Aku masih di dalam kamar mewah di rumah besar milik Romo Djani, begitu semua orang memanggilnya. Di sini tidak ada perayaan apa-apa padahal dia orang kaya. Yah, aku kan hanya istri tambahan. Yakin pasti tidak lama lagi aku akan dicampakkan. Kutunggu saat itu. Aku hanya perlu bersabar.
"Non Azimah, maaf, ditunggu Ibu dan Romo di bawah" Seorang pembantu memberitahuku.
Aku menurut seperti yang diwanti-wanti Ibuku, aku tidak boleh membuat ulah di hari pertama. Bagaimanapun aku sudah menyetujui pernikahan ini. Aku harus menjalankan posisiku dengan baik.
Ruang makan yang berkelas. Mejanya lebar, kursinya bagus, hidangannya bermacam-macam padahal hanya untuk tiga orang. Aku, Romo dan istri tertuanya. Tetapi ada belasan orang yang melayani kami di rumah ini. Tapi dimana kedua istri yang lain? Bukankah Romo punya tiga istri sebelum menikahiku?
"Ayo cepat duduk, Romo menunggu dari tadi" Bisik Halimah.
Beberapa pelayan menunggu di ruang itu di belakang kami berjaga-jaga jika ada yang kami butuhkan. Sungguh suasana di rumah ini seperti di istana kerajaan. Semua orang seakan tunduk dengan Romo Djani yang kini menjadi suamiku. Rasa hormat yang amat sangat. Bahkan istri tertuanya pun menunduk di hadapannya. Tak berani berkata sepatah katapun jika tidak terlalu penting atau jika tidak diminta.
"Semua sudah berkumpul, kita berdoa dulu" Romo membuka kegiatan makan pagi ini.
Selama makan tidak satupun yang bersuara. Hanya piring dan sendok yang beradu menjadi musik pengantar pagi ini. Hidangan di sini sungguh lezat pasti tukang masaknya diseleksi sebelum dipekerjakan. Selezat apapun masakan di sini, aku tetap tak selera. Begitu makanan sampai di kerongkongan, rasanya seperti ingin kembali dimuntahkan. Entahlah. Mungkin karena aku tidak nyaman di tempat ini.
"Aku sudah menelepon Deni, semua akan di urus, besok pagi kita berangkat, karena perjalanan kita cukup panjang, saya harap semuanya hari ini istirahat yang cukup" Kata Romo.
Sebentar, sebenarnya kami mau kemana. Bukankah ini rumahnya. Ah, bulan madu. Mereka merencanakan bulan madu untukku. Mendengar kata itu hatiku seperti diremas-remas. Sakit sekali. Aku tidak ingin bulan madu, aku tidak mau. Aku tidak mau melayani tua bangka itu. Sayang keperawananku jika kuserahkan pada lelaki tua peyot itu. Tidak, jangan. Aku tidak mau.
Sepanjang malam aku berpikir keras. Bagaimana jika suami tuaku meminta kami berhubungan badan, bagaimana aku akan menolak. Dosakah jika aku sebagai istri menolak permintaan suami. Tapi lebih berdosa mana jika melakukan tanpa keikhlasan.
"Azimah, sudah tidur?" Suara istri tertua Romo dari balik pintu.
Kubukakan pintu pelan-pelan. Ia tersenyum, senyumnya begitu teduh kurasakan. Kupersilahkan ia masuk.
"Belum bisa tidur?" Sepertinya dia tahu kegundahanku atau keterpaksaan pernikahanku.
"Besok kita mau kemana Bu?" Kuberanikan diri bertanya.
"Kita sama-sama istri Romo Djani, kedudukan kita sama. Panggil saya Mbakyu. Istri yang lain juga memanggil begitu" Katanya dengan lemah lembut.
Tunggu dulu, kenapa dia begitu baik. Tidakkah dia merasa cemburu padaku? Atau dia sudah terbiasa diduakan ditigakan bahkan kini diempatkan. Apa dia tidak mencintai Romo Djani? Atau mungkin dia sama sepertiku? Korban hutang leluhur?
"Besok kita ke Lombok, kedua istri yang lain sudah menunggu di sana" Kata Mbakyu.
"Kenapa? Rumah ini?"
"Ini hanya rumah singgah. Romo Djani hanya sesekali mampir ke sini. Selebihnya diurus oleh orang lain. Romo Djani punya banyak rumah, tapi tempat berkumpulnya para istri ada di Lombok"
Dasar orang kaya. Punya rumah dimana-mana tapi tidak ditempati. Mubadzir. Kasihkan saja satu untuk orang tuaku. Rumahku bahkan tidak ada sepersepuluhnya dari rumah ini. Buang-buang duit percuma.
Setelah Mbakyu keluar dari kamarku, beberapa pelayan datang membawa beberapa ember dan entah apa yang ada di dalam tas itu. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan malam ini. Aku hanya diam melihat mereka menyiapkan ini itu yang aku tak tahu maksudnya.
"Permisi Non, kami akan memijat Non Azimah, bisa anda ganti pakaian dengan ini?" Kata salah seorang dengan hormatnya.
Apa? Aku mau di message? Dilulurin? Dipijit? Hmmm aku mau dimanja malam ini. Aku bahkan sekalipun belum pernah nyalon bagian badan. Paling ke salon cuma potong rambut. Untuk beberapa saat aku terlena dengan pelayanan bak ratu ini. Tapi setelah sadar berapa harga yang harus aku bayar untuk semua ini. Hidupku menjadi bayaran. Aku menjadi ikan dalam akuarium. Dipuja dan disayangi namun dikurung tanpa ampun.
