ISTRI KE 13
Nikmatnya pagi ini. Coba katakan adakah suasana yang senikmat pagi ini. Matahari tidak begitu menyengat panasnya. Bunga-bunga lavender, geranium dan Bougenville sedang menari-nari ditiup angin. Aku suka bergumul dengan mereka. Mereka begitu damai dipandang. Cantik dan anggun.
Kukatakan pada calon anakku, "Hai Nak, jadilah seperti bunga itu, hidup bersama berdampingan dengan damai. Jadilah seperti bunga itu dimana banyak orang akan menyukai keberadaanmu, senang memandangmu dan enggan memetikmu" Sambil kuelus lembut dia yang tertidur di dalam perutku.
Aku bahagia. Benar-benar bahagia. Coba katakan adakah hal yang bisa membuat bahagia selain bersanding dengan orang yang disayangi, ekonomi yang berkecukupan dan sebentar lagi, tanda cinta itu akan lahir. Adakah kebahagiaan melebihi itu?
"Bu, saya berangkat duluan, ada kegiatan penting di kampus" Mehmed, anak tiriku berpamitan.
"Biar diantar sopir ya, atau sama Ayah, biar kuberi tahu biar cepetan" Kataku padanya.
"Tidak usah Bu, Ayah masih sarapan. Saya buru-buru"
Akhirnya kuperbolehkan ia pergi sendiri meski agak khawatir. Tapi biarlah, dia sudah dewasa dia harus belajar mandiri.
"Ehm, Bu bolehkah saya meminta sesuatu?" Mehmed membalikkan badan dan bertanya sesuatu yang tidak penting. Bukankah ia tahu ia tak perlu meminta apapun karena semua yang kumiliki sejatinya adalah miliknya.
"Hm?"
"Setelah anak Ibu lahir, saya akan membeli rumah dan hidup sendiri" Katanya.
Permintaan macam apa itu. Bagaimana seorang anak akan hidup berpisah dengan orang tuanya meskipun bukan orang tua kandungnya.
"Kenapa, apa ada yang belum bisa Ibu turuti? Bilang Nak kita bisa bicarakan baik-baik kan?" Bujukku.
"Tidak Bu, bukan begitu. Saya tidak ingin mengganggu kebahagiaan Ibu yang baru saja terbentuk. Biarkan saya hidup sendiri, saya janji, saya akan tetap berhubungan baik dengan Ibu dan calon adik saya. Tetapi biarkanlah saya hidup sendiri. Tenang saja saya tidak akan seperti Romo" jelasnya.
Sebenarnya itu bukanlah suatu alasan yang pas. Tapi aku paham, bagaimanapun ia merasa canggung tinggal dengan orang tua tiri.
"Nanti kupertimbangkan dengan Ayah dulu ya"
Mehmed tersenyum dan berangkat kuliah. Sementara suamiku yang tidak membiarkan aku mengerjakan pekerjaan rumah, sedang menikmati sarapannya. Ia akan berangkat kerja. Kami punya toko serba ada yang cukup besar dengan karyawan puluhan orang. Sangat cukup untuk hidup kami.
"Mehmed....sidah siap? Makan dulu Med" Teriak suamiku.
Aku beranjak masuk dan mengatakan padanya bahwa Mehmed sudah berangkat karena buru-buru.
"Naik apa dia?" Tanya suamiku. Sepertinya ia khawatir.
"Mungkin grab atau gojek mungkin"
"Apa kita belikan mobil saja ya, mungkin dia ingin bebas" Katanya.
"Coba saja nanti ditanya"
Aku belum berani mengatakan niat Mehmed untuk pindah rumah. Suamiku pasti melarang. Ia terlalu khawatir dengan anak tiri kami. Terlalu banyak yang telah ia alami semasa remajanya. Skandal dan perihnya kekerasan hidup bisa saja merusak masa depannya. Suamiku begitu khawatir akan hal itu.
Masa lalu kami yang penuh lika-liku tak kusangka bisa kulewati dan berkahir indah. Kupikir kisahku akan berakhir menyedihkan. Kupikir aku akan menjadi perawan tua yang dipelihara oleh pria kaya. Nyatanya Tuhan mempunyai segudang cara untuk mengatur hambaNya.
Baiklah, akan kuceritakan masa lalu pahit itu, namun jangan menghujat siapapun, tidak ada yang lebih benar atau yang paling salah. Kupikir inilah hidup. Benar bisa jadi salah, yang salah juga bisa dibenarkan.
Kuceritakan masa lalu itu. Ambillah hikmahnya. Buanglah perihnya. Simpan pelajarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Kosarah Sarah
istri ke 13 ? gmnh cerita nya iy ? mampir akh
2022-08-22
0
Juli
oh ok bagus banget
2022-08-22
0
TRI SATRIA
assalamualaikum wr wb hallo kak saya pendatang baru... pas baca prolog bagus sekali
2022-08-22
0