NovelToon NovelToon

Ibu Susu Untuk Putriku Sendiri

1. Salah Orang

Ruby sedang menunggu mobil taksi jemputan yang akan membawanya ke bandara. Karena tidak sabar menunggu kedatangan mobil taksi yang dipesannya, ia sengaja berjalan ke depan gerbang apartemennya.

Sekitar pukul tiga pagi, keadaan sekitar tempat itu masih sepi. Namun sudah hampir terlambat iapun menghubungi lagi sang sopir.

"Kenapa ponsel sopirnya tidak diangkat? Bukankah semalam aku sudah memesan taksi untuk menjemputku lebih awal?" kesal Ruby.

Saat sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya, Ruby menelisik mobil itu sebentar. Namun tanpa ia duga, dua orang pria bertubuh besar turun dari mobil itu.

Ruby mundur beberapa langkah. Namun dirinya tidak bisa lari dari tempat itu karena tubuhnya seperti mati rasa karena saking takutnya.

"Mau apa kalian?" lirih Ruby yang merasa hidupnya akan berakhir di negara ini setelah menetap selama dua tahun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang tinggi.

"Ikut kami nona atau kau akan mati ditangan kami." Dua orang pria itu langsung membekap mulutnya Ruby yang tidak bisa lagi berteriak keras untuk meminta tolong.

Dalam sekejap tubuhnya terkulai lemas karena menghirup obat bius dari sapu tangan sang penjahat. Ruby dibiarkan telentang di jok belakang dengan tidak sadarkan diri.

"Syukurlah. Akhirnya kita bisa mendapatkan wanita dalam waktu cepat karena keadaan bos sudah tidak bisa terkendali," ucap Raul tidak mau ambil resiko yang bisa mati diujung pistolnya sang bos.

"Iya benar. Bos tidak pernah mau tahu bagaimana kita mendapatkan wanita untuknya. Ibarat makanan apa saja yang dihidangkan asal enak bakalan dimakan juga." Keduanya saling terkekeh mengingat bos mereka yang terlalu berpikir praktis dan juga sudah mempercayakan kinerja mereka selama ini.

Beberapa jam kemudian, obat bius sudah mulai menghilang dari tubuhnya namun ditengah kesadarannya Rubby merasakan sesuatu yang sedang mengganjal dibagian intinya membuatnya merasakan perih yang amat mendalam. Tubuhnya yang terhentak berulang kali mengikuti ritme hentakan yang berada di atas pahanya.

Sekujur tubuh Rubby meremang karena saat ini dirinya sedang diperkosa seseorang. Ingin ingin berontak namun tubuhnya sangat lemah hingga ia bisa berucap lirih.

"Lepaskan aku tuan....! Aku harus pulang ke negaraku," jerit Ruby lemah dengan perasaan sakit dan hampa. Hancur sudah masa depannya yang selama ini ia jaga dengan baik.

"Iya. Aku akan melepaskanmu setelah urusanku selesai, nona," ucap Sean setelah merasakan puncak kenikmatan yang datang menghampiri tubuhnya membuat dirinya bergetar hebat.

"Uhhh....! Milikmu sangat enak, sayang. Mengapa sangat sempit milikmu, padahal kau hanya seorang pelacur, bukan?" racau Sean yang mengira kalau Rubby adalah seorang pelacur yang dipesan oleh anak buahnya Raul dan Kenneth untuk memuaskan birahinya.

Mendengar selipan kata pelacur membuat Rubby sangat murka. Ia mendorong tubuh kekar Sean dari atas tubuhnya di saat Sean baru merasakan detik-detik terakhir pelepasannya untuk kesekian kalinya.

Sean sangat marah diperlakukan wanita yang telah merusak kesenangannya. Tamparan keras melayang di kedua pipi Rubby bertubi-tubi.

Plakk....! Plakkk...!

"Dasar pelacur..! Kau malu disebut seorang pelacur, hah?!" menarik rambut Rubby ke belakang hingga wajahnya mendongak keatas sambil meringis kesakitan. Tubuh Rubby di tendang hingga jatuh terjerembab dibawah dilantai. Beruntungnya di bawah tempat tidur itu ada karpet tebal hingga tubuh Rubby tidak mengalami cedera parah. Hanya saja rasa sakit mendera tubuhnya karena posisi jatuhnya yang cukup keras.

"Keluar kau dari kamar ku dan bawa uangmu yang ada di koper itu...!" Maki Sean lalu menyalakan lampu kamarnya agak lebih terang karena sebelumnya lampu di kamarnya sangat temaram.

Ia melirik kearah wajah Rubby dan sempat kaget melihat wajah Rubby sangat cantik. Tapi, Sean saat ini merasakan kebelet pipis dan langsung menuju kamar mandi.

Rubby segera mengenakan pakaiannya satu persatu dan segera meninggalkan kamar Sean sebelum Sean menghajarnya lagi. Saat Rubby keluar dari kamar itu dengan menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya, ia bertemu dengan seorang wanita yang berwajah datar.

"Ini koper dan tas anda nona! Mari saya antar ke depan...!" titah kepala pelayan senior membimbing Rubby ke depan karena mansion itu cukup luas. Langkah Rubby tertatih-tatih karena dirinya baru saja diperawanin oleh mafia bajingan seperti Sean.

"Apakah nyonya bisa memesan taksi untuk saya?" pinta Rubby yang sangat takut pada anak buahnya Sean yang sedang menunggunya di depan.

"Tidak perlu naik taksi, nona. Anda akan diantar ke tempat tujuan anda oleh kedua orang itu." Menunjuk ke arah kedua anak buahnya Sean yang tidak begitu peduli dengan keadaan Rubby.

"Tidak. Aku tidak mau. Mereka pasti akan menyakitiku juga karena mereka membawa ku dengan paksa ke tempat ini, nyonya," ucap Rubby sambil menangis ketakutan dengan wajah tetap menunduk dengan rambut tergerai menutupi wajah cantiknya.

"Apaaa....?!" Sentak pelayan Helen yang tidak menyangka ulah dari anak buah tuannya.

"Tolong aku nyonya...! Ku mohon...! Aku harus ke bandara sekarang karena tujuanku saat ini kembali ke negaraku," mohon Rubby yang masih saja terisak.

"Pantas saja jalannya cukup susah saat keluar dari kamar tuan," batin pelayan Helen.

Pelayan Helen mulai paham dengan keadaan Rubby yang ternyata masih perawan. Ia akhirnya memutuskan untuk mengantarkan Rubby sendiri ke bandara.

"Pantesan jalan gadis ini agak susah karena tuan Sean pasti menghajarnya habis-habisan." Lagi-lagi pelayan Helen merasa iba pada Rubby.

"Nyonya. Aku sudah terlambat. Pasti pesawatku sudah berangkat saat ini." Jerit Rubby yang tidak bisa mengejar jadwal keberangkatannya yang membuat pelayan Helen langsung bertindak.

"Baiklah. Ayo ikut aku....!" Pelayan Helen membuka pintu mobil untuk Rubby dan langsung meninggalkan mansion mewah milik tuan Sean.

Sepanjang perjalanan Rubby hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ia tidak menyangka jika takdirnya berakhir di ranjang panas sang Mafia. Pelayan Helen hanya melirik Rubby melalui kaca spion dalam.

"Apakah kamu masih gadis? Maksudku kamu masih perawan, nona?" tanya pelayan Helen yang langsung mendapatkan anggukan lemah dari Rubby yang terus menerus menangis.

"Bagaimana kamu bisa dibawa oleh kedua anak buahnya tuan Sean?" tanya nyonya Helen.

Rubby menceritakan kronologinya pada pelayan Helen yang mendengar dengan seksama. Walaupun nada Rubby terdengar pilu, namun pelayan Helen bisa mengerti ucapan Rubby yang tersendat-sendat dengan air mata terus menerus berderai.

"Apakah kamu orang asia tenggara?" tanya nyonya Helen.

Lagi-lagi Rubby hanya mengangguk sambil sesenggukan. Tidak lama kemudian mobil itu tiba juga di bandara. Pelayan Helen menanyakan tujuan penerbangan negaranya Rubby. Diam-diam nyonya Helen memesan lagi tiket untuk Rubby karena Rubby sudah ketinggalan pesawat.

"Sepertinya pesawat mu sudah berangkat. Apakah kamu mau menunggu penerbangan berikutnya?" tanya nyonya Helen.

"Iya."

"Kalau begitu kamu harus berangkat sekarang juga walaupun kamu harus menuju negara Singapura terlebih dahulu karena tidak ada lagi jadwal pesawat ke negara mu kecuali kamu harus menunggu nanti siang," ucap nyonya Helen membuat Rubby agak bingung.

"Tapi nyonya. Aku sudah melihat ...-"

"Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu. Kamu harus segera meninggalkan negara ini atau tuanku akan meminta anak buahnya untuk mencarimu lagi. Ayo pergi....! Pesawat mu akan berangkat 30 menit lagi," ucap nyonya Helen membuat Rubby mau tidak mau harus mengikuti sarannya.

"Terimakasih nyonya. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu...!" Rubby menarik kopernya dengan semangat. Walaupun bagian bawahnya masih terasa perih, tapi ia berusaha berjalan normal.

Nyonya Helen terlihat sedih melepaskan kepergian Rubby. Apa yang terjadi pada dirinya kini menimpa Rubby.

"Ya Tuhan. Kenapa kisah ini harus terulang pada gadis malang itu?" nyonya Helen kembali ke mobilnya untuk pulang.

Sementara itu, tuan Sean yang baru keluar dari kamar mandi terlihat sangat kesal. Ia menyesal telah menyuruh Rubby pergi dari mansionnya secepat mungkin. Ia membuka gorden kamarnya lalu menatap sebentar keluar.

Ia beringsut mengambil ponselnya yang ia letakkan dibawah bantal namun tidak ditemukannya. Ia menarik selimutnya dengan kasar dan mendapati noda darah di seprei putih itu.

"Darah....?" sentak Sean.

"Apa....? Ternyata gadis yang aku tiduri semalam itu masih perawan?" gumam tuan Sean mengingat lagi pergumulannya dengan Rubby yang dikiranya adalah seorang pelacur yang disewa oleh anak buahnya sebagai pelampiasannya.

Ia keluar dari kamarnya untuk memanggil anak buahnya.

"Raullllll....!"

2. Kehamilan Simpatik

Rubby terbangun dari tidurnya setelah mengalami mimpi buruk yang terus menghantuinya setelah terjadi perkosaan itu. Sudah tiga pekan ia hanya mengurung dirinya di kamar setelah pulang dari luar negri.

Ia begitu malu untuk menatap wajah ibunya yang belum mengetahui apa yang terjadi padanya. Namun Rubby baru ingat kalau dia sudah telat jadwal menstruasinya.

"Ya Allah. Ini sudah dua pekan aku tidak haid juga. Apakah aku harus membeli testpack untuk mengetahui keadaanku? Harusnya aku meminum obat penggugur kandungan setelah bajingan itu memperkosaku," gumam Rubby cemas dan begitu marah pada dirinya sendiri.

Nasi sudah menjadi bubur. Keadaan tidak akan mungkin berubah karena kehormatannya sudah terlanjur terenggut. Rubby membersihkan dirinya. Ia berniat membeli testpack di apotik yang cukup jauh dari rumahnya.

"Pagi nona...!" sapa salah satu maid pada Rubby yang hanya mengangguk santun.

"Nona mau sarapan?"

"Tidak bibi. Aku mau sarapan di luar. Aku ada janji dengan temanku. Di mana mommy?" bohong Rubby dengan sikap dingin pada maidnya.

"Ibu sudah berangkat ke Singapura pagi ini."

"Baiklah. Kalau begitu kalian tidak usah masak untukku. Aku mungkin seharian ada di luar," ucap Rubby berlalu begitu saja di depan maid nya.

Tidak lama kemudian, mobil mewah itu melesat dengan cepat ke jalan raya. Rubby sudah mencari apotek kecil di tempat yang tidak begitu ramai di datangi orang lain. Padahal ia bisa saja memesan tes kehamilan itu secara online. Tapi ia tidak mau satpam rumahnya mengetahui isinya yang tertulis di depan sampul paket.

Setelah membeli beberapa buah testpack dengan model yang berbeda, Rubby masuk ke dalam kamar mandi. Ia sengaja mendatangi unit apartemennya hanya untuk melakukan tes kehamilan.

Apartemen itu dekat dengan perusahaan orangtuanya. Jika keadaan jalanan macet, biasanya mereka akan menginap di apartemen tersebut.

Tiga menit kemudian, jantungnya hampir saja meledak saat mengetahui kalau dirinya benar-benar hamil. Tubuh Rubby benar-benar lemas dan langsung jatuh terduduk di lantai sambil menatap dua garis merah tertera di testpack itu.

Apa yang harus dia jelaskan kepada ibunya kalau dirinya hamil dengan pria yang tidak ia kenal dan sudah memperkosa dirinya.

"Jika aku benar hamil, kenapa aku tidak mengalami gejala seperti wanita hamil muda pada umumnya? Aku juga bisa makan apa saja tanpa beban," gumam Rubby heran pada dirinya sendiri dan ia juga bersyukur tidak mengalami masa ngidam agar terhindar dari gunjingan orang lain terutama bawahan ibunya.

"Apakah aku harus gugurkan saja kandunganku ini? Tapi bagaimana kalau sesuatu terjadi padaku dan aku pendarahan lalu mati karena nekat aborsi, bisa-bisa reputasi keluarga ku hancur seketika dan perusahaan yang dikelola ibuku bisa anjlok karena harga sahamnya akan terjun bebas." Rubby meremas rambutnya sendiri lalu berteriak frustrasi karena impiannya menjadi seorang CEO muda hilang seketika.

Ia memikirkan nasib ibunya yang selama ini berjuang sendiri mengelola perusahaan mendiang ayahnya dan juga membesarnya sendirian walaupun harus menantang keluarga ayahnya yang ingin mengambil alih perusahaan tersebut sewaktu dirinya masih kecil.

"Mommy. Maafkan aku...! Apa yang aku lakukan untuk menyelamatkan nama baik mu. Aku juga tidak tega pada janin yang tak berdosa ini. Aku tidak punya siapa-siapa kecuali mommy. Apakah aku boleh membiarkannya tumbuh di rahimku hingga hadir ke bumi ini?" gumam Rubby dengan setumpuk pertanyaan memenuhi benaknya.

Ia keluar dari kamar mandi lalu menghempaskan tubuhnya di kasur empuk itu. Dunianya seakan mau kiamat kini.

"Ya Allah. Aku bukan hamba yang selama ini selalu taat beribadah padaMu. Apakah aku boleh meminta petunjukMu? Aku benar-benar terpuruk saat ini. Tidak ada yang bisa ku lakukan kecuali dengan petunjukMu." Rubby selama ini memang jauh dengan agama.

Walaupun ia mengerti banyak hal tentang agama karena di usia sekolahnya, ibunya sengaja menyekolahkan dirinya di sekolah Islam sampai jenjang SMA.

Setelah lulus dan melanjutkan kuliah di Kanada, Rubby memutuskan untuk tidak lagi mengenakan hijabnya dan tidak melaksanakan ibadah sholat wajib seperti yang dilakukan selama berada di tanah airnya.

"Apakah ini bagian dari teguranMu padaku karena aku telah mengabaikan Engkau?" Rubby mulai mengintrospeksi dirinya agar bisa menemukan jawaban dari ujian hidupnya setelah kematian ayahnya dan di teror terus menerus dari keluarga ayahnya.

"Aku harus jujur pada mommy dengan yang terjadi pada diriku. Tapi, bagaimana kalau mommy memintaku mengugurkan kandunganku?

Oh ... Tuhan, ini adalah anugerah-Mu yang tidak aku inginkan. Ku mohon jangan biarkan mommy ku membuang bayiku. Aku bisa membesarkannya dengan pertolonganMu."

Rubby kembali terisak. Hatinya tidak kuat menanggung beban ini. Padahal ia sudah berjanji pada ibunya akan menduduki jabatan CEO menggantikan ibunya.

Sementara itu, di belahan bumi lain di LA, seorang pria gagah nan tampan sedang terkulai lemas di kamarnya karena harus berulang kali keluar masuk kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Dokter tidak menemukan gejala penyakit apapun pada sang mafia itu. Apa lagi masalah pencernaan yang dikuatirkan dirinya namun hasilnya tetap nihil. Ia diberikan obat anti mual namun tidak mempan. Justru perutnya bergolak jika sesuatu masuk ke dalam mulutnya.

"Apa yang terjadi padaku? Padahal aku sangat lemas dan hampir mati namun tidak ada penyakit dalam tubuhku." Sean hanya bisa berbaring di kamarnya selama sepekan ini.

Tok....tok....

Kepala pelayan Hellen mengantarkan makanan untuk tuannya. Wanita yang berusia hampir setengah abad ini menyiapkan bubur yang bisa dicerna oleh Sean agar tidak lemas. Ia meletakkan di atas meja khusus pasien agar tuannya bisa makan dengan tetap duduk di atas tempat tidur.

"Bawa saja makanannya keluar karena percuma saja aku makan dan akan memuntahkannya lagi," ketus Sean.

"Di coba dulu bubur ini karena aku yang memasaknya sendiri tuan. Ini bubur yang biasa dimakan oleh wanita hamil jika sedang mengalami ngidam parah. Ayolah...! Cicipi sedikit buburnya. Aku yakin tuan akan menyukainya," ucap pelayan Hellen membuat Sean geram.

"Jadi kamu kira aku sedang hamil, begitu?" bentak Sean merasa tidak masuk akal dengan saran kepala pelayannya.

"Memang bukan tuan yang hamil tapi bisa jadi wanita yang tuan pernah tiduri sedang mengandung anak tuan. Mungkin saja tuan mengalami apa itu yang disebut kehamilan simpatik," jelas pelayan Hellen membuat Sean tersentak.

Deggg...

"Astaga...! Bagaimana tidak terpikirkan oleh ku kalau aku sedang mengalami kehamilan simpatik. Ternyata para dokter sialan itu tidak bisa memberikan penjelasan secara medis dengan apa yang aku alami," batin Sean baru menyadari kesalahannya.

"Jika ada wanita yang sudah ku tiduri hamil anakku, siapa wanita itu? Apakah gadis perawan yang aku perkosa itu ataukah sekertaris ku sendiri yang sudah aku gauli berkali-kali untuk melampiaskan kekesalan ku karena tidak bisa menemukan gadis itu," tanya Sean yang juga merasakan kerinduan pada Rubby.

Usai merasa telah menodai seorang gadis baik-baik, Sean akhirnya mengakhiri hidup anak buahnya yang telah menyeret Rubby ke ranjangnya hingga terus dikejar rasa bersalah.

"Permisi tuan. Kalau tidak ada yang dibutuhkan lagi, saya pamit," ucap kepala pelayan Hellen sambil membalikkan tubuhnya untuk beranjak keluar.

"Tunggu Helen...!" cegah Sean.

"Iya tuan." Helen menghampiri lagi Sean.

"Aku dengar kamu yang mengantarkan gadis itu ke bandara di hari naas itu. Apakah kamu tahu nama dan tujuan negaranya?" tanya Sean menatap lekat wajah pelayannya.

Deggggg....

Kepala pelayan Hellen begitu gugup dan bingung untuk menjawab pertanyaan tuannya.

3. Aku Akan Menikahinya

Wajah tegang pelayan Hellen sulit untuk berkata-kata. Ia tidak tega jika Rubby menjadi tempat pelampiasan nafsu bejat majikannya itu. Dengan mengumpulkan keberanian penuh iapun bertanya pada Sean.

"Apa yang anda inginkan pada gadis itu, tuan?" tanya nyonya Hellen hati-hati.

"Tentu saja aku ingin menikahinya jika dia benar-benar sedang mengandung anakku kini. Apakah kamu tahu tempat tinggalnya, Hellen?" tanya Sean sedikit menekan pada kata-katanya karena penasaran dengan wanita yang sudah ia perkosa.

Hati pelayan Hellen merasa lega. Mungkin ada baiknya tuannya bertanggungjawab atas kehamilan Rubby jika gadis itu saat ini hamil tanpa seorang suami. Apa lagi negara Indonesia terkenal sangat menjunjung tinggi apa itu moral dan tidak mau aib nya sampai terendus orang lain.

"Namanya Rubby tuan. Dia berasal dari Indonesia. Selebihnya saya tidak tahu alamat pastinya gadis itu tinggal," ucap pelayan Hellen apa adanya.

"Terimakasih Helen. Kembalilah ke tempatmu...!" titah Sean tersenyum samar dengan penuh kelegaan.

"Baik Tuan." Pintu itu ditutup rapat oleh pelayan Hellen yang merasa menyesal memberitahukan keberadaan Rubby.

