Cintya sedang bercermin di hadapan toilet di tempat kerjanya.
"Baju apa ini, kelihatannya mahal sih, tapi sayang model roknya agak pendek. Kalau aku menendang bisa kelihatan celana dalamku. Apa ngga ada yang model celana. Aah pakai yang ini aja, Sepertinya model roknya lumayan panjang" gumam Cintya sendiri.
Akhirnya Cintya berganti baju kembali memakai baju kerja yang menurutnya nyaman. Setelah itu dia menghadapkan dirinya pada kaca.
"Hmm....lumayan....tapi aku tidak boleh menonjolkan penampilanku. Ntar mas Imamku bisa cemburu lagi sama dua bujang lapuk itu. Haaa...aku tahu....aku ikat saja rambutku jadi dua trus pakai kacamata khususku yang anti UV. Lagipula pekerjaanku pasti banyak berhubungan dengan komputer" gumam Cintya lagi.
Beberapa saat kemudian.....
"Hmm...sempurna...aku nerd, si cupu yang modis dan modern. Dengan begini tidak akan ada yang berusaha menggodaku" ucap Cintya dengan pedenya.
Setelah itu dia membereskan peralatannya dan langsung menuju tempat kerjanya yang sudah disediakan di samping Lina. Tidak lama setelah itu Sebastian datang bersama Suwandi yang menatap aneh penampilan Cintya.
"Cintya...apa itu kau?" tanya Suwandi dengan perasaan heran. Pasalnya tadi Cintya berpenampilan biasa tapi kenapa sekarang dia berpenampilan seperti seorang cupu walaupun tergolong cupu yang keren.
Cintya segera berdiri lalu membungkukkan badan sebagai tanda memberi hormat.
"Anda benar sekali tuan..." jawab Cintya sambil tersenyum manis.
"Tapi kenapa penampilanmu seperti ini? Dan kaca mata itu...bukannya tadi kau tidak pakai kacamata?" tanya Sebastian.
"Ini kacamata anti radiasi tuan. Aku tahu pekerjaanku pasti banyak berhubungan dengan benda elektronik ini. Jadi aku hanya ingin menjaga kesehatan mataku" jawab Cintya sambil menunjukkan ke arah laptopnya.
"Dan rambutmu bukankah lebih indah kalau diurai?" ujar Suwandi.
"Maaf tuan...apa anda bermasalah dengan penampilan saya tuan? Lagipula saya mengikat rambut ini supaya nantinya rambutku tidak mengganggu pekerjaanku" Cintya mencoba memberi alasan
**Si*al...dia membuatku tidak bisa berkata - kata lagi. Tapi ya sudahlah untuk apa aku memperhatikannya Bukankah sebentar lagi Laura akan datang. batin Suwandi
Apa apaan ini, hanya karena aku sekretarisnya bukan berarti aku harus tampil seperti model kan? batin cintya*.
Tanpa berkata apa apa lagi Suwandi segera masuk kembali ke dalam ruangannya disusul dengan Sebastian. Dan tidak lama kemudian Lina menyuruh Cintya untuk menyerahkan setumpuk dokumen kepada suwandi.
Ketika Cintya berada di dalam ruangan itu Suwandi memerintahkan Cintya untuk membantunya menyusun beberapa desain sedangkan Sebastian sibuk mengoreksi tumpukan dokumen itu.
Cintya tampak memberikan saran beberapa kali untuk mengkoreksi salah satu desain dari Suwandi. Bahkan dia tidak sungkan membantu Suwandi untuk mengubah sedikit desain Suwandi dari laptopnya. Terkadang ada sedikit perdebatan antara Cintya dan Suwandi tapi Suwandi suka akan hal itu karena selama ini bawahan yang dia jumpai jarang sekali membantah pendapatnya secara terang - terangan di hadapannya. Suwandi jadi merasa seperti ada seorang teman yang mendukungnya. Yah umur cintya yang baru akan menginjak 20 tahun membuat emosinya masih labil.
Sampai tiba - tiba kedatangan Laura yang langsung masuk keruangan suwandi, membuat konsentrasi keduanya langsung teralihkan. Apalagi Laura tidak sungkan langsung duduk dipangkuan suwandi.
"Sayaaaang....aku kangeen banget sama kamu" ucap Laura dengan manja.
Setelah itu Laura juga langsung mengecup bibir Suwandi membuat Cintya langsung berdiri dari kursinya dan pamit keluar ruangan.
"Tunggu...kau mana kemana Cintya...kita belum menyelesaikan desain ini" Suwandi berbicara sambil memangku Laura.
"Tuan tidak perlu khawatir, nanti aku kirim desain terbaruku. Tuan lanjutkan saja pekerjaan tuan..." ucap Cintya sambil menunduk tidak berani memandang.
Apa apaan ini...ck...mataku yang suci jadi ternoda. batin cintya.
Suwandi yang paham kondisi menyuruh Laura untuk berdiri dari pangkuannya.
"Sayang duduklah di sofa sebentar bersama Sebastian. Aku masih harus menyelesaikan desain ini" ujar Suwandi
"Ck...aku datang karena aku rindu tapi kau malah mengabaikanku" Laura menunjukkan wajah kesalnya.
"Aku juga sangat merindukanmu tapi beri aku waktu sepuluh menit...ok..." ucap Suwandi.
Tanpa menjawab tapi masih tetap dengan wajah masam Laura berdiri kembali lalu berjalan menuju sofa.
Sesaat suwandi melanjutkan pekerjaannya bersama Cintya. Tapi karena suasana hati Cintya yang gugup membuatnya hanya diam mengiyakan saja segala penjelasan Suwandi. Seakan mengerti kecanggungan Cintya membuat Suwandi memilih melanjutkan pekerjaannya nanti. Sedangkan Cintya segera pamit keluar menuju mejanya sendiri.
Dari balik pintu Cintya melangkah lalu duduk di mejanya sendiri dengan wajah masamnya. Lina yang memperhatikan cintya seperti itu menjadi heran.
"Hei...ada apa denganmu? Apa tuan suwandi memarahimu lagi?" tanya Lina.
"Tidak .. " Cintya berkata dengan menatap kosong ke depan.
"Lalu kenapa mukamu masam?" tanya Lina kembali.
"Itu karena mataku sudah ternoda" rengek cintya
"Ternoda? Tapi aku lihat mata kamu baik baik saja..." Lina.
"Tidak...aku gadis yang belum cukup umur untuk melihat hal seperti itu..." ucap Cintya dengan wajah seakan menangis.
Lina yang akan bertanya lagi mengurungkan niatnya ketika Sebastian juga keluar dari ruangan Suwandi dan hendak menuju ruangannya sendiri. Tapi melihat Cintya yang sedang bertingkah hendak menangis seperti anak kecil membuatnya mendekati dua wanita itu yang tengah duduk di mejanya.
"Ada ada denganmu?" tanya Sebastian dengan tatapan aneh.
"Cih...masih tanya lagi ada apa denganku, memangnya kau tidak lihat kejadian tadi di dalam atau kau malah belum puas melihatnya! Mataku yang suci jadi ternoda" ucap Cintya dengan ketus.
"Ck...kau ini seperti anak kecil saja" Sebastian.
"Aku memang masih kecil! Umurku saja belum genap 20 tahun" balas cintya.
"Astaga...jadi kau benar benar masih kecil kalau begitu mulai sekarang biasakanlah. Kalau perlu kau latihan dulu dengan pacarmu" ujar Sebastian dengan enteng.
Dasar orang kaya tidak punya moral, Apa kau terlalu merana sampai tidak sadar dengan dirimu yang sudah karatan itu...Dasar tidak punya malu. batin cintya
"Enak saja...memangnya aku seperti kalian yang tidak punya malu" gumam Cintya tapi sebastian masih bisa mendengarnya.
"Jadi kau tidak pernah melakukan hal itu dengan pacarmu? Kau pacaran atau menanam kacang?" ledek sebastian.
"Maaf ya Tuan aku tidak sejenis dengan kalian yang menganggap orang lain makhluk tak kasat mata" balas cintya.
"Apa maksudmu tuan?" tanya Cintya tapi sebelum Sebastian menjawab Cintya segera berkata, "Kecuali kalau tuan seperti satu makhluk dengan yang disana itu" ledek cintya sambil menunjukkan dengan wajah ke arah seorang pemuda berbadan tegap tapi sedikit genit layaknya LGBT.
Sedangkan pemuda yang ditatap oleh sebastian itu malah mengerlingkan sebelah matanya ketika mendapati Sebastian sedang melihatnya dari kejauhan membuat Sebastian jadi sedikit begidik melihatnya.
Lina yang sejak tadi melihat pertengkaran mereka berdua, berusaha sekuat tenaga menahan rasa tertawanya.
"Cintya kau!" ucap Sebastian dengan geram
"Apa?" tantang Cintya.
Sebastian yang geram akhirnya membalikkan badan hendak menuju ruangannya. Sedangkan cintya malah mengomel - ngomel sendiri.
"Begitulah kalau masa kecil kurang bahagia, akhirnya sampai dewasa pun tidak menyadari kalau dirinya itu sudah karatan alias sudah lapuk" gumam Cintya.
Lina yang sudah tidak tahan ingin tertawa kencang sambil beberapa kali memukul mukul meja.
"Hahahaha!!" Lina akhirnya tertawa lepas.
"Lina apa yang kau lakukan" ujar Cintya dengan cemas.
"Lina kecilkan suaramu, tuan suwandi bisa mendengarnya" tambah sebastian.
"Apa yang kalian tertawakan!!" bentak Suwandi yang tiba tiba sudah berada di depan pintu ruangannnya.
flashback on
Suwandi dan Laura kala itu sedang bercumbu. mereka berciuman sambil ******* bibir satu sama lain. Tangan suwandi pun juga tidak tinggal diam. Tangannya berkali kali mengusap usap punggung Laura dan ketika akan beralih meremas payudara Laura, kegiatan mereka berdua berhenti sewaktu mendengar tawa Lina dari luar. Suwandi pun memutuskan untuk melihatnya.
flashback off
OMG... Mati aku....batin cintya
"Aku bertanya kepada kalian!!" bentak Suwandi lagi.
"I..i..tu tuan...ada makhluk jenis lain" jawab cintya dengan spontan karena ketakutan.
"Makhluk jenis lain? apa maksudmu?" tanya suwandi yang bingung.
Terlihat lina kembali berusaha menahan tawa.
"Maksudnya...makhluk tak kasat mata seperti itu tuan" jawab Sebastian sambil menunjukkan arah pandangan ke pria gemulai itu.
Suwandi yang paling malas berurusan dengan pria gemulai itu lantas segera berkata, "Aku tidak menggaji kalian untuk bermalas malasan! Kalau kalian melakukan hal itu lagi, aku potong gaji kalian semua yang ada disini!" bentak suwandi
setelah itu dia kembali masuk ke dalam ruangannya Sedangkan lina kembali tertawa tapi tanpa suara sambil membungkam mulutnya dengan kedua tangannya sendiri.Dan Sebastian lebih memilih pergi ke ruangannya.
"Senang sekali dirimu, padahal kita begini karena dirimu" ujar cintya dengan sedikit sewot.
"Maaf....maaf....aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi.okey? " ucap lina sambil masih menunjukkan senyum di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments