Takdir Tujuh Ksatria

Takdir Tujuh Ksatria

BAB 1 Kejuaraan Lavender

Kejam. Tidak ada yang tersisa. Semuanya telah mati.

“Kebahagiaan palsu lebih baik musnah, Violet.”

Tidak. Ini semua tidak benar. Aku menutup telingaku, tidak mau mendengar kata-katanya.

“Violet… Violet…”

“Tidak!”

* * *

Aku terbangun dari tidurku dengan cucuran keringat. Aku mengusap rambutku ke belakang.

“Mimpi itu lagi.”

Aku menuruni tempat tidurku, menuju jendela kamar yang masih tertutup tirai. Hampir setiap malam aku dihantui kejadian itu. Kejadian penuh darah yang menghilangkan nyawa semua orang yang kusayangi.

Cahaya hangat menyinariku begitu aku membuka tirai. Masa lalu adalah masa lalu. Aku tidak boleh melihat ke belakang untuk terus maju, itulah prinsipku.

Namaku Violet, hanya Violet. Di duniaku nama dengan satu kata saja adalah hal umum.

Aku mematut diri di depan cermin. Aku harus segera bersiap-siap. Hari ini aku dan kakakku, Vender, akan menghadiri pembukaan Kejuaraan Lavender, kompetisi terbesar antar ksatria di Klan Ungu.

Tok…tok…tok…

Tepat setelah aku mandi, sesorang mengetuk pintu kamarku.

“Masuk,” jawabku.

Seorang pelayan memasuki kamarku.

“Aku membawakan sarapan untuk Nona.” Pelayan itu menaruh sarapanku di meja. “Selain itu Tuan Vender meminta Nona ke depan rumah setengah jam lagi.”

“Baiklah.”

Aku dan Vender tinggal di Kota Aruvi, pusat pemerintahan Klan Ungu. Kota ini adalah ibukota dengan kanal-kanal indah sekaligus pertahanan terkuat.

Kota Aruvi berbentuk lingkaran yang dikelilingi benteng yang sangat kuat, Benteng Mohs. Benteng itu memiliki tebal hampir seratus meter dengan empat lapis benteng pertahanan dan sungai besar yang mengelilingi kota. Tepat di tengah kota berdiri istana Klan Ungu, Istana Lazuli sebagai pusat pemerintahan.

Aku dan Vender hanya tinggal berdua. Orang tua kami sudah meninggal. Aku dan Vender juga sempat berpisah selama tujuh tahun. Kami baru bisa bertemu lagi empat tahun yang lalu, saat umurku dua belas tahun.

Walaupun kami hanya hidup berdua, kami sangat berkecukupan dan terpandang. Semasa hidup, ayah kami adalah salah satu jenderal Klan Ungu. Vender merupakan anggota pasukan elit Klan Ungu, sedangkan aku adalah pemenang Kejuaraan Lavender tiga tahun lalu, pemenang termuda sepanjang sejarah Kejuaraan Lavender diadakan.

“Violet, kau lama sekali,” gerutu Vender ketika melihatku.

“Kau yang terlalu cepat. Pembukaan Kejuaraan Lavender masih dua jam lagi.”

“Ada tempat yang harus aku kunjungi sebelum ke sana,” kata Vender sambil menaiki grek, kendaraan berbentuk kapsul pipih di Klan Ungu.

Aku mengikuti Vender masuk ke dalam grek. Kunjungan Vender biasanya berkaitan dengan tugasnya sebagai anggota pasukan elit.

“Aku dengar Jenderal Risagu mengirimimu surat lagi.” Vender membuka pembicaraan.

Aku mengangguk.

Surat itu berisi tawaran untuk masuk ke dalam pasukan elit. Sudah tiga tahun aku terus dikirimi surat itu semenjak aku menolak bergabung dengan pasukan yang terkenal paling hebat itu. Sebagai pemenang Kejuaraan Lavender, aku memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam pasukan elit secara khusus.

Pasukan elit adalah pasukan terbaik diantara yang terbaik. Dibawahi langsung oleh panglima jenderal Klan Ungu. Tidak sembarang orang bisa menjadi anggotanya. Anggotanya juga sangat rahasia. Hanya orang-orang tertentu yang tahu siapa saja anggota pasukan elit itu.

