☆Allah mempertemukan kita untuk alasan, Entah untuk belajar atau mengajarkan, Entah hanya sesaat atau selamanya, Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi tetaplah menjadi yang terbaik diwaktu tersebut. Lakukan dengan tulus, meski tidak menjadi seperti apa yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia karena Allah yang mempertemukan. ☆
Saat ini Fadil tengah memakai jas untuk segera kekantor mengurus keperluan perjalanan bisnisnya ke desa hujo. Desa yang mempertemukan dirinya dengan seorang anak kecil yang manis. Selesai berpakakaian, ia keluar dari kamarnya dan bergegas menuju dapur untuk sarapan pagi bersama keluarganya.
Suasana mereka tampak hangat, jauh dari kata kebisingan. Fadil yang makan dengan tergesa-gesa, membuat Mama Dahlia menegurnya dan menyuruhnya untuk makan pelan-pelan saja sebab pekerjaannya tak akan lari. Hal itu sukses membuat seluruh keluarga itu menertawakan Fadil yang mulai menampilkan wajah datarnya.
"Om Fadil jelek." Ucap seorang anak kecil.
Bukannya marah, malah hal itu sukses membuat Fadil tersenyum. "Kalau om Fadil jelek, berarti Rian jelek juga dong," Balasnya membuat anak berusia 5 tahun itu tak suka. Anak bernama Rian itu pun bersedekap dan memalingkan wajahnya tak mau melihat Fadil yang menertawakannya.
Sedangkan Fadil telah selesai makan. Ia pun berlalu meninggalkan keponakannya yang menangis itu karena tak terima dikatakan jelek oleh om nya sendiri.
"Udah ... udah dong nangisnya, om Fadil hanya bercanda kok" Ucap Lisa ibu Rian
"Benelan?" Ucap Rian cadel dengan mata yang masih berkaca-kaca melihat anggukan sang Mama.
Sebelum benar-benar pergi ke kantor, Fadil kembali mendatangani keponakan satu-satunya itu dan mengatakan "Om bercanda kok. Rian anak yang tampan."
Fadil mengatakannya agar Rian kembali tersenyum dan melanjutkan mogok makannya tadi.
Setelah masalah kecil dengan Rian selesai, Fadil pun pergi ke kantor. Saat ia baru saja tiba di kantor, Fadil langsung membereskan berkas-berkas yang akan dibawanya ke desa Hujo. Bukannya karena ia terburu-buru tapi Ia sudah telat sejam dari perkiraan keberangkatannya. Ia adalah orang yang konsisten, jika jam segini akan berangkat, maka ia pasti akan mencoba menepatinya.
Fadil pun kembali menghubungi sekretarisnya, Dira. Lewat sambungan telepon. Ia mengatakan kalau Dira harus selalu mengecek harga saham selama ia pergi. Bukannya di desa ia sendiri tak bisa mengecek hanya saja ia tak mau mengambil resiko yang begitu tinggi. Jangan sampai signal disana tidak sebagus apa yang dipikirkannya. Ia juga berpesan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Dira bisa langsung menghubunginya.
"Iya pak. Bapak tenang saja. ada lagi pak? " Tanya Dira
"Sudah tak ada lagi. Kamu bisa lanjutkan lagi pekerjaanmu." ucap fadil
"Baik pak."
Fadil pun menutup sambungan telponnya dengan Dira dan kembali mengumpulkan berkas yang akan dibawanya.
Sedang di desa Hujo, Nisya juga sedang siap-siap pergi kesekolah namun sebelumnya ia sarapan terlebih dahulu bersama teman baiknya Cindy. Teman yang sudah lama tinggal bersama dirumah kontrakan yang dia tinggali.
Setelah sarapan, Nisya pun pamit pergi ke sekolah untuk mengajar. Sedangkan Cindy, ia baru akan pergi setelah waktu menunjukkan jam 8. Nisya harus berangkat lebih awal dari Cindy karena ia adalah seorang guru di sekolah dasar. Sebagai seorang guru, ia harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya di sekolah.
Setiap hari saat Nisya berangkat kesekolah, ia terkadang menaiki angkot umum dan terkadang pula ia berjalan kaki menyusuri perkebunan teh yang terbentang luas. Ia
berharap dengan itu ia dapat kembali bertemu dengan si anak yang menangis sangat keras waktu itu. Fadil, yang telah melupakan janji mereka. Kala mengingatnya, membuat Nisya tertunduk sedih.
Sedangkan diwaktu yang hampir sama, Fadil sudah berada didalam perjalanan menuju desa Hujo. Desa tempat pertemuannya dengan anak perempuan yang telah menolongnya. Perjalanan yang begitu lama namun tak terasa membosankan karena disepanjang jalan terlihat pemandangan yang indah serta kicauan burung bersahut-sahutan yang tak terdengar di kota besar. Kota tempatnya tinggal.
Pohon-pohon yang tumbuh subur dan perkebunan masyarakat yang asri membuat udara disana tampak sejuk jauh dari polusi.
Fadil terlihat sangat bahagia saat melihat tanda masuk desa Hujo yang tandanya ia tak lama lagi sampai di tempat tujuannya. Sangking senangnya, sampai-sampai ia tak melihat ada genangan air hujan dijalanan yang ia lewati hingga membuat seorang wanita berjilbab kecipratan genangan itu.
"Astagfirullah." Seketika wanita itu kaget terkena cipratan air. Wanita yang tak lain adalah anak berjilbab pink yang pernah menolong Fadil yang kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang Cantik.
Nisya tak tinggal diam begitu saja. ia malah mendatangi Fadil dan mulai mengetuk-ngetuk jendela mobil Fadil untuk meminta pertanggung jawaban atas kesalahannya.
"Maaf ada apa ya?" Tanya Fadil belum tau apa penyebab Nisya mengetuk jendela mobilnya dengan keras.
"Jika anda sedang mengendarai mobil dijalan yang banyak genangan airnya, Anda bisa kan mdiperlambat laju mobil Anda? Karena tak terlalu hati-hati bawa mobil jadinya baju saya jadi kotor gara-gara terkena cipratan genangan air hujan ini." Tunjuk Nisya yang menahan amarahnya karena ia sudah rapi-rapi untuk pergi kesekolah malah mendapat hal yang tidak menyenangkan di jalan. Sedangkan reaksi Fadil hanya bengong melihat betapa ayunya wanita didepannya ini.
Melihat tak ada reaksi apapun dari Fadil, Nisya menjentikkan jarinya didepan wajah Fadil
"Maaf Mbak saya tidak sengaja. Saya tidak terlalu memperhatikan jalan tadi." Ucap Fadil gelagapan setelah keluar dari mobil.
"Saya harap Anda lebih berhati-hati lagi, Anda taukan sekarang sedang musim hujan jadi saya harap Anda bisa memelankan laju mobil Anda!" Ucap Nisya menasehati
"Maaf, apakah kita pernah bertemu?" Tanya Fadil seakan pernah melihat Nisya sebelumnya
"Maaf, saya tak punya waktu untuk menjawab pertanyaan Anda." Ucap Nisya setengah kesal seraya berlalu pergi meninggalkan Fadil yang diterpa kebingungan dari pertanyaannya sendiri.
"Wanita aneh, lain ditanya lain jawabannya. Ada-ada saja." Ungkap Fadil dalam hati
Nisya yang bajunya sudah kotor kembali pulang ke kontrakan untuk menggantinya. Ia tak ingin menjadi contoh yang tidak baik bagi anak didiknya.
"Huft dasar pria aneh, jadi ginikan harus pulang lagi. Duh-duh Nisya sadar jika kita ingin mengajarkan orang lain itu harus sabar, ya sabar sabar." Ucap Nisya seraya mengelus-elus dadanya pelan.
Fadil kembali melanjutkan perjalanannya menuju villa keluarganya. Tempatnya menginap selama seminggu kedepan. Selama perjalanan itu tak jarang Fadil bertemu para pekerja teh yang saat itu baru selesai memetik teh. Senyum pun terukir di bibirnya serta anggukan kepalanya untuk menampilkan keramahan dirinya para pekerja yang kebetulan berpapasan dengannya.
Lima menit kemudian, akhirnya Fadil sampai di tempat tujuannya. "Alhamdulillah. Akhirnya aku sampai juga." Ucap Fadil seraya merentangkan tangannya menghirup udara sejuk di halaman villa.
"Rasanya aku pernah bertemu dengan wanita itu tapi kapan dan dimana?" Ucap Fadil kembali teringat pada wanita yang ditemuinya tadi.
Tak lama kemudian, wanita paruh baya menghampiri Fadil. "Den Fadil kan? " tanya Mbo Surti
"Mbo, lama tak jumpa, bagaimana kabar mbo?" sambil melangkah untuk memeluk Mbo Surti, Mbo yang pernah merawatnya sewaktu kecil dulu.
"Alhamdulillah baik den. Ayo silahkan masuk den."
"Emm mbo Fadil boleh nanya ga?" Tanya Fadil ragu-ragu dan juga malu.
"Boleh den, jangan ragu atuh sama si Mbo."
"Apa Nisya sering kesini selama aku tak ada?"
"Oh nak Nisya, tak kirain den sudah lupa sama nak Nisya. Soalnya aden mah tak pernah kesini lagi sejak kejadian itu." Ucap Mbo Surti
"Mana mungkin aku melupakan orang yang telah menolong aku, Mbo dan juga ...." ucap Fadil yang hampir kelepasan bicara
"Dan juga apa den?" Tanya Mbo Surti yang penasaran
"Eh, ngga papa kok Mbo." ucap Fadil
Meskipun ia tak mau membahas tentang Nisya tapi hatinya berkata sangat ingin sekali mengetahui keadaan Nisya, apakan dia selalu mencarinya juga?
"Aden, nak Nisya sering datang kesini den, tapi sekarang udah jarang den dikarenakan jam mengajarnya yang udah ditambah deh kata Nak Nisya."
"Nisya jadi seorang guru, Mbo?" Tanya Fadil yang tidak menyangka ternyata Nisya adalah seorang guru.
"Iya den, kalau udah jam segini dia pasti sudah ada di sekolah den." lanjut Mbo Surti menjelaskan lagi
"Mbo nama sekolahnya apa, siapa tau kapan-kapan aku bisa datang ke tempatnya mengajar."
"Namanya, Madrasah ibtidaiyah desa Hujo, den. "
"Madrasah ibtidaiyah ya Mbo, baiklah Mbo terima kasih infonya. Nanti kapan-kapan Fadil pergi deh."
"Mengapa den?"
"Fadil capek Mbok, mau istirahat dulu karena sore Fadil mau keluar. Lagian Fadil disini sampai minggu depan kok."
"Ya sudah, sebaiknya den istirahat dulu, biar lelah aden hilang dulu."
"Ok Mbo yang baik ini, Fadil istirahat dulu Mbo."
Tbc ....
jangan lupa vote, krisar dan like nya ya teman. 😉
By Peony_8298
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tika
q like dan koment
2021-03-16
0