BAB 4 Masa Kecil Bagian 1

Tujuh tahun yang lalu..

 

Aku menundukkan kepalaku selama Ova memarahiku. Ova adalah pemilik panti asuhan yang menampungku. Dia sekarang sedang memarahiku karena aku melepaskan kelinci hasil buruan yang akan dimasaknya untuk makan malam.

“Ya ampun, kau tahu, Violet? Anak-anak yang lain sudah sangat mengharapkan kelinci panggang untuk makan malam. Kenapa kau malah melepaskan kelinci itu.”

Aku menunduk takut. Aku juga merasa bersalah karena telah menghilangkan harapan teman-temanku. Ova terus memarahiku. Dia membicarakan kesalahan-kesalahanku selama ini disertai nasehat-nasehat yang sangat panjang.

“Sstt… Violet… Violet…”

Aku menengok ke arah jendela, sumber suara yang memanggilku.

“Aras?”

“Jangan khawatir. Aku akan membantumu.” Begitulah yang kira-kira dia ucapkan. Aku hanya bisa membaca gerak mulutnya.

“Apa yang kau lihat, Violet?”

Suara Ova mengagetkanku. Aku hampir meloncat mendengar teriakan Ova. Ova menengok ke arah jendela.

“Hey, kau rupanya Aras. Pergilah! Sekarang kau tidak bisa mengajak Violet bermain. Atau kau ingin aku hukum seperti Violet?”

“Ah, tidak, Ova.” Aras berlari kabur. “Aku tunggu di depan hutan, Violet!”

Ova geleng-geleng mendengar teriakan Aras. Ova kembali menatapku.

“Kau dengar perkataanku tadi, Violet? Carilah kelinci yang baru atau apapun itu. Atau kau tidak akan mendapat jatah makan malam.”

Aku mengangguk.

“Sekarang pergilah.”

Aku langsung berlari keluar rumah sebelum Ova berbicara lagi. Aku menyusul Aras ke depan hutan. Di depan hutan, dia sudah siap dengan perangkap dan alat berburu.

“Bagaimana rasanya? Menyenangkan?” tanya Aras.

“Menyenangkan apanya!”

“Kau juga, sih. Kenapa kau melepaskan kelinci itu.” Aras memberikan panah berburu padaku.

“Aku tidak melepaskannya.” Aku menolak tuduhan Aras. “Kandang sudah terbuka saat aku melihatnya.”

“Kalau begitu kenapa kau tidak mengejarnya. Kelinci itu pasti belum jauh. Lagi pula kau bisa memanfaatkan kemampuanmu untuk mengejarnya.”

Aku menghela nafas. “Kelinci itu pergi ke sarangnya. Dia sepertinya baru saja memiliki anak. Aku melihat banyak jejak kecil di sarang itu.”

Aras menepuk puncak kepalaku. “Kau baik sekali, ya.”

Aku cemberut mendengar perkataan Aras. Rasanya dia seperti mengejekku. Tapi aku juga merasakan sedikit rasa senang mendengarnya.

“Kenapa kita tidak menangkap ikan saja. Itu lebih mudah,” kataku saat menerima perangkap hewan dari Aras. “Ova bilang tidak masalah jika aku menangkap sesuatu selain kelinci.”

“Kau lihat mereka.” Aras menunjuk teman-teman yang sedang bermain di depan panti.

Aku mengangguk.

“Kau ingin mengecewakan mereka dengan makan malam yang sama setiap hari?”

Hampir setiap hari kami makan malam dengan ikan. Panti asuhan kami tidaklah kaya. Kami hanya bisa memanfaatkan kemurahan alam yang tersedia di hutan. Kelinci adalah sesuatu yang langka bagi kami. Sulit untuk mendapatkannya, hanya pemburu terlatih yang mudah menangkapnya. Kelinci yang kabur itu adalah hadiah dari seorang pemburu kenalan Ova.

Aku menggeleng menjawab pertanyaan Aras.

“Nah, itu tanggung jawabmu, Violet. Kamu masih beruntung aku mau membantumu kali ini. Sudahlah, ayo kita pergi.”

Aku dan Aras memasuki hutan. Kelinci tidak tinggal di pinggir hutan. Mereka sangat hati-hati dengan manusia. Kami harus masuk lebih dalam ke dalam hutan.

“Aras, aku melihat jejak kelinci.”

Aku melihat dua jejak kelinci yang bersinar terang. Tandanya jejak itu masih baru. Semakin terang suatu jejak, semakin baru jejak itu. Jejaknya ada di depan sebuah lubang. Ada jejak yang lebih bersinar di dalam lubang. Kemungkinan besar kelinci itu ada di dalam lubang.

“Ini sarang kelinci, Violet,” bisik Aras.

Aku dan Aras segera memasang perangkap sebelum kelinci-kelinci itu datang. Sulit menangkap kelinci dengan senjata. Perangkap adalah alat paling efektif untuk menangkapnya. Selesai memasang perangkap, kami bersembunyi di balik pepohonan yang tidak jauh dari sarang.

Tidak perlu menunggu waktu lama. Dua ekor kelinci muncul dari sarang. Umpan kami berhasil menarik kelinci-kelinci itu.

Tiba-tiba sebuah tombak meluncur entah dari mana. Tombak itu mengincar kelinci kami. Sayangnya, tombak itu hanya menancap sia-sia di tanah. Dua kelinci itu meloncat kabur.

“Hei, kau membuat buruan kami kabur,” Aku berseru kesal.

Seorang pemuda berumur belasan tahun muncul dengan menunggang kuda. Dia tampak terkejut melihatku dan Aras. Wajah dan jejaknya familiar. Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat.

“Violet?” gumam pemuda itu.

 

Pemuda itu turun dari kudanya. Lalu tiba-tiba saja dia memelukku.

“Apa yang kau lakukan!” Aku berusaha melepas pelukannya.

Aku melihat air mata pemuda itu mengalir. Aku terdiam. Tadinya aku ingin marah-marah sambil memukulnya agar melepas pelukannya. Tapi melihatnya menangis begitu, aku jadi tidak tega. Aku membiarkan dia memelukku. Tidak tahu kenapa rasanya aku juga ingin menangis.

“Permisi, kau siapa, ya? Kenapa tiba-tiba memelukku? Aku tidak ingat kita pernah kenal.”

Pemuda itu melepas pelukannya. Dia terlihat sangat terkejut.

“Maaf. Kamu pasti sangat terkejut,” kata pemuda itu.

Padahal dia terlihat lebih terkejut dariku, batinku.

“Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal.”

“Begitu.” Aku memperhatikan penampilan pemuda di depanku. “Penampilanmu seperi pemburu handal tapi menangkap kelinci hutan saja tidak bisa."

Pemuda itu meringis.“Maafkan aku. Aku baru pertama kali berburu.”

“Dasar pemburu amatiran. Aku sarankan padamu jangan menangkap kelinci dengan tombak. Telinga mereka sangat peka walaupun hanya dengan angin yang berdesir.”

Aku menoleh ke Aras, mengajaknya untuk pindah tempat. Kami membiarkan perangkap itu tetap di sini. Siapa tahu ada kelinci lain yang terperangkap.

“Tunggu.” Pemburu amatiran itu menghentikan langkah kami untuk pergi.

“Ada apa lagi?” Aku menatapnya galak.

Pemburu amatiran itu menurunkan sebuah rusa dari kudanya. “Aku mendapatkan ini tadi. Aku harap ini bisa menebus kesalahanku.”

Aras menerima rusa itu. Untuk anak dua belas tahun seperti Aras, rusa itu sangat berat. Aku dan Aras harus menariknya bersama-sama untuk dibawa ke panti.

“Kau, kau seorang Klan Hitam?” Pemburu amatiran menunjuk Aras.

Aras meraba kepalanya. Dia berdecak kesal. Aras lupa memakai tudung jubahnya. Tidak ada orang yang bisa masuk ke selain wilayah klannya sendiri. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukannya. Aras jelas bukan termasuk orang-orang itu.

“Jangan-jangan kalian anak panti asuhan itu, ya.”

Panti asuhan milik Ova adalah panti asuhan yang rahasia. Tidak semua orang tahu panti asuhan kami. Panti kami menampung anak berbagai klan. Walau kebanyakan anak tetap dari Klan Ungu dan hanya satu dua anak dari klan asing. Salah satunya Aras. Memasukkan klan asing tanpa surat-surat resmi adalah tindakan pelanggaran hukum yang berat. Apalagi untuk Aras. Dia adalah Klan Hitam. Tidak ada orang yang suka dengan Klan Hitam.

“Terima kasih atas rusanya. Aku harap kau bisa menjaga rahasia ini,” kata Aras.

Pemburu amatir itu tidak mengatakan apapun. Dia hanya melihatku dan Aras menyeret rusa hingga kami hilang dari pandangannya.

Aku dan Aras disambut gembira oleh Ova. Ova berseru gembira melihat rusa besar yang kami bawa. Dia langsung memanggil anak-anak yang sudah besar untuk menguliti rusa itu.

Selagi Ova dan anak-anak lain menyiapkan makan malam, aku dan Aras pergi ke tebing depan panti. Hari sudah hampir sore. Matahari akan tenggelam. Setiap sore aku dan Aras akan pergi ke tebing ini untuk melihat matahari terbenam.

“Violet, kau tahu kenapa aku menyukai matahari terbenam?”

“Karena indah?” aku menjawab sekenanya.

Aras menggeleng. “Matahari terbenam itu membuatku bersyukur bahwa aku masih bisa melewati hariku dengan orang yang yang berarti bagiku.”

“Oh, begitu.” Sebenarnya aku tidak terlalu paham dengan perkataan Aras tapi aku tanggapi saja seperti itu.

Aras melirikku. “Kalau tidak paham, jangan dipaksakan.”

“Hah? Aku paham, kok. Jangan mengejekku. Itu artinya kamu senangkan seharian bersamaku.”

“Jangan terlalu percaya diri.” Aras kembali memandang matahri terbenam. “Tapi, yah, mungkin benar.”

 

Terpopuler

Comments

Yuni Sultarani

Yuni Sultarani

Aku mulai suka. Lanjut

2020-02-09

1

𖧶Souvarrel InSomia 드림캐쳐 JiU𖧶

𖧶Souvarrel InSomia 드림캐쳐 JiU𖧶

itu ternyata masa lalu nya

2019-12-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!