—Bagiku, Ayah adalah sosok Pria yang ku sebut Cinta pertama.— Davina Sutedjo.
.
Davina keluar dari ruangan ICU dengan isak tangis. Tubuhnya bergetar hebat. Raungan serta jeritan kesedihannya, terdengar memenuhi koridor Rumah sakit. Tampak, pria yang sedari tadi menantinya untuk keluar dari ruangan ICU itu ikut merasakan kesedihannya.
Para team medis yang sempat meminta Davina melihat detik-detik Ayahnya melepas nafasnya. Suster memegangi tubuhnya dan memberikan kata-kata penyemangat, sabar dan ikhlas untuk menerima keadaannya. Hanya saja, Davina tidak bisa menerima apapun dari keadaan yang barusan di terimanya. Suster kewalahan, saat Davina terus meronta-ronta.
"Biar saya bantu Sus." kata Pria yang sempat memberikan Davina sapu tangannya. Melihat Suster itu tidak bisa menenangkan Davina, akhirnya pria itu menawarkan dirinya.
"Terima kasih Tuan." balas si Suster dengan mengalihkan tubuh Davina yang sempat di dalam genggamannya.
"Ada apa dengannya Sus?" tanya pria bernama Williams dengan mencengkram erat tubuh Davina yang sedang meraung sedih.
"Ayahnya barusan berpulang Tuan. Saya izin dulu, mengurus jenazah Ayah beliau." kata Suster ke Wliliams, dan mendapatkan jawaban dari Williams.
"Nona! kau harus tenang." ucap Wiliiams menyentuh pundak Davina.
"Aku mau bunuh diri aja! lepaskan Aku." teriak Davina meronta-ronta dan menangis sesunggukan.
"Kau harus kuat Nona. Bagaimana bisa Kau bunuh diri? Ayahmu baru saja berpulang, beliau akan sedih melihat keadaan kamu seperti sekarang."suara Williams terdengar meyakinkan untuk Davina.
"Aku tidak butuh kata-kata penghibur dari kalian! Lepaskan Aku!" teriak Davina sambil beranjak berdiri.
Williams dengan kuat menarik lengan Davina.
"Kamu jangan gegabah! Kamu harus tenang Nona." usaha Williams sia-sia. Davina dengan sekuat tenaganya, menarik lengannya dari cengkraman tangan Williams. Williams melepas cengkramannya, karena ia takut melukai Davina.
"Nona!" Williams mengejar Davina yang beruraian air mata.
Pria bertubuh atletis itu, tidak menyangka dengan respon tubuhnya, mau menyibukkan dirinya, mengurusi wanita yang sedang berlari di depannya.
Davina yang sedang kacau dan kalut, membawa dirinya keluar dari Rumah sakit. Davina berniat, untuk menabrakan dirinya di tengah jalan. Dengan begitu pula pikir wanita yang sedang larut dalam kesedihannya, bisa ikut bersama sang Ayah.
Williams dengan terges-gesa, menambah kecepatan larinya. Hingga tangannya mampu menggapai lengan yang berkucur keringat dan dingin dari sekujur kulitnya.
"Lepaskan Aku! Kau siapaaaa. Jangan ikut campur dengan masalahku!" ketus Davina dengan di barengi suara kesedihannya dan tatapan tajamnya ke Williams.
"Aku? Aku bukan siapa-siapa. Aku tadi hanya sedang lewat, dan tidak tega saja melihatmu sendiri merasakan kesedihanmu. Ayo saya bantu." kata Williams membujuk.
"Tidak usah! biarkan saja saya sendiri. Saya sudah terbiasa." Davina menolak dan hendak melepaskan lengannya dari genggaman tangan Williams.
"Saya tidak percaya. Ayo saya bantu." Williams mengulang ucapannya lagi seraya menarik tubuh Davina agar berjalan.
"Saya bilang lepaskan! jangan ikut campur dengan masalah saya!" isak tangisnya kembali pecah.
"Saya akan ikut campur, sampai kamu mau masuk ke dalam sana." tunjuk Williams ke arah rumah sakit, "Kalau kamu tidak mau, saya akan tetap ikut campur Nona." katanya dengan lembut dan sedikit tekanan.
Davina menangis dan menarik-narik tubuhnya. Memaksa, agar Williams melepasnya. Tapi tangan kekar pria tersebut, mampu menahan tubuhnya. Hingga Williams tidak punya pilihan lain. Williams yang terus di tentang Davina, pun menarik tubuh Davina ke dalam pelukannya dan mendekapnya sangat erat.
"Lepaskan Aku!" bentaknya sambil meronta di pelukan Williams.
"Aku tidak akan melepaskanmu." balas Williams semakin erat memeluk tubuh wanita asing di hadapannya. Entah kenapa, sebelumnya tidak pernah di rasakan Williams keadaan seperti ini. Memeluk tubuh wanita yang tidak di kenalnya dan ikut campur dengan masalah orang asing.
Hanya saja, Williams merasa penasaran akan wanita yang sempat menangis di sampingnya. Hingga tidak sadar akan keberadaan Williams yang duluan duduk di bangku koridor rumah sakit.
"Lepaskan aku." suara Davina melemah dan akhirnya tubuhnya yang dingin dan wajahnya yang pucat serta di genangi air mata, pun terjatuh tak sadarkan diri di dalam pelukan Williams.
"Nona... Nona." Williams menepuk wajah Davina.
"Nona bangun... apa kamu mendengar suara saya?" lagi-lagi, Williams mencoba menyadarkan Davina.
Tidak ada pergerakan dari Davina, segera pria tegap yang merasa ibah dengan keadaan Davina, membawa tubuh Davina ke dalam gendongannya. Secepat kakinya berlari, Williams memberikan pertolongan ke Davina.
Sesampainya di ruangan IGD, Williams terus melihat team medis memberikan pertolongan untuk wanita yang menarik hatinya.
"Semoga dia bisa kuat." gumam Williams.
Tubuh yang lemah itu, kini terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tangan yang di pasang jarum infus, membuat Williams semakin ibah untuk menunggunya tersadar.
Tak lama, suara nada dering Williams terdengar. Pria yang sedang duduk di depan ranjang Davina, beralih ke arah saku celananya. Buru-buru dia mengambil ponselnya.
"Silvia?" gumam Williams, dahinya mengerut.
Williams memilih tidak menjawab dan mengalihkan ponselnya ke mode senyap. Pria tersebut, mengembalikan ponselnya ke dalam saku celananya. Pandangannya kembali menatap sendu wajah wanita di depannya dengan melipat kedua tangannya di atas bidang dadanya.
"Williams." suara seseorang mengagetkan Williams dari arah belakang. Williams menoleh ke arah suara dan beranjak dari duduknya.
Williams terkesiap, "Dave." ucapnya sambil membulatkan kedua matanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dave penuh selidik, mendekati Williams dan ranjang Davina.
"Ouw... aku hanya menolong wanita ini. Tadi, saat Aku baru tiba di rumah sakit, tidak sengaja lewat di depan ruangan ICU. Aku melihatnya sedang berduka. Ya jadi Aku membantunya, karena dia ingin bunuh diri. Dan kau? apa yang kau lakukan di sini?" tanya Williams, alis kanannya terangkat.
"Williams." suara Nenek tua yang tak lain adalah Oma Alexa, turut menjadi perhatian Williams.
Ada yang tidak beres pikirnya. Wajah Dave yang awalnya biasa berubah tidak senang, pun bisa di tangkap Williams.
"Oma." Williams mendekati Oma Alexa dan memberikan salam untuk menghormati orang yang lebih tua darinya.
"Apa yang membawamu kemari Nak?" tanya Oma Alexa.
"Ouuu... Dave kan tau Oma. Wanda kena demam berdarah dan di rawat di sini. Jadi, Williams ke sini untuk melihat keadaan Wanda. Terus, saat melewati ruangan ICU, wanita ini sedang menangis. Williams tanya ke Suster, dia sedang berduka, Ayahnya telah tiada Oma. Jadi, Williams berniat menolongnya karena Suster kewalahan menahan tubuh Wanita ini. Dia terus menangis dan meronta-ronta, sampai ingin bunuh diri Oma. Kan Williams tidak bisa membiarkannya saja Oma." jelas Williams panjang lebar.
Oma Alexa tersenyum dan menepuk pundak Williams dengan lembut. Dave dia hanya mendengarkan, sedangkan kedua manik matanya menatap Davina yang terbaring lemah.
"Kau memang anak yang baik Williams. Oma bangga sama Kamu." balas Alexa.
"Agh, tidak seperti itu Oma. Williams hanya takut berdosa, jika saja Williams yang tau dan membiarkannya saja untuk bunuh diri."
"Dia mau bunuh diri?" Oma Alexa kembali mengulang ucapan Williams.
Williams menganggukan kepalanya.
"Iya Oma. Katanya, dia tidak bisa hidup tanpa Ayahnya. Sungguh malang sekali dia Oma, tidak ada keluarga lain yang menemani dirinya." kata Williams memandang wajah Davina.
Oma Alexa tersenyum dan menyentuh lengan tangan Williams.
"Tidak masalah Nak. Sekarang, Oma yang akan menjadi keluarganya. Namanya Davina, dia calon Istri Dave." perkataan Oma Alexa membuat Williams menatap kaget ke Oma Alexa.
"Calon Istri?" Williams mengulang ucapan Oma Alexa.
Bersambung.
***
**Hayyyy... Pembaca Mom. Tolong dong, kalau kalian suka, di like, di komen dan di VOTE. Jangan lupa di favoritkan serta di berikan binta lima. Karena regulasi di MangaToon ini, mengharuskan pembacanya aktif. Kalian lihat dong, itu bintangnya cuma 4,5. Padahal yang favoritkan hampir 1.000 pembaca. Jadi tolong dong, jangan jadi side reader. Saya kembali bawa judul baru di sini, karena gak tega buat ninggali kalian.
Jangan lupa untuk selalu dukung Mom ya 🥰**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Risti Sari
👍❤
2022-08-18
0
Akira Pratiwie
aq pernah diposisi itu..ibu meninggal..slang 30 menit ayah msuk ICU..yg ada dipkiranQ hanya 1..aq Ingin ikut mreka aq takut hidup didunia tnpa mreka..pdhal aq 4 brsaudra..aq bungsu..sediihhhh..Davina.huhuu
2021-09-23
0
Fhebrie
william apakah suka ya sm davina.. suka sm ceritanya
2021-07-15
0