episode 5

Bab 5

Tania berdiri di depan pintu ruang kerja Alex dengan secangkir teh hijau yang baru saja ia buat di tangannya. Dia merasa sedikit gugup, tapi juga bersemangat. Dalam pikirannya, ini adalah kesempatan sempurna untuk mendekatkan diri pada Alex dan mungkin melihat sisi lain dari pria yang selalu terlihat dingin itu.

Dia mengetuk pintu perlahan dan mendengar suara Alex dari dalam, "Masuk."

Tania mendorong pintu dan melangkah masuk, tersenyum lebar. "Aku membawakanmu teh hijau, Alex. Kudengar ini favoritmu."

Alex, yang sedang menatap layar laptopnya, hanya melirik sebentar sebelum kembali fokus pada layar. "Letakkan di meja," katanya singkat tanpa mengalihkan perhatiannya.

Tania mengerutkan kening, kecewa karena tidak mendapatkan respon yang dia harapkan. Namun, dia mencoba tetap tersenyum dan meletakkan cangkir teh di meja, tepat di samping laptop Alex. "Kau tidak mau mencobanya? Aku memastikan teh ini dibuat dengan suhu yang tepat."

"Terima kasih. Sekarang, keluar," ujar Alex dengan nada datar.

Tania berdiri mematung, merasa jengkel karena diabaikan. Dia menatap layar laptop Alex dan semakin penasaran apa yang begitu penting hingga dia tidak bisa mendapatkan perhatian darinya. "Apa yang sedang kau kerjakan, Alex? Sepertinya menarik sekali," tanyanya dengan nada sedikit menggoda.

Namun, Alex tidak menjawab. Dia hanya terus mengetik dan menatap layar, sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Tania.

Tania mendecak kesal dalam hati. *Begitu cuek, pikirnya.* Dia tiba-tiba mendapatkan ide gila. Dengan senyum penuh niat, dia berjalan mengitari meja dan mendekati Alex yang masih duduk di kursinya. Sebelum Alex sempat menyadari apa yang terjadi, Tania sudah duduk di pangkuannya.

"Apa yang kau—" Alex langsung terbelalak, suaranya tertahan di tenggorokan.

Tania tertawa kecil, merasa senang dengan reaksinya. "Apa? Kau terlalu serius, Alex. Aku hanya mencoba membuatmu rileks sedikit."

Namun, tawa Tania segera berhenti ketika dia mendengar suara berdesis dari laptop Alex. Tania memutar kepalanya ke arah layar dan terkejut melihat beberapa wajah di layar sedang menatap mereka dengan tatapan tercengang. Alex ternyata sedang berada dalam rapat online, dan semua orang di sana jelas melihat apa yang baru saja terjadi.

Wajah Tania memerah seketika. "Oh, tidak...," gumamnya pelan. Dia merasa darahnya mengalir ke wajahnya, membuatnya merasakan panas yang luar biasa.

Dengan cepat, Alex menekan tombol untuk mematikan laptopnya dan menatap Tania dengan mata yang tampak seperti bisa menusuk. "Apa yang kau pikirkan?" suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.

Tania panik. Dia bangkit dari pangkuan Alex dan melangkah mundur. "Aku... Aku tidak tahu kau sedang rapat! Maaf, Alex!" kata Tania dengan terbata-bata.

Melihat ekspresi tajam di wajah Alex, Tania langsung merasa malu dan tanpa berpikir panjang, dia berbalik dan lari keluar dari ruang kerja. Dia terus berlari sampai sampai ke kamarnya, lalu menutup pintu dengan cepat. Jantungnya berdetak kencang saat ia melompat ke tempat tidur dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

*Tania, bodoh!* gumamnya pada dirinya sendiri. *Kenapa kau melakukan itu?*

Di balik selimut, Tania merasa sangat malu. Dia tahu dia sudah membuat kesalahan besar, dan sekarang tidak tahu bagaimana harus menghadapi Alex lagi. Namun, di dalam rasa malunya, ada sedikit tawa yang keluar dari bibirnya. Situasi tadi memang sangat memalukan, tetapi juga sedikit konyol, membuatnya tersenyum walaupun dia masih bersembunyi di balik selimut.

Setelah insiden memalukan di ruang kerja, Alex merasakan amarahnya semakin memuncak. Ia langsung mengambil ponselnya dan menelepon asistennya.

