Aturan Yang Mencekik

Aku melihat diriku di cermin. Aku cantik. Aku tidak sombong. Teman-temanku juga mengatakan begitu. Aku memang cantik. Apalagi dengan balutan gaun warna putih bersih, hijab yang ditata rapi, make up yang bernuansa arabian, kuakui aku cantik. Aku pernah bermimpi menjadi pengantin bak ratu yang akan membuat iri seluruh dunia. Aku kini memang menjadi pengantin, tapi bukan seperti yang kuharapkan. Aku ingin menikah dengan orang yang layak sekalipun hasil perjodohan, tak apa asal pantas dan enak dipandang. Tapi kini lihatlah aku menjadi pengantin dari pria tua kaya yang sudah beristri tiga. Siapakah yang bercita-cita demikian di dunia ini?

"Nyonya, Nyonya Halimah menunggu di depan pintu" Marni melaporkan.

Aku mengangguk. Rasanya hatiku seperti diremas-remas, diiris-iris, sakit sekali. Kulihat Mbakyu sudah cantik dengan kaftan warna marunnya. Ia menungguku. Senyumnya masih sama.

"Semua tamu sudah menunggu, ayo" Kata Mbakyu. Aku menurut.

Aku menuruni tangga didampingi Mbakyu dan diikuti para pelayanku dan pelayan Mbakyu. Seluruh mata memandangku dan memberi tepuk tangan. Tampak sekali para tamu adalah orang-orang kaya jika dilihat dari dandanannya.

Romo menungguku di ujung tangga, ia membengkokkan tangan agar kuraih. Mbakyu melepas tanganku dan menyerahkan pada Romo. Bagaimana bisa dia membiarkan suaminya bergandengan tangan dengan perempuan lain. Jika aku jadi dia aku akan ngamuk. Aku beri tersenyum demi memainkan peran dengan baik.

Romo membawaku ke pelaminan kecil tema rustik. Lalu seluruh hadirin bertepuk tangan dengan riuh.

"Terima kasih kepada seluruh hadirin yang bersedia hadir pada hari bahagia ini, untuk istri-istri saya yang selalu kompak, Halimah, Jenny dan Lestari. Kami ucapkan selamat datang untuk istri keempat saya, Azimah" Begitu Romo berpidato. Aku enggan mendengar lebih lanjut seluruh omong kosongnya.

Aku sempat melirik Jenny dan Lestari yang berada tak jauh dari kami. Mungkin aku adalah ratu hari ini, tapi mereka berdua adalah permaisurinya. Jika mereka seumuranku tentu aku kalah cantik. Lalu kulihat wajahnya. Jenny tampak datar saja, ia bisa menjaga keanggunan dirinya agar tidak mudah tertebak suasana hatinya.

Sementara Lestari yang sepertinya seumuran dengan Jenny, tampak sedikit murung. Jelaslah, siapa yang tahan melihat suami nikah lagi. Namun ia berusaha menutupi dengan sikapnya yang juga seanggun Jenny. Lalu kulihat pula Mbakyu Halimah. Ia tampak bersahaja, lenggono, menerima dengan ikhlas apa yang ada di hadapannya. Bagaimana ia bisa seperti itu. Mungkin karena usia menumbuhkan kedewasaan. Atau sudah terlanjur biasa

Selesai dengan pidato panjangnya, Romo mengajakku berkeliling menemui para tamu. Pertama yang ditemuinya adalah Wakil Bupati, beliau berkenan hadir padahal sedang sibuk-sibuknya. Sebegitu berpengaruhnya suamiku di daerah ini. Kemudian para kolega, rekanan bisnis juga sahabat sehobi bulu tangkis.

"Romo ini memang Arjuna nya Lombok hahhha, masih kuat kan Romo?" Kata salah seorang tamu.

"Hahaha, sini berguru dulu" Timpal Romo.

"Cantik sekali Romo, pintar nyari istri" Kata yang lain.

"Perempuan Jawa memang cantik-cantik" Sahut yang lain.

Muak aku mendengar pujian yang terkesan basa-basi. Aku ingin segera ke kamar untuk menyendiri, nonton tivi atau main hape. Aku bosan di sini.

"Mehmed!!" Panggil Romo.

Seorang cowok remaja sedikit berlari mendekati kami. Mungkin usianya tiga belas atau empat belas tahun. Oh, jadi ini anak tunggal Romo. Kupikir sudah dewasa ternyata masih remaja. Tapi dia tampan, nanti kalau sudah gede pasti banyak cewek mengantri.

"Wah, jagoan Romo sudah segini gedenya, kapan-kapan ajaklah main golf bareng, saya yakin kemampuannya pasti mengalahkan Romonya haahaha" Kata salah seorang tamu.

"Wah gak jadi tak ajak kalau begitu hahahaha" Jawab Romo.

Puas berkeliling kami berfoto bersama. Aku, suamiku, anak tunggalnya dan para istrinya. Acara pesta ini berlangsung cukup lama hingga mambuat kepalaku pening. Para pelayan sibuk melayani para tamu hingga aku sendiri terlupakan untuk dilayani. Aku yakin acara ini pasti akan viral di sosial media. Selamat untuk Romo, sekarat untukku.

***

"Alhamdulillah Nduk, piye kabarmu, Ibumu nangis ae" Begitu kata Bapak ditelepon saat aku meneleponnya.

Sudah seminggu aku di Lombok tapi belum menelpon sama sekali. Bagaimana bisa, hapeku diganti dengan yang lebih bagus oleh Romo tanpa memindah kartu SIM, semua nomer hilang. Untunglah aku masih menyimpannya di buku catatan dari Ibu. Hanya beberapa nomer. Nomer Bapak, Mbak Fitri dan Firman. Tetapi sejak kemarin nomer Firman tidak bisa dihubungi. Kamu kemana Fir, aku kangen.

"Ibu kenapa Pak?" Tanyaku khawatir.

"Ndak popo ya cuma kuatir kok gak ada kabar, sebentar tak panggilkan Ibumu dulu"

Tak berapa lama Ibu berbicara.

"Nduk, piye kabarmu**?" Tanya Ibu gemetar. Mungkin dia nelangsa dengan nasibku.

"Aku baik Bu, Ibu ndak usah mikirin macem-macem, aku sudah besar, insyaallah mampu jaga diri, dimana Yasmin?"

Tak berapa lama Yasmin berbicara.

"Mbak Zi.... Aku kangen" Air mataku menetes, aku kange dia, tapi aku harus kuat, agar Ibuku juga sehat.

"Iya Mbak Zi juga dek, nanti kalau Mbak Zi ada waktu tak ajak jalan-jalan ke Lombok" Aku hanya menghibur, sebenarnya aku tidak yakin bisa membawa keluargaku ke sini. Aku juga tak ingin berlama-lama di sini. Harapanku, aku secepatnya bercerai dan membangun hidupku sendiri, menjadi kaya dan bisa bahagia dengan siapapun yang kusayangi.

"Janji ya" Kata Yasmin.

"Asal kamu juga janji jadi juara"

"Oke....."

Begitulah, kangenku cukup terobati hari ini. Aku rindu semuanya. Aku rindu saat Ibu membuatkan pisang goreng, saat Bapak mengajak ke sawah, saat mengerjakan tugas kelompok dengan teman-temanku. Aku rindu Firman. Sedang apa dia. Apakah dia masih mencintaiku setelah aku dinikahi oleh orang lain. Apakah dia sudah move on.

Tok...tok...tok..

Suara ketikan pintu membuyarkan lamunanku.

"Nyonya, Nyonya Halimah ingin bertemu" Kata Tina, pelayanku.

Tak berapa lama Mbakyu Halimah masuk ke kamarku. Senyumnya masih ramah seperti sebelumnya. Hanya dia yang kukenal di sini selain Tina dan Marni, para pelayanku.

"Kenapa tidak keluar kamar?" Tanya Mbakyu.

Aku hanya menjawab dengan senyuman.

"Belum kerasan di sini? Ndak papa, lambat laun juga akan terbiasa" Kata Mbakyu.

"Mehmed, sudah kelas berapa Mbakyu?" Tanyaku membuat obrolan agar tidak kaku.

"SMP kelas tiga, dia satu-satunya darah daging Romo yang berhasil hidup dan terlahir"

"Berarti selain Mehmed, gugur?" Aku mulai penasaran.

"Ya, entah karena kandungan si ibu uang lemah atau benih Romo yang kurang sehat. Semuanya gugur" Jelas Mbakyu.

Oh mungkin itulah alasannya Romo menikah sampai empat kali. Oh Ya Tuhan, bisa jadi aku adalah harapan terakhirnya. Gawat ini, jika benar demikian pasti Romo meminta jatah, dia berharap aku mengandung anaknya. Bagaimana ini. Tamatlah.

"Jangan khawatir, akan kubimbing kamu hingga dapat membaur di sini"

Aku mengangguk.

"Kuberitahu peraturan di sini, pertama kamu boleh menyuruh seluruh pelayan di rumah ini kecuali yang telah ditugaskan melayani anggota keluarga yang lain"

Oke aku mengerti, lagipula aku tidak mengenal siapapun selain Mbakyu, Tina dan Marni. Itupun tidak terlalu akrab. Aku masih belajar beradaptasi.

"Kedua, Romo sering bepergian ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk urusan kerja, biasanya Romo akan mengajak istrinya, entah salah satu atau semuanya akan diajak. Dan ketika jatuh giliranmu kamu tidak boleh menolak, jika bukan giliranmu, jangan meminta"

"Siapa yang akan menentukan siapa yabg harus mendampingi Romo?"

"Romo sendiri yang akan menentukan"

Oh, jadi para istri tidak punya hak apapun di rumah ini, tidak boleh menolak, juga tidak boleh meminta. Aturan macam apa itu. Baiklah aku tidak akan berdandan cantik, tidak bersolek juga tidak perawatan, biarlah istri yang lain yang selalu mendampingi Romo. Aku akan berdiam di rumah sambil baca buku, atau mengurus dapur atau apalah yang dilakukan para pelayan, aku sanggup. Jauh lebih sanggup dari harus mendampingi Romo.

"Aturan ketiga, saat Romo di rumah, kita wajib makan bersama. Jika Romo sedang tidak di rumah kita boleh makan dimana saja, di dalam kamar, di dapur di taman, terserah, tapi jika Romo di rumah harus bersama di meja makan. Biasanya saat itu adalah momen berkumpulnya kita semua, di situ kita bisa ngobrol dengan Romo, tentunya dengan tata krama yang baik, yang santun apalagi dengan Romo"

Yang ini bisa kuterima, keluarga kota memang biasa menggunakan meja makan sebagai momen berkumpulnya keluarga. Oke aku maklum itu.

"Aturan keempat, Mehmed. Dia adalah anak tunggal Romo, pewaris seluruh harta milik Romo. Jika kaku pernah lihat cerita drama kolosal, Romo adalah raja dan Mehmed Perdana Menterinya. Oleh karena itu semua wajib menghormati Mehmed. Tidak ada yang berhak membentak atau memarahi Mehmed. Kecuali Romo"

Ini juga bisa kuterima. Aku tidak terlalu akrab dengan anak itu, jadi kurasa tidak akan ada masalah dengannya.

"Kelima, menjaga keharmonisan keluarga. Saya paham pasti sulit bagi para istri untuk berbagi suami, tapi jika kita ikhlas semua akan baik-baik saja. Kita tidak diperkenankan memarahi atau merendahkan istri uang lain. Karena kedudukan kita semua sama"

Itulah sebabnya ia bisa tegar dengan poligami yang dia alami. Mungkin tidak sulit bagiku untuk berbagi Romo dengan istri lainnya karena aku memang terpaksa menikah dengannya. Tapi bagi istri yang lain tentu sulit untuk menerima dimadu.

