Hari sudah menginjak malam, namun seorang anak lelaki berusia sebelas tahun itu masih berkeliaran disebuah kebun teh yang amat luas. Ia tersesat dan tak tau arah jalan pulang karena sepanjang ia memandang, yang terlihat hanya hamparan kebun teh yang melintang luas bak air di lautan.
Anak lelaki itu mulai menangis, ia takut kalau-kalau ia harus berada disini sampai pagi menjelang. Memikirkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Tangisannya bertambah kencang saat ia tak sengaja tersandung akar pohon yang berada di tengah-tengah kebun teh itu. Pohon yang satu-satunya yang berdiri kokoh diantara pepohonan yang lain.
Tangisan anak itu mulai mereda. Namun, Air matanya masih saja bercucuran. Hingga suaranya pun mulai serak. Akibat menangis yang terlalu lama. Beberapa menit kemudian, ia terkejut dengan kemunculan seorang anak kecil perempuan berjilbab biru.
"Dia bukan hantukan?" Tanya dalam hati sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Halo, aku Nisya. Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya orang anak berkerudung pink itu. Anak yang dikira Fadil sebagai hantu penunggu Kebun teh ini.
"Halo aku Nisya apa yang kamu lakukan disini. Ini sudah hampir malam." Ulang anak kecil itu.
Sedikit demi sedikit Fadil mulai memperlihatkan wajahnya yang masih ketakutan. Perlahan tapi pasti, Fadil sudah memperlihatkan semua wajahnya seraya menatap lekat Nisya dari atas sampai bawah. Harap-harap kalau Nisya bukan apa yang dipikirkannya barusan.
"Kamu siapa? Kamu bukan hantukan?" Tanya polos
"Hantu? Mana ada hantu memakai jilbab dan membawa Al-Qur'an," Ujar Nisya berharap perkataannya itu membuat Fadil tidak takut lagi.
"Apa kamu tersesat?" Tanya Nisya
Fadil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Nisya.
"Kamu tinggal dimana? Biar aku antar. Kebetulan aku tau betul daerah ini." Tawar Nisya
"Apa Kamu kenal dengan mbok Surti?"
"Kenal sekali. Kamu tinggal disana?"
"Iya."
"Baiklah, sini aku antar. Kebetulan aku mau ketemu sama Mbok Surti." Ujar Nisya berjalan duluan
"Eh tunggu dulu. Kaki aku sakit." Ujar Fadil
"Astagfirullah, kaki kamu juga berdarah. Ini aku punya sapu tangan. Luka mu dibalut dulu ya."
Nisya pun membalut luka Fadil. Setelah itu, mereka berjalan pulang dengan Nisya membantu Fadil berjalan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Fadil
"Aku habis pulang dari ngaji. Kebetulan aku mau bertemu sama Mbok Surti. Jadi aku pulangnya lewat sini." Ujar Nisya
"Apa kamu ngga takut? Nanti ada binatang buas loh."
"Ngga, sini ngga ada binatang buas. Yang ada hanya seorang anak lelaki yang menangis dan mengira aku adalah hantu." Ucapnya terkikik geli kala mengingat ekspresi wajah Fadil
Fadil kesal karena Nisya menertawakannya. Sangking kesalnya, Fadil melepas tangan Nisya yang membantunya berjalan. Walhasil, Fadil jadi terjatuh dan berteriak sakit.
"Kamu sih, aku kan hanya bercanda. Sini aku bantu lagi. Kita udah dekat sama rumah kamu." Ucap Nisya kembali memapah Fadil yang merasa bersalah
"Maafkan aku. Aku terbawa emosi." Ujar Fadil tertunduk malu
"Tak apa. Aku ngerti kok."
"Oh iya, kamu mau ngga temenan sama aku." Tawar Fadil
"Boleh."
"Baiklah mulai saat Ini kita adalah teman." Ujar Fadil mengulurkan jari kelingkingnya pada Nisya. Nisya pun menyambut hangat pertemanan mereka.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke tempat tinggal Fadil. Sesampainya disana, kedua orang tua Fadil dan Mbok Surti langsung menghampiri Fadil. Mereka sangat cemas karena sudah dari tadi mereka mencari-cari keberadaab Fadil yang hilang sejak dua jam yang lalu.
"Kamu habis kemana kan anak saya." Bentak Mama Dahlia marah pada Nisya
"Ma, jangan gitu. Harusnya mama berterima kasih pada Nisya. Karena kalau ngga ada dia mungkin Fadil udah dimakan sama binatang buas atau diculik sama gendruwo." Ujar Fadil ngawur
"Kamu bicara apaan sih, ayo masuk," suruh Mama Dahlia
"Dan kamu. Terima kasih karena telah menolong anakku." Ucap Mama Dahlia terkesan dipaksakan.
Mama Dahlia kesal dan marah. Bagaimana tidak, Ia sudah mencari kesana kemari. Ternyata anaknya ada bersama anak kecil ini.
Nisya yang dibentak pun hanya dapat terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Pasalnya ia tidak pernah sekali pun dibentak oleh orang yang telah melahirkannya.
"Nak Nisya, mbok antar pulang ya. Hari udah mulai gelap." Ucap mbok Surti
Nisya mengangguk patuh. Mbok Surti pun mengantar Nisya pulang. Diperjalanan, Nisya lebih banyak diam dari biasanya. Mbok Surti tau Nisya adalah anak yang baik. Tidak mungkin anak sebaik ini mau mencelakakan Fadil. Ia percaya itu.
"Nak Nisya, maklumin Mama Nak Fadil tadi ya. Mungkin dia sedang khawatir jadi berkata seperti itu."
"Mbok, Nisya salah ya." Tanyanya polos, ia mendonggak melihat Mbok Surti
"Ngga. Malah Mbok salut sama Nak Nisya karena mau menolong orang yang baru dikenalnya." Ujar Mbok Surti menenangkan
Setelah berjalan lama, akhirnya mereka telah sampai didepan rumah Nisya.
"Terima kasih Mbok sudah mengantar Nisya."
"Sama-sana nak, sana masuk gih." Ucap Mbok Surti seraya mengelus kepala Nisya sayang.
Keesokan harinya, sepulang sekolah, Nisya bergegas pulang kerumah dan berganti baju cepat karena ia mau pergi menemui teman baru yang habis ditolongnya kemarin, Fadil. Namun sedetik kemudian, ia urungkan niat tersebut. Takut kalau ia dimarahi lagi sama Mama Dahlia. Gerakannya pun melambat kian melambat seiring ingatan yang terjadi kemarin. Ia pun bertekad tak mau pergi menemui Fadil.
Enam hari telah berlalu sejak pertemuan tak sengaja mereka di tengah kebun teh. Fadil yang selalu menunggu kedatangan Nisya menjadi uring-uringan. Kali ini pun ia harus berhasil bertemu dengan Nisya karena besok adalah hari terakhirnya di desa Hujo ini.
Tak mau berlama-lama, Fadil bergegas keluar vila menuju tempat pertemuannya pertama kali dengan Nisya. Untung saja ia sudah hafal jalan. Kalau tidak mungkin ia akan berakhir seperti yang telah terjadi padanya beberapa hari lalu.
Sesampainya disana, Fadil terus berteriak meneriaki nama Nisya. Berharap Nisya mendengarnya.
"Udah berteriak. Nanti suara kamu habis lagi."
Fadil terperanjat kaget. Tiba-tiba ada suara yang menegurnya tanpa melihat siapa dia. Fadil mundur selangkah berniat untuk lari menjauh.
"Mungkin aku salah tempat." Pikirnya dalam hati sebelum mengambil ancang-ancang untuk lari sekuat tenaga.
Baru saja Fadil hendak melangkahkan kakinya menjauh, dari balik pohon besar itu, muncul sosok seorang yang sudah lama ia rindukan.
"Nisya, aku kira siapa. Hampir saja aku lari tadi jika saja kamu tidak menampakkan dirimu." Ucapnya senang
"Kamu pikir aku hantu lagi?" Tanya Nisya menebak
"Hehehe iya, abisnya kamu sih bicara tanpa menampakkan diri kamu. Aku kan berpikiran macam-macam. Oh iya, kenapa kamu tidak datang ke vila? Aku terus tungguin kamu loh. Karena kamu ngga muncul-muncul akhirnya aku kesini. Barang kali kamu ada." Ucap Fadil panjang lebar
"Aku ... Aku banyak tugas sekolah. Jadi ngga sempat ke rumah kamu."
"Ooo gitu, aku kira kamu ngga mau datang karena mama aku."
"Ngga kok." Ucap Nisya tak mau membuat Fadil merasa bersalah.
"Aku punya kabar baik dan buruk. Kamu mau dengar yang mana duluan?"
"Kabar baik dulu aja."
"Kabar baiknya mama tidak marah lagi. Kalau kabar buruknya, aku ... aku harus pulang besok ke kota karena izin sekolah aku udah usai."
Seketika Nisya melihat Fadil tanpa berkedip. Ia tak tau akan jadi secepat ini. Kalau saja ia tau jauh-jauh hari, meskipun telah dimarahi ia akan tetap pergi menemui Fadil.
"Besok sore aku sudah harus balik ke kota. Kita ketemuan disini lagi ya." Ujar Fadil
"Iya. Aku pasti datang."
Tak lama berselang, terdengar suara Mama Dahlia memanggil namanya
"Eh mama aku udah manggil nih, aku pergi dulu ya. Sampai ketemu besok. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh."
To be continued ....
Jangan lupa vote, bintang dan krisar nya ya kak.
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tika
kakak....
ceritanya bagus banget...
2021-03-16
0