Aku duduk di beranda mansion sambil menyaksikan matahari terbenam. Aku melirik rapier yang tergeletak di meja. Dulu Vender pernah menanyakan padaku kenapa aku lebih memilih pedang daripada senapan sebagai senjata, padahal senapan lebih efektif untuk membunuh musuh.
“Menurutku pedang jauh lebih keren daripada senapan,” jawabku saat itu.
Sebenarnya aku tidak menyukai senapan. Benda itu telah membuat ayah dan ibu meninggal. Tapi aku tidak perlu mengatakannya kepada Vender.
Beberapa waktu setelah percakapan itu, tepat ketika ulang tahunku yang ke empat belas, Vender memberikanku sebuah rapier terbaik dari pabrik senjata milik Klan Ungu. Rapier itu terus menemaniku hingga sekarang.
Setelah kebakaran itu, aku tinggal di mansion. Aku sendiri, tidak ada pelayan yang menemaniku. Memang agak merepotkan membersihkan bangunan sebesar ini tapi mansion ini tidak akan berantakan selama aku sendiri. Untuk keperluan yang lain, aku cukup terampil dalam berbagai hal. Ketika di rumah utama, aku dan Vender jarang bergantung pada pelayan. Jadi, aku cukup terbiasa dengan keadaanku sekarang.
Bicara tentang mansion ini, aku pernah mengatakan jika mansion ini berasal dari sebuah bangunan bekas panti asuhan. Panti asuhan itu adalah panti asuhan tempat aku tinggal dulu. Dan setelah aku tinggal bersama Vender, aku merubahnya menjadi mansion ini.
Matahari sudah sempurna tenggelam. Hari ini Kota Aruvi tidak segemerlap biasanya. Hanya titik cahaya yang aku lihat. Ini adalah efek pengehematan energi yang diterapkan Raja Taro. Mulai tadi pagi program pengehematan energi dimulai. Aku tidak tahu alasannya apa. Tapi aku yakin ini berkaitan dengan danau yang kering.
Aku menyalakan sebatang lilin untuk menerangiku malam ini. Cukup merepotkan memakai lilin karena kami terbiasa memakai lampu. Beberapa orang sempat protes dengan kebijakan baru ini tapi tidak ada yang bisa merubah keputusannya.
Seorang laki-laki mendatangiku ketika aku hendak masuk ke dalam mansion. Aku mengamatinya. Jika orang awam melihatnya, mereka pasti mengira orang ini adalah penduduk biasa. Tapi aku sudah terlatih melihat pasukan, intel, ataupun penyusup. Laki-laki ini adalah anggota pasukan elit.
“Siapa kamu?” tanyaku.
“Aku Mor, anggota pasukan elit. Aku ditugaskan Jenderal Risagu memberikan ini padamu.” Mor menyodorkan sebuah kotak.
Aku menerima kotak itu.
“Apa ini?” tanyaku.
“Aku hanya bertugas mengantarkan kotak ini padamu. Aku tidak lebih tahu darimu. Aku pamit, permisi.” Mor berjalan pergi.
Aku masuk ke dalam mansion sambil membawa kotak pemberian Jenderal Risagu. Aku lalu menaruhnya di tempat tidurku.
“Hmm, apa ini?”
Aku membuka kotak itu. Ada sebuah surat ditumpukan paling atas. Surat ini bukan dari Klan Ungu.
“Klan Putih?”
Cap stempel Klan Ungu berwarna ungu dengan bentuk panji Klan Ungu. Sedangkan surat yang aku terima berstempel putih dengan panji Klan Putih.
Aku segera menyobek amplop.
“Aku mengundangmu untuk jamuan makan malam di Istana Levko besok. Sebagai pelengkap aku juga mengirimkan barang lain yang kau butuhkan. Aku mengharap kehadiranmu. Tertanda Kaisar Icus.”
Aku terdiam setelah membaca surat dari Kaisar Icus. Sebuah kehormatan yang luar biasa bisa pergi ke Klan Putih, apalagi ke Istana Levko. Tidak sembarang orang pernah pergi ke sana. Aku bertaruh tidak semua petinggi Klan Ungu pernah ke sana. Aku tidak merasa melakukan sesuatu yang luar biasa hingga dapat undangan kehormatan ini.
Aku memasukkan kembali surat ke amplopnya. Selain surat itu, aku mendapatkan sebuah gaun ungu, sepatu, dan sebuah kalung berbandul batu ungu.
Aku menyadarkan diri ke bantal sambil menatap surat yang aku terima. Aku yakin alasan Kaisar Icus mengundangku bukan karena aku berjasa. Tapi ada yang kaisar inginkan dariku.
*****
Pagi ini aku harus pergi ke Kantor Pusat Gater. Mereka akan memberikan hasil penyidikan mengenai kasus kebakaran yang menimpa Vender.
Aku menyalakan grek yang terparkir di garasi.
“Yang benar saja.”
Entah kenapa grekku itu tidak bisa dinyalakan. Aku mengecek sambungan energi grek. Sepertinya pemerintah Klan Ungu sudah memutus aliran energi ke grek. Energi grekku kosong secara tiba-tiba.
Aku mengeluarkan kudaku dari kandang. Aku segera memacu kuda ke Kota Aruvi. Grek adalah kendaraan utama di kota Aruvi, namun kuda adalah kendaraan utama di Klan Ungu. Hampir setiap orang memilikinya.