"Maafkan aku nona Rubby. Semoga niat tuan Sean benar adanya. Aku juga merindukanmu, nona. Apa kabar mu sekarang. Semoga kamu tidak hamil, nak," gumam pelayan Helen lalu berjalan menuju dapur untuk bergabung dengan para maid lainnya.

Tuan Sean segera menghubungi asisten pribadinya untuk menelusuri gadis yang bernama Rubby. Nomor penerbangan di jadwal keberangkatannya Rubby di salah satu maskapai penerbangan menjadi petunjuk untuk bisa mengetahui alamat gadis malang itu.

"Rubby. Nama yang cantik seperti wajahnya yang cantik dengan tubuh indah lagi nikmat. Oh...Aku ingin merasakan lagi milikmu yang tidak bisa ku temukan pada wanita manapun karena mereka semua barang bekas, Rubby." Sean merasa kembali bersemangat karena dirinya akan menjadi seorang calon ayah.

"Semoga calon bayiku laki-laki dan dia tampan sepertiku," gumam Sean lalu menghabiskan bubur gandum buatan pelayan Hellen yang memasukkan beberapa kacang almond panggang untuk menghilangkan rasa mual. Dan itu berhasil dilakukan pelayan Helen untuk tuannya itu. Saat ini Sean sudah kembali ke LA. Saat memperkosa Rubby, ia sedang berlibur di kediamannya di Kanada.

Beberapa hari kemudian, nyonya Ananta, ibu kandungnya Rubby baru kembali ke tanah air. Ia membawa banyak oleh-oleh untuk putrinya namun Rubby tidak ada di rumah.

"Bibi. Di mana Rubby?" tanya nyonya Ananta.

"Sepertinya nona menginap di apartemennya nyonya sejak nyonya berangkat ke Singapura."

"Ada apa dengan anak itu? Tidak biasanya dia menginap di apartemen sendirian kalau bukan sama aku. Lagipula Rubby itu penakut. Sewa apartemen di luar negeri saja harus barengan sama teman-temannya." Nyonya Ananta merasa ada yang tidak beres dengan putrinya.

"Bibi. Aku mau menyusul Rubby ke apartemennya. Tidak usah tunggu aku pulang," ucap nyonya Ananta seraya mengangkat lagi beberapa totte bag untuk dibawanya ke unit apartemen miliknya.

"Baik nyonya."

Tiba di unit apartemen, nyonya Ananta membuka pintu dengan kode sandinya. Ia memanggil putri tercintanya yang saat ini sedang mandi. Mendengar gemericik air di kamar mandi, nyonya Ananta tidak lagi berhenti memanggil putrinya.

Ia melihat sekelilingnya, tampak kediaman kedua mereka itu lebih kelihatan rapi karena Rubby mengubah beberapa letak furniture di tempat yang berbeda.

Pintu kamar mandi itu dibuka Rubby yang langsung melihat beberapa totte bag ada di atas kasur.

"Apakah mommy ku sudah pulang dari Singapura? Ya Allah, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan dalam situasi serba sulit seperti ini?" Rubby menghenyakkan bokongnya di tempat tidur untuk melihat oleh-oleh dari mamanya.

Ada sepatu, tas dan baju serta makeup untuknya. Semuanya bagus-bagus hanya saja moodnya Rubby tidaklah enak saat ini.

"Sayang. Kamu sudah selesai mandinya?" tanya nyonya Rubby sambil membawa baki yang berisi makanan untuk mereka berdua.

"Sudah mommy. Terimakasih oleh-olehnya," jawab Rubby tak semangat.

"Apakah kamu menyukai oleh-nya?"

"Suka mommy."

Nyonya Ananta mendekati putrinya yang terlihat sangat tidak bergairah menerima oleh-oleh darinya.

"Rubby. Sebenarnya kamu kenapa? Sejak pulang dari Kanada kamu langsung mengurung diri di kamar dan selalu menghindari mommy. Apakah kamu baru putus cinta? Atau lagi jatuh cinta? Ayo kita sarapan dulu!" menarik lengan putrinya untuk duduk di meja makan kecil yang menghadap ke balkon kamarnya.

"Tidak kedua-duanya mommy. Aku belum menginginkan seorang pria dalam hidupku sampai aku bisa mengelola perusahaan kita lebih baik lagi," jelas Rubby.