***
Seperti yang dikatakan Mbakyu semalam, kami berangkat ke Lombok. Kami tidak berada pada satu mobil, melainkan mobil masing-masing. Satu mobil berisi satu penumpang. Kata Mbakyu mobil yang kutumpangi itu adalah milikku sebagai mas kawin pernikahan kami.
Kupegang erat buku catatan dari Ibuku. Di dalamnya banyak pesan yang harus kupelajari satu persatu. Menurutnya aku masih terlalu muda untuk menjalani pernikahan apalagi terpisah jauh dari orang tua. Aku masih perlu banyak petunjuk.
Perjalanan dari Kediri menuju Lombok butuh waktu hingga sembilan jam jika perjalanan lancar. Belum lagi menyeberang selat Bali dan selat Lombok. Syukurlah aku tidak semobil dengan Romo ataupun Mbakyu, jadi aku bisa tidur sepanjang perjalanan.
Ditengah perjalanan, mobil berhenti entah kenapa. Seseorang datang mengetuk pintu mobil. Kubuka jendela kaca itu.
"Maaf Nyonya, Romo tanya, Nyonya baik? Tidak mabuk? Atau ingin istirahat sebentar?" Katanya.
Aku menggeleng. Lalu ia memberikan sekantong besar cemilan padaku. Kuintip bagian depan, beberapa pelayan baru keluar dari minimarket, mungkin Romo yang menyuruhnya. Kemudian mobil melaju lagi.
"Nyonya....Nyonya" Sopir membangunkanku. Sudah berapa lama aku tertidur di dalam.
"Nyonya, Romo meminta istirahat sebentar. Monggo Nyonya" Seorang pelayan datang menghampiriku.
Aku keluar dari mobil, Mbakyu menghampiriku dengan senyum yang masih sama.
"Sudah pernah ke Bali? Kita sekarang ada di Bali. Sembari Romo istirahat, nikmatilah alam Bali yang indah" kaya Mbakyu
Bali? Aku ada di Bali? Apa aku mimpi? Oh...oh Bali....dulu saat SMA ada tour ke Bali tapi aku tidak ikut, apalagi alasannya kalau bukan biaya. Hmmmm aku menghirup udara Bali. Apa bedanya dengan udara di desaku? Jelas beda lah, dan hanya aku yang merasakan. Bali. Benar-benar indah suasana Bali. Lautnya, langitnya, daun-daunnya, hmm. Begini rasanya jadi istri orang kaya. Memang benar-benar dimanjakan. Namun jika ingat suami kaya itu lelaki peyot yang sudah beristri tiga, merusak suasana hati saja.
Kami ada Bangli. Romo beristirahat di salah satu penginapan di Bangli. Ada wisata yang terkenal di sana. Desa Penglipuran. Konon desa ini sering digunakan syuting sinetron atau film. Aku memutuskan berkunjung ke sana. Seorang pelayan bersedia menemaniku. Aku maklum jika Mbakyu tidak bersedia menemaniku, aku hanyalah juniornya. Jujur saja aku lebih senang begini, sungkan rasanya jika harus ditemani Mbakyu.
Kunikmati keindahan dan keunikan desa ini. Seluruh rumah memiliki bentuk bangunan dan gapura yang sama persis. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku berfoto-foto sesuka hatiku. Kunikmati masa itu sebelum aku harus menangis lagi melihat takdirku bersama pria tua dan ketiga istrinya.
"Nyonya, mau coba loloh cemcem?" Tanya pelayan yang ditugaskan menemaniku.
"Apa?"
"Loloh cemcem Nyonya, minuman khas Bali"
Bolehlah. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu ini. Kami duduk di salah satu kedai di Desa Penglipuran. Dalam sekejap kami telah menerima loloh cemcem yang ada dimaksudkan. Rasanya unik. Gurih, kecut, juga sedikit pahit, namun segar. Ada potongan daging kelapa muda di dalamnya. Aku belum pernah meminumnya sebelumnya. Minuman ini mungkin hanya ada di Bali.
Puas bermain-main di Desa Penglipuran, kami -aku dan pelayan yang menemaniku- kembali ke penginapan. Apa-apaan ini, aku belum juga istirahat, mereka sudah bersiap mau melanjutkan perjalanan. Tampaknya mereka menungguku sedari tadi.
Satu-persatu masuk mobil. Akupun mengikuti. Pelayan yang tadi menemaniku memberiku sekotak nasi. Katanya Romo telah makan siang bersama istri tertuanya, sementara aku belum datang juga, sehingga mereka membekaliku dengan makan siang.
Masih ada berjam-jam lagi perjalanan kami. Kihabiskan perjalananku dengan tidur di dalam mobil. Bali, nanti kalau aku bercerai dengan Romo dan menikah dengan Firman, akan kuajak dia bulan madu di Bali. Rasanya akan lebih seru dari ini. Kutunggu masa itu. Aku akan bersabar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Wanda Harahap
Nivek yf berbeda dari yg lainnya
2021-07-30
1
RhinYani25
Aku sudah baca dan like. feedback ya Kak, jangan sungkan datang ke Rahasia di balik perjodohan 2
Dan Keynara. Terima kasih 🙏
2020-09-30
0
teori manusia 💙
omegat kediri kotaku gaes 😄
2020-09-29
3