Sebenarnya aku sangat ingin masuk ke dalam pasukan elit. Tapi Vender melarangku. Ketika Vender menolak tawaran itu, aku sangat marah. Tapi saat itu aku tidak bisa apa-apa karena aku aku masih dibawah umur. Keputusanku bergantung pada orang tua atau waliku yang berarti itu Vender. Aku tidak tahu apa alasan Vender menolaknya. Dia bilang terlalu berbahaya jika aku bergabung. Padahal dia sendiri bergabung di pasukan itu.

Grek berhenti di depan perpustakaan Kota Aruvi. Perpustakaan ini merupakan yang tertua di Klan Ungu. Ada banyak manuskrip lama yang tersimpan di sini. Jika tempat yang dikunjung Vender adalah tempat ini, berarti misi yang dijalankan Vender berkaitan dengan peristiwa masa lalu.

Aku mengikuti Vender masuk ke dalam perpustakaan. Aku diam tidak bertanya. Menanyakan misi di tempat umum adalah tindakan yang berbahaya. Kebanyakan misi yang dilakukan anggota pasukan elit adalah misi rahasia.

Kami naik menuju lantai tertinggi, lantai lima. Lantai ini jarang dikunjungi orang-orang. Selain tempatnya yang jauh diatas, lantai ini hanya berisi kumpulan berita jaman dulu.

“Apa misimu, Vender?” tanyaku setelah memastikan tidak ada orang di sekitar kami.

“Tidak ada,” jawabnya ringan.

“Lalu untuk apa kita ke sini?”

Vender tidak langsung menjawab. Dia menelusuri jajaran buku di rak. Dia mengambil sebuah jilidan berita, sampulnya bertulis tahun 1755. Dia menunjuk sebuah berita.

“Kekeringan hebat melanda seluruh Klan Ungu.” Aku membaca judul berita yang ditunjuk Vender.

“Kemarin aku berpatroli ke luar benteng. Kau tahu danau besar di puncak bukit?”

Aku mengangguk. Danau itu adalah tempat aku bermain ketika kecil. Danaunya sangat besar. Banyak makhluk hidup yang menggantungkan hidupnya pada di sana.

“Danau itu mengering. Tidak ada air tersisa sedikit pun.”

Jawaban Vender membuatku terkejut.

“Selain itu aku tidak melihat binatang apapun di sana. Entah mereka pergi mecari tempat yang lebih subur atau mati. Aku minta tolong padamu untuk menyelidikinya.”

“Apa kau sudah melapor pada pemerintah Klan Ungu?”

Vender menggeleng. “Belum tapi kemungkinan besar mereka sudah tahu.”

“Lalu apa hubungannya dengan berita seratus tahun yang lalu?”

Vender membalik halaman selanjutnya. ‘Pemilik Galur Murni Menghilang’. Halaman selanjutnya berjudul ‘Kesuburan Sudah Kembali ke Klan Ungu’.

“Aku merasa tiga berita ini berhubungan. Tapi aku masih belum tahu. Kau harus berhati-hati. Jika prediksiku benar, kemungkinan kau akan terancam.” Vender memperingatkanku.

Vender berjalan kembali ke rak buku. Dia lalu mengambil beberapa buku lagi.

“Aku akan memeriksa kejadian seratus tahun lalu nanti. Sekarang kita harus menuju Arena Lavender. Sebentar lagi kejuaraan akan dimulai,” kata Vender.

Kami turun ke lantai satu. Sebelum keluar dari perpustakaan, Vender sempat bertemu dengan seorang laki-laki tua. Aku tidak mengenalnya. Mungkin dia adalah salah satu agen rahasia Klan Ungu yang Vender kenal. Laki-laki itu menyerahkan sebuah jilidan kepada Vender. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena saat itu aku sudah di dalam grek. Tapi sepertinya jilidan itu adalah dokumen penting.

“Benda apa yang barusan kau terima?” tanyaku setelah Vender masuk ke dalam grek.

“Ini adalah dokumen tentang kasus beberapa tahun lalu. Aku ingin membahasnya denganmu nanti.”

Aku menyandarkan punggung ke kursi grek. “Aku pikir apa.”

*****

Grek kami berhenti di depan pintu utama Arena Lavender. Puluhan kamera menyambutku begitu keluar dari grek. Aku memberikan senyum terbaik sebelum masuk ke dalam arena.

“Nona Violet, bagaimana tentang pendapat anda tentang kejuaraan Lavender tahun ini?”

“Nona Violet, menurutmu siapa yanga menjadi juara?”

“Nona Violet…”

“Nona Violet…”

Aku menjawab pertanyaan mereka dengan senyuman. “Siapapun yang memenangkan kejuaraan tahun ini adalah ksatria terbaik yang kita miliki. Oleh karena itu kita harus menyaksikan perjuangan ksatria-ksatria kita hingga akhir.”

Setelah mengucapkan itu, aku masuk ke dalam arena. Seorang prajurit mengantarku menuju tempat duduk. Aku duduk bersama para pemenang Kejuaraan Lavender. Tempat duduk kami berseberangan dengan tempat duduk raja. Dari sini aku bisa melihat kursi raja yang masih kosong. Vender akan mendampingi raja di sana.

Terompet kejuaraan ditiup. Komandan kejuaraan memerintahkan semua penonton untuk berdiri memberi hormat kepada raja yang akan masuk ke dalam arena.

Terompet ditiup sekali lagi. Kini raja memasuki arena kejuaraan.

“Sikap hormat pada Sang Raja!”

Aku berdiri lalu membungkukkan sedikit badanku ke depan. Tangan kananku diletakkan di dada kiriku.

Raja membalas hormat lalu menyuruh kami duduk kembali.

Aku kembali duduk. Aku melihat Vender di belakang raja. Di samping raja hadir juga panglima jenderal Klan Ungu, Jenderal Risagu.

Terompet ditiup kembali dengan nada berbeda. Puluhan ribu prajurit memasuki Arena Lavender. Mereka berbaris membentuk formasi-formasi. Singkatnya mereka melakukan parade militer. Setelah parade militer selesai, ribuan penari masuk menggantikan mereka. Ratusan penyanyi dan pemain musik mengiringi tarian mereka. Indah, seperti biasa. Pada akhir pembukaan, seluruh peserta dipanggil memasuki arena. Total ada seratus orang peserta tahun ini. Mereka diberi lencana oleh raja sebagai tanda peserta kejuaraan.

Ada banyak babak di Kejuaraan Lavender. Ketentuan babak berbeda setiap tahun. Dan ketentuan itu rahasia, hanya panitia, panglima jenderal, dan raja saja yang mengetahuinya.

“Minum, Nona?”

Aku menoleh. Seorang prajurit yang sedang bertugas menjadi penjaja makanan menawariku segelas limun.

Ketika aku hendak mengambilnya, sebuah dentuman keras terdengar dari salah satu bagian barat arena. Aku berdiri, pandanganku tertuju pada dinding arena yang roboh.

“Evakuasi semua penonton! Sebagian lagi ikut aku!” seru Jenderal Risagu.

Tidak sulit mengevakuasi penonton. Walaupun mereka adalah orang biasa, seluruh penduduk telah dididik dengan pendidikan militer.

Aku bersama para pemenang Kejuaraan Lavender lainnya tidak ikut evakusi. Kami mengikuti Jenderal Risagu menuju reruntuhan.

Tidak ada apa-apa di sini. Hanya ada panji Klan Hitam yang berkibar, menantang.

“Periksa sekitar arena!”

Sebagian prajurit menyisir daerah di sekitar arena. Aku juga mengamati dinding yang sudah hancur.

Seorang prajurit berteriak. Dia melihat menemukan bekas sebuah bom.

Aku tidak tahu apa motif Klan Hitam melakukan ini. Mereka sering menyerang klan lain. Tapi mereka tidak bodoh. Menyerang arena ketika Kejuaraan Lavender berlangsung sangat beresiko. Banyak ksatria hebat di sini. Memang jika mereka berhasil menyerang kami, mereka akan mendapat kemenangan yang luar biasa. Tapi kemungkinannya sangat kecil.

“Violet, ayo kita pulang.” Vender tiba-tiba sudah berada di sampingku.

“Kau tidak bertugas?” tanyaku.

Vender tidak menjawab. “Aku akan mengantarmu pulang.”

Grek melaju meninggalkan Arena Lavender. Kejuaraan ditunda untuk sementara, hanya sebentar. Besok kejuaraan akan dilanjutkan.

Aku menatap Vender yang dari tadi hanya diam.

“Kenapa kau tidak bertugas? Kau adalah anggota pasukan elit. Seharusnya disaat begini kalian akan sangat sibuk, kan? Apa lagi itu adalah ulah Klan Hitam.”