"Aturan keenam, keluar rumah harus dengan ijin dari Romo, jika Romo sedang tidak di rumah, mintalah jjin padaku. Romo sudah mempercayakan ini padaku"

Tak apa, aku paham maksudnya. Memang sebagai seorang istri harus mendapatkan ijin suami jika keluar rumah. Aku sudah mempelajari hal itu. Salah satu halaman di buku catatan dari Ibu menyebutkan demikian.

"Aturan terakhir, menjaga sikap sebagai istri Romo, yang anggun, yang berkelas dan elegan, jangan sembarang bicara atau sembarang mengambil keputusan, baik di rumah maupun di luar rumah. Jaga etika baik-baik"

Aku mengangguk tanda mengerti.

"Mbakyu, apa akibatnya jika melanggar aturan tadi"

"Romo sendiri yang akan menentukan hukumannya"

Aku kembali mengangguk. Jadi selain aturan ada hukuman juga. Ya ya ya. Ini bukan rumah, tapi asrama.

"Mbakyu, apakah menurutmu, Romo bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya?"

Mbakyu diam sejenak. Ia memandangku dengan penuh tanya. Mungkin pertanyaanku terlalu lancang. Aku menunduk. Pasrah jika tidak ada jawaban atas pertanyaanku.

"Nanti kau juga akan tahu, kau sendiri yang akan merasakan adil tidaknya Romo"

Mbakyu mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.

"Ini kartu kredit dan ATM atas namamu, tetapi semua data sudah diparalelkan dengan Romo, jadi Romo akan mengontrol keuangan kita. Jika melebihi batas kewajaran, Romo pasti akan mencari tahu kemana aliran dana itu disalurkan"

"Tunggu Mbakyu, kapan saya membuka rekening?"

"Semua sudah diurus oleh asisten Romo. Kemarin sore ada pihak Bank yang membukakan rekening atas namamu, jadi kau tidak perlu ragu. Segala uang yang ada di ATM ini adalah milikmu yang akan di transfer setiap bulan oleh Romo"

Oke oke, aku pegang ATM juga kartu kredit, tapi aku gak bisa keluar sesukaku, lalu buat apa uang itu jika tidak dibelanjakan.

Rumah yang penuh aturan. Jadi aku bukanlah tuan rumah di sini, tapi tahanan. Aku seperti burung dalam sangkar, ikan dalam akuarium, katak dalam tempurung, ayam di kandang, kucing di rumah majikan, serta sapi dicocok hidungnya.

Akulah istri keempat, tahanan baru di rumah ini. Aku seperti boneka tanpa baterai. Entahlah mau sampai kapan aku bertahan. Atau aku akan meregang nyawa di sini.

"Mbakyu" Panggilku.

"Hm? Ada yang ingin kau tanyakan?"

"Sebenarnya apa pekerjaan Romo Djani, sampai mampu..."

"Sampai mampu membeli gadis seeetimu?" Tebak Mbakyu.

Aku mengangguk pelan mengiyakan.

"Hmm....Agraria. Romo memiliki usaha di bidang agraria. Ada perkebunan sawit di Padang, kebun teh di Cimahi, lahan kayu jati di Batam, kebun tanaman kosmetik di Lombok sini, Romo juga punya Hotel di Jogja dekat dengan lokasi Keraton. Penginapan di Bangli yang ditempati Romo kemarin juga miliknya. Romo juga punya hobi jual beli tanah yang cukup menguntungkan. Ada beberapa lagi yang aku tidak begitu paham, ada di Sulawesi dan Malaysia. Sepertinya juga perkebunan"

Wow.... sumpah gila. Suamiku orang yang kaya raya. Pantaslah pelayannya banyak bener. Jika saja agama tidak membatasi jumlah istri pastilah istrinya sudah puluhan.

"Mbakyu, bagaimana Mbakyu bisa setegar itu? Maksud saya...Mbakyu kok bisa..."

"Ya..ya saya paham, bagaimana saya bisa bertahan dengan poligami kan? Hmm awalnya memang sulit, tapi aku sadar, aku pernah berada di posisi maduku"

Aku mengernyitkan dahi tanda belum mengerti.

"Aku bukan istri pertama Romo, aku yang kedua. Istri pertamanya wafat saat melahirkan, tapi sayangnya bayinya juga meninggal beberapa hari kemudian"

Oh, mungkin Romo kehilangan cinta sejatinya makanya dia nikah bolak balik sampai menikahiku, dia sedang ingin menumbuhkan kembali gairah cintanya yang hilang seiring dengan wafatnya istri pertamanya. Pantas saja ia belum punya anak. Kasihan juga jika memang benar kemudian. Tetapi kenapa pilihan itu jatuh padaku, apakah Tuhan punya misi untuk menyembuhkan suamiku. Lalu apa manfaatnya untukku. Ah, Tuhan takdirmu benar-benar tidak kumengerti.

***

Terpopuler

Comments

Lafaigh Ufaufi

Lafaigh Ufaufi

mengikuti aja...semoga menarik..

2021-08-13

0

Wanda Harahap

Wanda Harahap

Masih Penasaran
lanjutkan

2021-07-30

0

Яцяу

Яцяу

nyimak.. ceritanya menarik

2021-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kematian Pengantin
3 Perjalanan
4 Istana Putih
5 Aturan Yang Mencekik
6 Obrolan Malam
7 Kedua Pelayanku
8 Tuan Bayu
9 Cemburunya Sang Istri
10 Varun Azmir Khan
11 Oleh-oleh Kalimantan
12 Drama Toko Bunga
13 Masa Lalu Yang Pahit
14 The Beauty Of Jenny
15 Pertemuan di Batu Layar
16 Mehmed
17 Rahasia Mehmed
18 Varun Yang Gila
19 Tragedi Subuh
20 Kehamilan Lestari
21 Bubur Kacang Hijau
22 Hukuman Mehmed
23 Kehamilan Lestari #2
24 Mendidik Mehmed
25 Melati
26 Pelukan Hangat Itu
27 Perpisahan di Narmada
28 Pembuktian
29 Keluarga Ali Khan
30 Darah Panas Varun
31 Ke Tiga Belas
32 Istri Pertama
33 Istri Kedua
34 Istri Ketiga
35 Istri Keempat
36 Istri Kelima
37 Istri Ke Enam
38 Istri Ketujuh
39 Istri Kedelapan
40 Istri Kesembilan
41 Istri Kesepuluh
42 Istri Kesebelas
43 Istri Keduabelas
44 Dan Kau Yang Ketigabelas
45 Rucuh Tape Pandan
46 Kegagalan
47 Azam Qodir
48 Tersangka
49 Penyusup
50 Black Cohost
51 Pria Paling Tak Bahagia
52 Hari yang Aneh
53 Yes, Bali
54 Peristiwa di Bali
55 Pesta Berbeque
56 Paralayang
57 Persiapan
58 Dawuh Ibu
59 Pergantian Tahun
60 Kepulangan
61 Kutukan???
62 Ayana
63 Tentang Ayana
64 Keputusan
65 Langit-langit Rumah Sakit
66 Tugas Penting
67 Raden Susilo
68 Berita dari Jepara
69 Weton
70 Surat dari Jepara
71 Gagal
72 Bangun Nikah
73 Surat di Atas Pusara
74 Percakapan Tersembunyi
75 Dia Kembali
76 Diambang Kehancuran
77 Tamu Sedaerah
78 Dua Pria
79 Ibrahim
80 Kebenaran Baru
81 Amplop Cokelat
82 Catatan Kriminal
83 Hanya Boneka
84 Pertemuan Mataram
85 Gudang Kosong
86 Misi Penyelamatan
87 Permintaan Fadhiya
88 Kiriman Tuhan
89 Permintaan Varun
90 Permintaan Varun #2
91 Wejangan Ibu
92 Suatu Malam yang Dingin
93 Kulepaskan
94 Suatu Perpisahan
95 Berpamitan
96 Savitri Satyawan
97 Kembali
98 Bayu dan Kedua Rekannya
99 Gelap
100 Permainan Bayu
101 Marni Yang Cerdas
102 Pengakuan
103 Pasukan Mbakyu
104 Baku Hantam
105 Kobaran Api
106 Enam Jiwa Saru Malam
107 Penyelidikan
108 Persidangan
109 Persidangan #2
110 Persidangan #3
111 Warisan
112 Allahu Akbar
113 Final Episode
Episodes

Updated 113 Episodes

1
Prolog
2
Kematian Pengantin
3
Perjalanan
4
Istana Putih
5
Aturan Yang Mencekik
6
Obrolan Malam
7
Kedua Pelayanku
8
Tuan Bayu
9
Cemburunya Sang Istri
10
Varun Azmir Khan
11
Oleh-oleh Kalimantan
12
Drama Toko Bunga
13
Masa Lalu Yang Pahit
14
The Beauty Of Jenny
15
Pertemuan di Batu Layar
16
Mehmed
17
Rahasia Mehmed
18
Varun Yang Gila
19
Tragedi Subuh
20
Kehamilan Lestari
21
Bubur Kacang Hijau
22
Hukuman Mehmed
23
Kehamilan Lestari #2
24
Mendidik Mehmed
25
Melati
26
Pelukan Hangat Itu
27
Perpisahan di Narmada
28
Pembuktian
29
Keluarga Ali Khan
30
Darah Panas Varun
31
Ke Tiga Belas
32
Istri Pertama
33
Istri Kedua
34
Istri Ketiga
35
Istri Keempat
36
Istri Kelima
37
Istri Ke Enam
38
Istri Ketujuh
39
Istri Kedelapan
40
Istri Kesembilan
41
Istri Kesepuluh
42
Istri Kesebelas
43
Istri Keduabelas
44
Dan Kau Yang Ketigabelas
45
Rucuh Tape Pandan
46
Kegagalan
47
Azam Qodir
48
Tersangka
49
Penyusup
50
Black Cohost
51
Pria Paling Tak Bahagia
52
Hari yang Aneh
53
Yes, Bali
54
Peristiwa di Bali
55
Pesta Berbeque
56
Paralayang
57
Persiapan
58
Dawuh Ibu
59
Pergantian Tahun
60
Kepulangan
61
Kutukan???
62
Ayana
63
Tentang Ayana
64
Keputusan
65
Langit-langit Rumah Sakit
66
Tugas Penting
67
Raden Susilo
68
Berita dari Jepara
69
Weton
70
Surat dari Jepara
71
Gagal
72
Bangun Nikah
73
Surat di Atas Pusara
74
Percakapan Tersembunyi
75
Dia Kembali
76
Diambang Kehancuran
77
Tamu Sedaerah
78
Dua Pria
79
Ibrahim
80
Kebenaran Baru
81
Amplop Cokelat
82
Catatan Kriminal
83
Hanya Boneka
84
Pertemuan Mataram
85
Gudang Kosong
86
Misi Penyelamatan
87
Permintaan Fadhiya
88
Kiriman Tuhan
89
Permintaan Varun
90
Permintaan Varun #2
91
Wejangan Ibu
92
Suatu Malam yang Dingin
93
Kulepaskan
94
Suatu Perpisahan
95
Berpamitan
96
Savitri Satyawan
97
Kembali
98
Bayu dan Kedua Rekannya
99
Gelap
100
Permainan Bayu
101
Marni Yang Cerdas
102
Pengakuan
103
Pasukan Mbakyu
104
Baku Hantam
105
Kobaran Api
106
Enam Jiwa Saru Malam
107
Penyelidikan
108
Persidangan
109
Persidangan #2
110
Persidangan #3
111
Warisan
112
Allahu Akbar
113
Final Episode

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!