BAB 3 Duka

Aku mencabut pedangku dari sarungnya. Aku mulai masuk ke dalam hutan. Apa yang dikatakan Vender benar, ada yang tidak beres dengan tempat ini. Aku tidak melihat satupun jejak binatang. Padahal seharusnya aku bisa menemukan jejak mereka di setiap tempat. Rasanya tidak mungkin jika seluruh binatang telah mati.

Aku terus masuk ke dalam hutan, menuju danau. Semakin masuk ke dalam, keadaan makin parah. Semua pohon meranggas kering. Aku mengambil sebuah ranting yang jatuh. Ranting itu kering, tidak ada energi yang tersisa.

“Ini aneh.”

Aku terus bergerak hingga tiba di danau. Aku kira aku akan menemukan banyak bangkai binatang di sekitar danau. Tapi yang aku lihat hanya danau yang telah berubah menjadi cekungan penuh debu.

“Ini buka kekeringan biasa.”

Aku mengintari danau ini, mungkin saja aku bisa menemukan bangkai binatang yang tersisa. Tapi ternyata aku masih belum menemukan apa-apa.

Aku mencukupkan penyelidikanku. Ini hampir tengah malam, aku harus pulang. Aku memacu kudaku keluar hutan.

Kudaku tiba-tiba meringkik begitu keluar hutan. Dia terus meringkik sambil menghadap kota. Seolah-olah sedang memberitahu yang sedang terjadi di sana.

Asap hitam membumbung dari kota. Di bawahnya api menyala terang. Perasaanku tidak enak. Aku langsung memacu kudaku turun ke kota.

Dari kejauhan, aku berteriak kepada penjaga gerbang kota Aruvi untuk membuka gerbang. Mereka tidak langsung membuka gerbang. Sejenak mereka memperhatikanku yang masih jauh dari gerbang.

“Ya ampun, bisakah kalian segera buka gerbangnya.”

Mereka terperanjat ketika mengenaliku. Gerbang kota dibuka. Kudaku melaju cepat masuk ke dalam kota.

Jalanan di tengah malam seharusnya sepi. Tapi aku malah melihat hilir mudik pemadam kebakaran dan petugas kesehatan. Orang-orang juga keluar dari rumahnya dengan baju tidur mereka. Wajah mereka ketakutan melihat api yang bertambah besar. Sebagian dari mereka masuk ke rumah lalu keluar lagi untuk menyelamatkan harta mereka.

Jantungku berdegub kencang. Dari lokasi kebakarannya, aku tahu itu adalah rumahku. Tapi aku masih tidak percaya dengan ini. Aku memacu kudaku untuk bergerak lebih cepat.

Aku bergerak melawan arus orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri. Api mulai menyebar.

Seorang gater, penjaga kota, memperingatkanku.

“Jangan masuk ke sana!”

Aku tidak menghiraukannya. Aku masuk diantara rumah-rumah yang mulai terbakar. Hawa panas menyerangku.

Aku mematung diatas kuda ketika melihat rumahku. Api telah membakar semuanya.

Aku harap Vender belum pulang ke rumah. Aku harap dia masih pergi mengurus sesuatu di luar sana. Tapi aku bisa melihat jejak-jejak para pelayan, jejak Vender telah menghilang. Mereka telah mati.

“Tidak… TIDAK!”

Untuk ketiga kalinya, aku kehilangan orang yang aku sayangi.

*****

Aku menatap nanar peti yang hanya berisi lencana milik Vender. Jasad Vender sudah menjadi abu. Hanya lencana itu yang tersisa darinya.

Vender dimakamkan secara militer. Pemakaman Vender dihadiri banyak orang penting. Raja Klan Ungu, Raja Taro dan Panglima Jenderal Klan Ungu ikut datang memberikan penghormatan terakhir.

“Aku turut berduka, Violet. Vender adalah salah satu anggota terbaik kami di pasukan elite.” Jenderal Risagu menyampaikan bela sungkawanya.

“Terima kasih, Jenderal.”

“Vender memiliki peran besar di Klan Ungu. Banyak jasanya yang akan kita kenang,” kata Raja Taro.

“Terima kasih, Yang Mulia. Kebanggaan bagi kami.”

Satu persatu orang meninggalkan makam Vender. Yang tersisa hanya aku yang masih berdiri di depan makam. Aku tidak menangis. Aku masih terlalu terkejut untuk menangisi semua ini.

Aku berbalik badan lalu meninggalkan makam Vender. Aku tidak boleh terpuruk. Banyak tugas yang menungguku.

Aku berdiri di depan rumahku yang telah berubah menjadi abu. Api telah padam. Tapi bara api masih berpendar kemerahan. Gater belum menjelaskan hasil penyelidikan penyebab kebakaran besar tadi malam. Aku baru akan bertemu mereka besok siang.

Aku berkeliling area kebakaran. Tidak banyak jejak di sini. Saat pemadam kebakaran datang, api telah membakar seluruh bagian rumah. Mereka tidak bisa masuk. Jadi, hanya jejak gater yang menyelidiki kebakaran yang aku temukan.

“Apa itu?”

Ada sebuah jejak di tengah-tengah bangkai rumahku yang terbakar. Sebuah jejak hitam. Hampir tidak terlihat. Warnanya tersamarkan oleh abu. Aku mendekati jejak itu untuk melihat lebih jelas.

Jantungku berdegub kencang ketika mengetahui pemilik jejak itu. Rasa marah dan kecewa meliputiku. Rasa curiga tertuju kepada pemiliki jejak itu.

“Kenapa kau kembali? Apa kau yang melakukan ini? ARAS!”

Terpopuler

Comments

𖧶Souvarrel InSomia 드림캐쳐 JiU𖧶

𖧶Souvarrel InSomia 드림캐쳐 JiU𖧶

ini kayaknya kurang dari 1 k word, terlalu singkat

2019-12-22

1

★Ambil 5 Bayar 3★

★Ambil 5 Bayar 3★

aiiih... nama rajanya taro ... mirip minuman favorite saya Taro Milky cheese

2019-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!