yang lo curigai, Ram?" Satria bertanya dengan antusias
Singkatnya. Rama, Rednan, dan Satria adalah teman. Bedanya Rednan lebih muda dari kedua temannya, mereka sama-sama dari keluarga yang terpandang. Namun, memilih pekerjaan yang berat
"Salah orang gue" Satria yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepala
"Gimana sih lo?! Emang siapa yang lo bawa?"
Rama, hanya bisa menghembuskan nafas kasar. "Dokter umum baru"
Sontak saja, Satria tertawa keras. Jika hanya berdua, maka Rama dan Satria akan berbicara santai. Mengingat pangkat Satria yang lebih tinggi dari Rama, Satria mendapat pangkat Perwira menengah kolonel karna bantuan dari Ayahnya. Sedangangkan, Rama dia berusaha keras agar mendapat pangkat Letnan kolonel
"Gak usah ketawa lo, dah lah gue mau mandi" Rama meninggalkan Satria yang masih tertawa terbahak-bahak
****
"Aduh, Sinta. Lo gakpapa kan? Kok lo bisa sih, nyampe sini duluan. Gue sama Rednan itu jauh-jauh dorong mobil, kok lo cepet banget sih nyampenya. Heran gue punya majikan lo"
Sinta, hanya bisa memijat pelipisnya mendengar celoteh Meyga yang sedang memeriksa setiap inci tubuh Sinta
"Gue, gakpapa kenapa sih heboh banget" Sinta hanya menjawab dengan santai
"Duh, Sinta. Kalo lo ngilang gue bisa di tembak sama, Bapak lo"
Sinta hanya bisa memutar bola mata jengah, "Gue capek. Mana kamar kita?"
"Tuh!" Meyga menunjuk salah satu barak yang tak jauh dari tempat Sinta berdiri
"Koper semua udah lo masukin?" Meyga mengangguk cepat menanggapi pertanyaan Sinta
Sinta, pun dengan langkah gontai mendekat ke arah kamarnya
Bruk
Lagi dan lagi Sinta harus bertabrakan dengan pria tinggi yang menyebalkan. "Jalan itu pake mata dong!" bentak Sinta
Rama, hanya memandang jengah Sinta. "Dimana-mana jalan itu pake kaki"
"Kalo, gak pake mata lo gak bisa lihat jalan!"
Rama, hanya bisa menghembuskan nafas kasar. "Kenapa sih setiap gue lihat lo bawaan sial mulu, orang lo tadi yang nabrak gue!"
Perkataan Rama membuat Sinta kesal. "He, yang jelas-jelas nabrak itu lo bukan gue!"
"Badan lo aja yang kekecilan jadi gue gak lihat" Lagi dan lagi Rama tidak mau kalah
"Enak aja, badan lo yang kegedean!"
Rama, hanya menjulurkan lidahnya meledek Sinta. Sinta yang geram hendak berjinjit untuk menjambak rambut Rama
"Eh, Mas rama!!" Belum sempat Sinta menggampai rambut Rama, Rama sudah diamankan gadis cantik yang berwajah polos
"Sinta?"
"Nana?"
Betapa terkejutnya Sinta melihat Arana/ Nana. Musuh bebuyutannya sejak SMA, banyak yang mengira Nana adalah gadis polos yang pendiam. Namun, tidak dengan Sinta. Sinta sangat mengenal bagaimana sifat Nana
"Nana, kenal sama dokter gila ini?" Rama bertanya dengan sengaja meledek Sinta
"Enak aja lo bilang gue dokter gila, dasar lo nyebelin!" Sinta hendak menyerang Rama. Namun, di cegah oleh Nana
"Apaan sih lo, bisa minggir gak?" nada Sinta meninggi jika berbicara dengan Nana
"Iya, Mas. Nana kenal sama Sinta, dia teman Nana waktu SMA" Nana berbicara dengan lugu
Rama, mengangguk mengerti. Sinta hanya menatap sinis kedua manusia di depannya
"Gak usah sok lugu deh, gue tahu lo gimana" sindir Sinta kepada Nana
"Lo kenapa sih, sin. Masih dendam aja sama gue" Nana masih berbicara sok lugu
"Cih, sok-sok an banget sih. Kenapa juga perawat disini harus lo" Sinta memandang sinis Nana
"He, dokter bar-bar. Mending lo balik ke kamar lo deh, siap-siap bentar lagi magrib" Kali ini Rama mengangkat suara
Sinta, berkacak pinggang menatap tajam Rama. "Gak usah ikut campur lo, Tentara songong"
"Dibilangin malah nyolot lo" satu jitakan terkena di dahi Sinta. Membuat gadis mengkerucutkan bibirnya kesal
"Ih, sakit tahu!" Sinta hendak menyerang. Namun, lagi-lagi di halangi Nana
"Sinta, lo yang sopan dong. Mas Rama ini Letnan kolonel" Sinta menatap jengah Nana yang sedang berbicara
"Yang sopan dong. Mas rama ini Letnan kolonel" Sinta menirukan gaya bicara, Nana. Namun, terkesan mengejek. "Apaan sih, Alay tahu gak? Sok banget pakek mas-mas!" tambah Sinta
Rama, yang geram hendak menjitak Sinta. Namun, buru-buru Sinta lari dengan menjulurkan lidahnya
Rama, hanya bisa menghela nafas. "Maafin, Sinta ya mas. Dia emang seperti itu"
Rama, tersenyum tipis mendengar penjelasan Nana, "Iya na. Gakapapa, saya duluan mau ke masjid"
Nana mengangguk
TBC🍻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
edelweis arabella
sinta perakitan kyk ibux,,woey sinta lo gk tw yh ppmu it dl cinta ma ibux si tentara songong 😂
2021-03-20
0
AmaL
jadi inget cakrawala😊
2020-09-06
3