Vender menyandarkan punggungnya. Dia tersenyum miris.

“Tidak semua serangan Klan Hitam berasal dari Klan Hitam. Beberapa diantaranya adalah serangan klan lain atau buatan.”

“Apa maksudmu?”

Vender menghela nafas. “Di dunia ini Klan Hitam selalu dikambing hitamkan. Raja menganggap lebih aman menyalahkan mereka daripada membuat penduduk klan panik. Sebagian Klan Hitam memang orang jahat tapi aku yakin sebagian dari mereka juga baik.”

Vender menatapku. “Kau pernah kenal salah satu dari mereka. Bagaimana menurutmu?”

Aku diam, tidak mau menjawab. Itu adalah hal yang tidak ingin aku bahas.

“Maksudmu serangan tadi bukan dari Klan Hitam?” Aku mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan Vender.

Vender mengangguk. “Kemungkinan tadi adalah permulaan Ragnarok.”

“Ragnarok?”

Ragnarok adalah perang besar yang rutin terjadi di Klan Ungu. Umumnya terjadi setelah dua puluh tahun setelah Ragnarok sebelumnya selesai. Tapi sudah hampir seratus tahun ini tidak ada tanda-tanda Ragnarok.

“Bukannya itu malah lebih genting? Aku cukup mengerti tentang Ragnarok. Semakin lama jeda antar Ragnarok, musuh kita akan semakin kuat. Kenapa kau malah pergi?”

“Karena kau lebih terancam di Ragnarok kali ini.” Vender memegang kedua bahuku erat. Dia menatapku serius. “Aku tidak tahu apakah bisa melindungimu hingga akhir karena itu berjanjilah untuk menjaga dirimu sendiri.”

“Apa maksudmu?”

Wajah Vender terlihat runyam. Setelah itu dia memandangku sedih. Tangannya melepas cengkraman di bahuku.

“Maafkan aku. Aku hanya terlalu khawatir.” Vender mengusap wajahnya.

“Kau sangat aneh hari ini.”

Sesampainya di rumah, Vender ternyata hanya mengantarku pulang. Dia langsung pergi lagi entah kemana. Tidak ada kegiatan yang ingin aku lakukan di rumah. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke danau yang berada di puncak bukit. Aku mengeluarkan kudaku kemudian memacunya ke atas bukit.

Bukit itu tidak terlalu jauh. Hampir setiap sore aku ke sana untuk melihat dari matahari terbenam dari mansion kami di sana. Awalnya itu adalah bangunan bekas panti asuhan. Aku lalu mengubahnya menjadi sebuah mansion. Tempat itu adalah tempat paling strategis untuk melihat matahari terbenam.

Aku sudah melewati mansion. Mansionku dan Vender adalah bangunan paling dekat dengan puncak bukit. Setelah mansion kami, hanya ada hutan yang lebat.

Aku memandang hutan yang remang. Matahari mulai terbenam, hutan semakin terlihat gelap. Gelapnya hutan bukan masalah untuk galur murni Klan Ungu sepertiku.

Terpopuler

Comments

★Merepotkan~

★Merepotkan~

OKE LIKE SUDAH MASUK😎🙏... JANGAN LUPA MAMPIR DI NOVELKU JUGA THOR, YANG [PELAYAN RAJA IBLIS] SOALNYA YANG SATU LAGI UDAH GAK KU LANJUTKAN✌️

Semoga kita dapat saling mendukung satu sama lain🌴

Kritik: Penamaan karakter yang menarik, nama nama bunga.. semangat terus thor

2021-03-28

1

Salim

Salim

Kau ingin mengetahui pendekarku seperti apa, silahkan bertengger di Novelku "Pendekar Sinting". Aku tunggu kedatangan kalian! 🤪🤪🤪

"Heyaaaa...!"

*Jurus Dewi Kahyangan Menari*

"Hi hi hi ... ha ha ha" 😜😜😜

2020-06-20

1

Salim

Salim

Kau ingin mengetahui pendekarku seperti apa, silahkan bertengger di Novelku "Pendekar Sinting". Aku tunggu kedatangan kalian! 🤪🤪🤪

"Heyaaaa...!"

*Jurus Dewi Kahyangan Menari*

"Hi hi hi ... ha ha ha" 😜😜😜

2020-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!