Aku mendapati pemandangan baru setelah memasuki kota. Rasanya aku seperti kembali ke zaman lima puluh tahun yang lalu. Tidak ada grek disini, hanya kereta kuda yang mengantar setiap orang berlalu-lalang. Sisanya berjalan kaki menuju tempat tujuan mereka. Lentera-lentera menerangi toko di sepanjang jalan. Aku seperti tidak berada di ibukota Klan Ungu.
Rupanya Kantor Pusat Gater tidak berubah sama sekali. Gedung itu masih dipenuhi lampu yang bersinar terang. Aku masuk ke dalam kantor.
“Violet?”
Aku berbalik badan. Jenderal Risagu berdiri di belakangku. Dia tersenyum.
“Jenderal Risagu, senang bertemu denganmu.” Aku mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Begitu pula denganku, Violet. Aku sudah menunggumu.”
Jenderal Risagu membalikkan badan lalu berjalan. “Ikuti aku, Violet.”
Aku menuruti perintah Jenderal Risagu. Kami masuk ke dalam lift. Jenderal Risagu memencet tombol ke lantai paling atas, lantai khusus petinggi gater.
“Kali ini aku yang akan membacakan laporan kematian Vender.” Jenderal membuka percakapan di lift.
“Bukankah itu tugas gater?”
“Khusus untuk permasalahan pasukan elit, aku yang menanganinya langsung.”
Pintu lift terbuka. Kami berjalan keluar. Aku mengikuti Jenderal Risagu menelusuri lorong. Kami berhenti di sebuah pintu di samping ruang arsip.
“Aku baru tahu anggota Kesatuan Pertahanan bisa memiliki kantor di Kesatuan Gater.”
“Pekerjaanku mengharuskanku memiliki kantor di sini juga.” Jenderal Risagu membukakan pintu. “Silahkan masuk.”
Aku masuk lebih dulu. Ruangan Jenderal Risagu sebenarnya luas tapi terlalu banyak rak buku yang berjajar, membuat ruangan ini terkesan lebih kecil dari aslinya.
Aku duduk di sebuah sofa beledu. Jenderal Risagu mengambil sebuah dokumen lalu duduk di depanku. Dia menyerahkan dokumen itu padaku.
“Itu adalah hasil investigasi. Menurut penyelidikan kami, kebakaran itu dilakukan secara sengaja.”
Aku membalik halaman berikutnya. Berbagai bukti tercetak di belasan halaman selanjutnya. Aku memperhatikan setiap bukti yang diperlihatkan dalam dokumen ini.
Aku terpaku ketika melihat halaman terakhir. Halaman yang berisi gambar pelaku pembakaran.
Suara Jenderal Risagu menggema di kepalaku.
“Selain itu pelaku pembakaran ini adalah seseorang dari Klan Hitam, Aras.”
Aku menghela nafas. Rupanya perkiraanku benar.
“Apa kau mengenal Aras? Kau tampak terkejut ketika melihat gambarnya,” tanya Jenderal Risagu.
Aku meletakkan dokumen itu di meja.
“Tidak. Aku hanya terkejut ternyata orang yang membakar rumahku adalah seorang penjahat buron yang terkenal.” Aku berbohong. Aku tidak ingin siapapun tahu tentang hubunganku denga Aras.
“Dia adalah manusia Klan Hitam yang paling dicari di dunia klan. Dia sangat sulit ditangkap. Suatu pencapaian besar jika bisa menangkapnya.”
Aku mengangguk setuju. Aras memang penjahat yang terkenal di dunia klan. Kejahatannya terlalu banyak hingga tidak bisa disebutkan. Tapi dengan dosanya yang menumpuk itu, dia masih belum bisa tertangkap oleh klan manapun.
Sebenarnya aku agak berharap bukan dia yang melakukan semua ini. Meskipun dia orang yang jahat, dia pernah menjadi orang yang penting bagiku. Aku berharap dia memperbaiki dirinya dan kembali menjadi Aras yang dulu.
“Ada satu hal lagi yang ingin aku tunjukkan padamu.” Jenderal Risagu meletakkan sebuah dokumen yang sedikit gosong di atas meja.
“Sepertinya Vender menyelidiki tentang penyebab kematian orang tua kalian. Dokumen ini terselamatkan ketika rumahmu terbakar.”
Penyebab kematian kedua orang tuaku memang belum jelas. Mereka dibunuh tapi tidak jelas oleh siapa. Sampai kasus itu kadaluarsa, gater belum mengetahui pelaku pembunuhannya.
Aku meraih dokumen itu. Aku baru menyadari bahwa dokumen ini sama dengan dokumen yang Vender dapat dari laki-laki tua di perpusatakan di hari pembukaan Kejuaraan Lavender.
Bagian awal dokumen ini berisi berbagai macam berita tentang kematian orang tuaku. Setelah itu bukti-bukti yang berhasil didapat oleh gater. Di setiap halaman penuh dengan coretan Vender.
Dokumen ini juga berisi catatan Vender mengenai penyelidikannya tentang pelaku pembunuhan orang tua kami. Di sini tertulis berbagai nama. Mataku terpaku pada sebuah nama ditengah puluhan daftar yang ditulis Vender. Mungkin orang itu memang tidak dapat diharapkan lagi. Dia sudah jahat semenjak kecil. Padahal saat itu umurnya masih tujuh tahun. Diantara daftar itu tertulis nama Aras, dibulati dengan tinta berwarna merah.
“Tampaknya orang yang membakar rumahmu berkaitan dengan pembunuhan orang tuamu.” Jenderal Risagu memberitahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments