18. Mencari Ibu Susu

Rubby menyerahkan ibunya dan perusahaan milik mereka pada sekertaris Valery yang kini sudah beralih menjadi CEO dan nyonya Kayla yang akan membantunya.

Tiba di Amerika, Rubby harus menyewa detektif swasta untuk mencari keberadaan putrinya di kota Los angeles terlebih dahulu baru ke kota lainnya yang ada di Amerika.

Kini ia harus memulihkan kondisinya terlebih dahulu karena masih dalam masa cuti melahirkan. Ia memilih tinggal lagi dengan sahabatnya Nicole. Dengan sahabatnya ia bisa berbagi apapun. Kini keduanya sedang ngobrol di kamar.

"Jadi, ibumu tidak membawa bayimu ke negaramu?"

"Iya Nicole. Aku sudah memastikan sendiri tidak penumpang pesawat dengan nomor penerbangan yang hanya terdaftar nama mommy ku dan Rayan saja. Jadi kesimpulannya mereka tidak membawa bayiku di hari kepulangan ibuku dan bajingan Rayan.

"Astaga. Jadi, di mana kira-kira bayimu, Rubby?"

"Masih di kota ini. Semoga detektif Leon bisa menemukan secepatnya bayiku. Yang lebih menyakitkan lagi, ponselku tidak ada di koper dan tas tangan ibuku. Dan aku yakin Rayan tidak mengambilnya. Jadi, aku tidak punya foto bayiku, Nicole." Rubby kembali menangis. Nicole juga merasa kesedihan yang sama dan sialnya dia juga tidak punya foto bayinya Rubby.

"Sudahlah Rubby. Jaga kondisimu...! Kamu harus sehat agar bisa menemukan putrimu. Dipikirkan pun bayimu tidak mungkin ditemukan secepatnya. Berdoa saja, Rubby...! Aku yakin Tuhan sangat baik padamu karena kamu orang baik," ucap Nicole menenangkan sahabatnya.

Sebelum tidur Rubby tetap memompa ASI nya lalu di simpan di dalam kulkas. Ia berharap, bayinya nanti membutuhkan ASI-nya jika sudah ditemukan. Sementara itu di apartemen milik Sarah, baby Jasmine sedang menangis karena Sarah membatasi pemberian ASI karena persediaan sudah menipis. Sarah menggantinya dengan susu formula membuat baby Jasmine sama sekali tidak mau mengisapnya.

"Aduh...! kenapa kamu jadi merepotkan mommy seperti ini sih? Ini sama-sama susu. Tinggal diminum saja apa susahnya?" Sarah makin kebingungan untuk menenangkan bayinya yang baru di rawatnya tiga hari ini.

Tidak lama kemudian, suara bel pintu berbunyi. Sarah tersentak dan berharap kalau itu adalah Sean karena sampai saat ini Sean belum menjenguknya sejak ia melahirkan hingga pulang dari rumah sakit.

Seorang maid membukakan pintu begitu melihat wajah Sean berdiri di depan pintu. Wajah lelah itu makin kelihatan datar. Namun suara tangis bayimu membuatnya terkesima.

"Selamat malam tuan...!" sapa maid itu santun.

"Malam..! Kenapa dengan bayiku?" tanya Sean seraya berjalan menuju kamar Sarah.

"Bayinya tidak mau meminum susu formula. Sementara ASI-nya nyonya tidak keluar lagi, tuan," ucap maid itu sesuai perintah Sarah jika Sean menanyakan dirinya jika Sean nanti datang.

Sarah begitu gembira melihat kedatangan Sean. Wajahnya berbinar cerah. Ia berharap Sean memberinya ciuman karena sudah melahirkan bayi mereka namun wajah Sean tetap datar padanya dan mata pria tampan itu hanya tertuju pada bayinya yang sedang menangis.

"Berikan dia padaku...!" pinta Sean siap menggendong anak kandungnya dari Rubby itu.

Sarah menyerahkan bayi itu pada Sean. Entah mengapa, saat Sean membawa bayinya dalam gendongannya, bayi itu langsung tenang. Ia merasa nyaman sambil sesekali merengek namun Sean berhasil membujuk bayinya dengan mengusap punggung bayinya lembut.

"Hmm ...! Kesayangannya Daddy...! Muaach. Ada Daddy di sini, sayang. Jangan nangis lagi ya, sayang..!" bujuk Sean membawa keluar bayinya dari kamar Sarah.

Sarah menghela nafas berat. Setidaknya ia juga ikut tenang saat ini setelah berjam-jam menenangkan baby Jasmine yang tidak kunjung diam.

Sean duduk di ruang tamu yang menghadap balkon hingga ada udara masuk dengan angin sepoi-sepoi menyapu wajah mereka. Sean memperhatikan wajah bayinya sambil mengingat-ingat wajah bayi yang pernah digendong nya saat di rumah sakit tempo hari.

"Wajahmu mirip dengan bayi di rumah sakit yang pernah Daddy gendong. Apakah kebetulan saja wajah kalian memang mirip?" Sean mengajak ngobrol bayinya yang menatapnya penuh keteduhan.

Sementara itu, Sarah datang membawa susu formula lagi sebagai pengganti ASI untuk baby Jasmine.

"Dia belum minum susunya. Siapa tahu dengan kamu menyuapinya dia mau," ucap Sarah seraya menyodorkan botol susu itu pada Sean yang menerimanya lalu menyuapi ujung dot itu pada putrinya.

Lagi-lagi baby Jasmine menolaknya. Ia kembali menangis membuat Sean melemparkan botol susu itu sehingga berantakan di lantai.

"Apakah kamu tidak bisa menyusuinya, hah?" geram Sean.

"Asi milikku sudah habis. Yang tersisa sudah aku simpan di kulkas. Itupun hanya bertahan untuk dua hari. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk menghasilkan ASI namun tetap saja tidak keluar, Sean," bohong Sarah ketakutan.

"Kalau begitu ambil saja ASI itu. Untuk apa kamu menyimpannya? Kalau habis, aku akan meminta wanita lain untuk menyusui bayiku," ucap Sean murka.

Sarah buru-buru mengambil ASI dan menghangatkannya terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian ia sudah datang membawa ASI milik Rubby itu lalu diserahkan kepada Sean.

Bayi cantik itu langsung menyesapnya dengan rakus. Sean meminta Sarah untuk mengiklankan mencari ibu susu untuk putri mereka. " Carikan saja ibu susu untuk putriku....! Kalau putriku tidak cocok dengan ASI milik mereka cari lagi penggantinya sampai putriku merasa nyaman dengan ibu susunya. Terus jangan memberi ASI seperti ini..! Aku ingin putriku langsung menyusu pada seorang ibu susu. Kamu mengerti?!"

"Baiklah. Aku akan melakukannya baik. Semoga saja bayi kita mau menerima ASI dari wanita yang tepat," ucap Sarah penuh merasa lega.

Tidak berapa lama bayi itu mulai tidur di gendongan ayahnya. Sean ingin membaringkan bayinya di tempat tidur khusus untuk bayi cantik itu di kamar Sarah. Mulanya bayi itu masih tenang. Namun mendengar perkataan Sean pada Sarah membuatnya kembali menangis.

"Aku mau pergi dulu. Nanti aku akan menginap di sini. Siapkan kamarku karena aku tidak mau tidur sekamar denganmu, paham?!" ketus Sean.

Hoeeekkkk....! Hoekkkk...!

"Biar aku saja menggendongnya...! Sepertinya dia tidak nyaman denganmu," geram Sean mencegah Sarah menggendong putrinya.

"Sialan...! kenapa bayi ini malah lebih lengket dengan Sean dibandingkan denganku," umpat Sarah.

Namun ia merasa ada untungnya karena Sean akan tinggal bersama dengan mereka. Dengan begitu ia berharap Sean akan mencintainya seiring waktu.

"Bukankah cinta akan datang sendiri seiring waktu dan seringnya bertemu?" batin Sarah lalu mengambil ponselnya untuk menulis iklan mencari ibu susu untuk baby Jasmine.

"Apakah kamu sudah memberikan nama pada bayiku?" tanya Sean.

"Jasmine. Aku menamainya Jasmine," ucap Sarah yang enggan mencari nama lain untuk anak angkatnya itu.

"Aku tidak suka dengan nama itu. Aku akan memberinya Nama Oliver Xavier Hilton," tegas Sean menggunakan nama depan dan nama belakangnya untuk putrinya.

"Bagus juga. Ok. Aku sudah membuat iklannya. Semoga kita sudah mendapatkan ibu susu untuk baby Oliver," ucap Sarah.

Terpopuler

Comments

Ramlah Kuku

Ramlah Kuku

hubungan darah begitu kental

2024-09-22

2

jhon teyeng

jhon teyeng

ya asinya mandek org kamu gak jelas

2024-09-21

1

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

karena ikatan darah bayi juga tahu mana yang sedarah mana yang bukan, semoga aja ada titik terang bahwa bayi itu anaknya Rubby,ayo Rubby semangat cari terus keberadaan bayi mu.

2024-09-20

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!