"Itu prinsip yang bagus sayang. Tapi, kamu sudah beranjak dewasa. Jadi, sudah saatnya kamu memikirkan masa depanmu. Mommy tidak mungkin mendampingi hidupmu selamanya," ucap nyonya Ananta penuh harap.

"Mommy. Apakah seorang gadis yang hamil karena diperkosa boleh diaborsi sebelum kehamilannya membesar?" tanya Rubby membuat nyonya Ananta berhenti menyuapi makanan ke mulutnya. Ia menatap wajah cantik putrinya yang memang saat ini terlihat pucat. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang mendengar pertanyaan putrinya yang tidak biasa.

"Apa maksudmu, Rubby? Siapa yang hamil? Siapa yang diperkosa?" tanya nyonya Ananta sambil berharap kalau itu bukan putri tunggalnya.

"Aku hamil, mommy." Akhirnya Rubby berkata jujur pada mamanya dan siap menerima keputusan mommynya apapun itu, ia siap menerimanya.

Deggggg....

Nyonya Ananta bangkit berdiri lalu menarik tubuh putrinya. Tubuhnya sendiri makin gemetar karena sangat syok.

"Rubby. Siapa yang melakukan pemerkosaan itu? Mengapa kamu baru mengatakan kepada mommy, hah?!" jerit nyonya Ananta sejadi-jadinya sambil mengguncang kedua bahu putrinya yang tertunduk sedih.

"Aku tidak tahu mommy. Kejadiannya begitu cepat." Rubby menceritakan kronologinya membuat nyonya Ananta memejamkan matanya penuh rasa sesak.

"Astaghfirullah halaziiim. Ya Allah. Kenapa harus ujian ini yang engkau timpakan kepada kami?" lagi-lagi nyonya Ananta menjerit histeris.

Ia juga tidak bisa menyalahkan putrinya karena semuanya sudah terjadi. Selama dua tahun Rubby kuliah di Canada, tidak sekalipun ia mendengar putrinya bergaul dengan para gadis yang selalu melakukan sek* bebas karena Rubby memikirkan reputasi keluarganya.

Rubby memiliki teman sekamar yang berasal dari Turki tapi lahir dan besar di Kanada. Hanya saja kedua orangtua temannya itu mutasi kerja disaat tekan Rubby baru masuk kuliah.

Keduanya sama-sama menangis untuk meringankan beban di hati. Nyonya Ananta harus mengambil tindakan untuk menyelamatkan nama baiknya. Untuk meminta Rubby aborsi itu sangat beresiko pada kematian dan ia tidak ingin kehilangan putri satu-satunya.

Alternatif lainnya adalah menikahkan putrinya dengan pria pilihannya."Rubby. Apakah kamu mau mengikuti saran mommy sayang?" tanya nyonya Ananta sambil menatap wajah putrinya yang melihatnya saat ini.

"Apa mommy?"

"Menikahlah dengan Raya!"

"Mom...!" pekik Ananta sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin aku menikahi asisten pribadi mommy. Dia memang baik tapi Rubby tidak suka padanya mommy."

"Hanya dia satu-satunya orang kepercayaan kita yang bisa menutupi aib ini, sayang."

"Aku tidak butuh laki-laki untuk menyelamatkan kehormatanku, mommy karena aku tidak bersalah. Aku hanya korban di sini, mommy," pekik Rubby menolak keras saran mamanya.

"Tapi, setidaknya sampai bayi itu lahir dan kamu bisa membuang bayi itu di panti asuhan. Kamu tidak mungkin membesarkan anak hasil perkosaan itukan, sayang?!"

"Mommy. Bayi ini tidak berdosa. Kita tidak tahu hikmah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan adanya kejadian ini. Jangan menambah dosa mommy. Jangan buang bayiku...!" teriak Rubby sambil mengusap perutnya yang masih rata.

"Hanya itu satu-satunya jalan agar perusahaan mendiang ayahmu tetap bertahan atau kau ingin kita hidup di jalanan dengan memelihara anak haram hasil perkosaan itu, hah?!" bentak nyonya Ananta.

Nyonya Ananta beranjak ke pergi dari unit apartemen itu untuk mencari udara segar. Sementara itu Rubby hanya bisa meraung pilu menolak pernikahannya dengan Raya.

"Aku tidak mau menikah dengan asisten pribadi mommy. Tidak mau... tidak mau, mommy....hiks...hiks."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!