"Linda, segera kumpulkan semua karyawan dan staf di aula besok pagi. Ada hal penting yang perlu kusampaikan," kata Alex dengan suara tegas.

Asistennya, Linda, yang sudah terbiasa dengan perintah Alex yang singkat dan padat, segera menjawab, "Baik, Tuan Alex. Semua akan siap besok pagi."

Setelah menutup telepon, Alex menatap pintu kamarnya dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tidak senang dengan situasi yang baru saja terjadi. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, tetapi rasa kesalnya tidak kunjung reda. *Inilah yang tidak aku suka dengan wanita,* pikirnya. *Selalu saja merepotkan.*

Dengan langkah tegas, Alex berjalan menuju kamar Tania. Baginya, ini sudah melewati batas.

Alex berhenti di depan pintu kamar Tania dan mengetuk pintu dengan cukup keras.

"Tania, buka pintunya," kata Alex dengan nada dingin.

Tania, yang masih bersembunyi di bawah selimut, mendengar ketukan keras di pintunya. Jantungnya langsung berdegup kencang. Dia tahu itu pasti Alex, dan dia bisa merasakan bahwa pria itu tidak dalam suasana hati yang baik. Dia ragu sejenak, tetapi akhirnya menarik selimut dari tubuhnya dan berjalan menuju pintu. Tania membuka sedikit pintu kamarnya.

"A-Ada apa, Alex?" tanyanya dengan suara pelan, mencoba terlihat tenang meskipun dia tahu usahanya sia-sia.

Alex menatap Tania dengan tatapan tajam. "Kita perlu bicara, cepat buka pintunya!" katanya tegas.

Tania mengangguk pelan dan membuka pintu lebih lebar, memberi isyarat pada Alex untuk masuk. Alex melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya, lalu menghadap Tania dengan tangan terlipat di dada.

"Apa yang kau pikirkan tadi?" tanya Alex langsung dengan nada yang penuh intimidasi. "Kau tahu aku sedang bekerja, dan kau malah bertindak seperti itu. Kau tahu seberapa penting rapat itu?"

Tania menunduk, merasa sangat malu dan bersalah. "Aku… Aku tidak tahu kau sedang rapat. Aku hanya ingin—"

"Kau hanya ingin apa, Tania?" potong Alex. "Membuatku terlihat seperti orang bodoh di depan rekan-rekanku? Ini bukan lelucon, Tania. Aku menjalankan bisnis yang serius, dan kau hampir saja merusaknya."

"Aku hanya mencoba… mendekatimu, Alex. Aku tahu kau tidak menyukaiku, tapi setidaknya aku ingin kita bisa menerimaku dengan baik," katanya dengan suara lirih.

Alex menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Tania, aku tahu kita ada dalam situasi yang sulit karena pernikahan ini. Tapi, kita harus tetap profesional. Kau tidak bisa seenaknya saja bersikap tanpa memikirkan dampaknya."

Tania mengangguk, merasa sangat bersalah. "Aku minta maaf, Alex. Aku tidak bermaksud untuk mempermalukanmu atau mengganggu pekerjaanmu."

Alex melihat ke arah Tania, dan menghela nafas panjang. Dia masih merasa kesal.

"Dengar, Tania. Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman, tapi kita harus memahami batasan masing-masing. Urus saja urusan kita masing-masing."

Tania menundukkan kepalanya. "Aku akan mencoba lebih baik lagi, Alex. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak bermaksud buruk."

Alex mengangguk. "Baiklah. Kita mulai lagi dari awal, tapi kali ini, tolong berhati-hati dengan yang kau lakukan. Dan satu lagi," Alex menambahkan dengan nada lebih lembut, "terima kasih atas teh hijau tadi. Meskipun aku tidak sempat mencobanya."

Entah mengapa melihat Tania menundukkan kepalanya, membuatnya merasa tidak enak.

Tania tersenyum kecil. "Sama-sama, Alex. Aku senang jika kamu mau meminumnya."

"Mulai sekarang jangan pernah melakukan hal konyol seperti tadi!" Alex langsung meninggalkan Tania kembali ke ruang kerjanya.

Tania mengangguk. "Oke, Alex. Aku janji!" serunya. Tania menghela nafas lega Alex pergi.

*Aku harus lebih berhati-hati,* pikirnya, *dan belajar bagaimana menghadapi Alex yang sulit ini. Ah, aku malu sekali!* Tania merasa malu mengingat apa yang di lakukannya tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!